Anicca (bahasa Pali), artinya adalah : segala seuatu itu tidak kekal.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini (yang terbentuk) bersifat tidak kekal.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini (yang terbentuk) bersifat tidak kekal.
Alam semesta ini sebagai
suatu fenomena atau gejala yang kompleks. Segalanya muncul, berubah dan hancur
lenyap kembali. Mereka muncul dan kembali terurai. Segala sesuatu tak pernah
berada dalam keadaan yang sama di saat yang berbeda, senantiasa muncul dan
lenyap dari saat ke saat. Hal tersebut merupakan sifat dasar dari segala fenomena,
baik yang bersifat material ataupun mental, berlaku terhadap partikel-partikel
sub atom yang kecil hingga sistem tata surya dan galaksi yang maha besar.
Segala sesuatu yang berubah
konstan dari saat ke saat adalah kesunyataan bagi setiap eksistensi, sehingga tidak
akan ada “diri” atau “inti” yang akan merekat padanya. Sebenarnya sifat
individual pada setiap eksistensi bukanlah suatu bentuk yang khusus, melainkan
merupakan perubahan itu sendiri. Bila kita menyadari kesunyataan yang abadi tentang
ketidak-kekalan, dan kita mendapatkan kedamaian di dalamnya, maka pada saat itu
juga sebenarnya kita telah berada dalam keadaan Nibbana. Kebahagiaan tercapai
bila segalanya telah harmonis.
Tanpa menerima
kenyataan bahwa segala sesuatu itu berubah, kita tidak dapat memahami kedamaian
yang sempurna. Kalau kita tidak bisa memahami kesunyataan dari ketidak kekalan,
ini-lah maka kita menderita. Jadi salah satu penyebab dari penderitaan adalah penolakan
kita terhadap kesunyataan ini. Kebahagiaan hidup tercapai apabila di dalam
hidup ini kita bisa menerima hukum kesunyataan sebagaimana adanya, dan hidup
harmonis sesuai dengan hukum itu. Menyesali usia tua, takut akan kematian, dan
menyesali perubahan-perubahan benda-benda fisik maupun mental di sekeliling
kita, adalah suatu kebodohan. Keterikatan terhadap keadaan-keadaan tertentu juga
merupakan kebodohan, yang menjadi dasar dari Dukkha (Penderitaan).
Pembahasan terhadap
hukum ketidak-kekekalan ini bukan untuk menimbulkan sifat pesimis, bahwa segala
sesuatu itu berubah, dan oleh karenanya adalah Dukkha. Kesunyataan akan
ketidak kekalan ini dibahas agar kita memahami segala sesuatu sbebagaimana adanya, dan oleh karena itu tidak terikat kepada bentuk-bentuk, atau keadaan-keadaan
tertentu, agar kita dapat menghadapi segala sesuatu dengan hati yang tenang dan
lapang. Dengan memahami kesunyataan ini, diharapkan kita dapat memusatkan
perhatian dan energi kita pada setiap aktifitas kita di sini, dan di saat ini
juga, di tengah-tengah badai dapat ditemukan kedamaian, di tengah-tengah arus ketidak
kekalan dan perubahan yang terus-menerus, kita dapat juga menemukan
kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar