Translate

Sabtu, 19 Februari 2022

Dhamma, Apakah Itu ???

Dhamma berasal dari bahasa Pali, bahasa Sanskerta nya : Dharma, yang berarti Hukum atau Aturan dalam agama Buddha.

Dhamma berarti Kesunyataan Mutlak, atau Hukum Abadi. Dhamma tidak hanya ada dalam hati sanubari manusia dan pikirannya, tetapi juga dalam seluruh alam semesta. Seluruh alam semesta terliputi olehnya. Bulan yang timbul atau tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, hal ini tidak lain disebabkan oleh Dhamma. Dhamma merupakan Hukum Abadi yang meliputi alam semesta, yang membuat segala sesuatu bergerak sebagai dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, hayat, astronomi, psikologi, dan sebagainya.

Dhamma adalah kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk. Sedangkan sifat Dhamma adalah abadi. Ia tidak dapat berubah atau diubah.

Dengan demikian Buddha Dhamma adalah Dhamma yang disadari dan dibabarkan oleh Yang mulia Buddha Gotama. Ada atau tidak ada Buddha, Hukum Abadi (Dhamma) itu akan tetap ada sepanjang jaman. Guru agung Buddha bersabda : “O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi” (Dhammaniyama Sutta).

Bila manusia berada dalam Dhamma, ia akan dapat melepaskan dirinya dari penderitaan, menjadi Arahat dan mencapai Nibbana. Yaitu mencapai kedamaian abadi, yang sudah tidak mungkin mundur kembali, atau tidak mungkin terdegradasi. Sudah pasti Nibbana itu bisa dialami ketika masih hidup, dan setelah mati tidak akan terlahir kembali di alam manapun. Nibbana tidak dapat dicapai dengan cara sembahyang, mengadakan upacara-upacara atau memohon kepada para Dewa. Sembahyang dan ritual keagamaan itu bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kotoran batin. Berdoa itu hendaknya tidak memohon, karena manusia telah memiliki akal dan daya; yang bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan baiknya. Yang berlaku itu adalah Hukum Sebab-akibat, Hukum Menabur-Menuai, atau Hukum Karma. Doa terbaik adalah berbuat baik, termasuk berdoa atau tepatnya berharap yang baik. Contoh harapan tersebut adalah demikian : "Semoga jasa kebajikan saya ini mengalir ke arah kehancuran noda-noda batin. Semoga jasa kebajikan saya ini menjadi kondisi untuk realisasi Nibbana. Saya membagikan bagian kebajikan ini kepada semua makhluk, semoga mereka semua mendapatkan bagian kebajikan yang sama dengan saya." Jadi, harapan itupun diucapkan setelah kita berbuat kebajikan.

Jadi, Nibbana atau mengakhiri penderitaan itu hanya dapat dicapai dengan meningkatkan perkembangan batin hingga mencapai hasil maksimal, yaitu mencapai penerangan sempurna (Enlightened). Bhikkhu, Bhikkhuni atau seseorang yang telah berhasil mencapai Nibbana itu artinya telah berhasil menghancurleburkan Kilesa, yaitu berhasil  menghancurleburkan kotoran batin tanpa sisa. Segala macam daya upaya yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai Nibbana; sudah pasti dibarengi dengan berlatih meditasi Samatha dan atau meditasi Vipassana secara tekun dan terus-menerus, di banyak sekali kehidupan.

Dalam hal Penderitaan atau Dukkha, dikenal adanya Empat Kesunyataan Mulia, sebagai berikut :

1.      Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.

Kelahiran, ketuaan, dan kematian adalah penderitaan. Kesedihan, ratap-tangis, derita jasmani, derita batin, dan keputusasaan adalah penderitaan. Berkumpul dengan yang tidak dicintai adalah penderitaan. Berpisah dengan yang dicintai adalah penderitaan. Tidak mendapatkan hal yang diharapkan adalah penderitaan.

2.      Kesunyataan Mulia tentang asal mula Dukkha.

Sumber dari penderitaan adalah Tanha, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Semakin diumbar; semakin keras Tanha mencengkeram. Orang yang pasrah kepada Tanha sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa haus. Rasa haus bukannya hilang tapi bertambah, karena air asin itu mengandung garam.

3.      Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya Dukkha.

Kalau Tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan bahagia yang sebenarnya, terbebas dari semua penderitaan bathin. Keadaan ini dinamakan telah merealisasi Nibbana. Telah padam, tiada lagi Tanha, tiada lagi kemelekatan. Telah merealisasi kedamaian abadi.

4.      Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha.

Jalan ini menunjukkan cara agar bisa hidup bebas dari ketidakpuasan. Yaitu jalan untuk membawa kita menuju ke Kedamaian atau Kebahagiaan Sejati. Jalan ini disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Pengertian Benar atau Samma-ditthi, Pikiran Benar atau Samma-sankappa, Ucapan Benar atau Samma-vaca, Perbuatan Benar atau Samma-kammanta, Pencaharian Benar atau Samma-ajiva, Daya-upaya Benar atau Samma-vayama, Perhatian Benar atau Samma-sati, dan Konsentrasi Benar atau Samma-samadhi. Uraian mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat dibaca di tulisan lain di blog ini.


Rabu, 09 Februari 2022

Berkah Yang Sesungguhnya Dalam Kehidupan

Banyak orang mengira bahwa berkah itu adalah ketika mendapatkan keberuntungan, kekayaan yang berlimpah, umur panjang, sehat, terkenal, berkedudukan tinggi, memiliki istri yang cantik, memiliki suami yang tampan dan lain sebagainya. Akan tetapi sebenarnya bukanlah demikian. Tathagata melihat, bahwa berkah itu tidak sekadar hanya itu, itu adalah berkah yang sifatnya duniawi. Berkah yang sebenarnya adalah sejauh mana seseorang berbuat bajik. Itu adalah berkah utama. Itu adalah berkah yang unggul atau manggala utama.

Ketika melakukan kebajikan, rendah hati, menghormat kepada yang patut dihormati, mampu menyokong orang tua, anak, istri dan kerabat. Mampu mempraktekkan sila dengan baik. Menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, perbuatan tercela, suka berbagi, itu adalah berkah yang sesungguhnya. Suka mengunjungi kaum bijaksanawan, mendengarkan ajarannya, memberikan respek hormat, itu adalah berkah utama. Mengapa? Karena kebajikan tersebut mengantar seseorang pada kebahagiaan. Orang yang berbuat bajiklah orang yang pasti mendapatkan kebahagiaan.

Umur panjang, kekayaan melimpah, terkenal, yang dikatakan di awal tadi adalah berkah, apakah selalu membahagiakan? Belum tentu. Tetapi orang yang berbuat bajik sudah pasti berbahagia. Berdampak memberikan manfaat yang tidak lain adalah kebahagiaan. Maka berkah yang sesungguhnya itu adalah ketika kita melakukan yang terbaik dalam hidup ini, yaitu dengan melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat. Kalau ingin mandapatkan berkah utama, kita harus melakukan banyak kebajikan, mengisi hidup ini dengan hal-hal yang bermanfaat, maka setiap hari, setiap moment adalah berkah ketika kebajikan dilakukan.

Mengapa dalam hidup ini hendaknya mendapatkan berkah utama? Karena berkah utama itu merupakan syarat dasar bagi terwujudnya batin yang bersih, disertai dengan tekun berlatih meditasi merupakan sarana menuju hancur leburnya kilesa, yaitu hancur leburnya kotoran batin merealisasi Nibbana.

Kembali ke awal tulisan ini, berkah yang sifatnya duniawi itu bukannya tidak diperlukan, tetapi juga diperlukan, jika dimanfaatkan dengan baik maka akan menjadi penunjang yang sangat membantu dan sangat memudahkan dalam mendapatkan berkah utama. Beberapa contoh, misalnya kalau kita memiliki kekayaan yang melimpah, sehat, dan umur panjang, maka kita akan lebih mudah untuk berbuat bajik yang banyak dan berkesinambungan, seperti :  menyokong orang tua, anak, istri, kerabat, rahib, vihara dan siapapun yang membutuhkan bantuan dana. Mudah untuk berbagi, dan mudah pergi kemana saja menemui para bijaksanawan untuk berguru dan lain sebagainya.

Demikianlah uraian singkat ini. Semoga bermanfaat.

Senin, 07 Februari 2022

Apa itu Perilaku diatas Umur?

Kebanyakan orang menginginkan umur panjang. Ketika sudah uzur dan mungkin dalam kondisi sakit kronis, tetap saja menginginkan umur yang masih panjang. Adakah kira-kira alasannya yang mantap sehingga dia masih menginginkan umur yang panjang? Atau tidak memiliki alasan? Pokoknya yang penting tidak mau mati? Padahal mati itu kapan saja bisa terjadi, bisa datang secara tiba-tiba. Apakah tidak lebih baik menyadari hal tersebut, sehingga sebelum kematian datang menjemput, yang bersangkutan sudah memiliki persiapan yang memadai? Apalagi kalau sudah sakit-sakitan pertanda maut sudah dekat. Persiapan seperti apa yang sudah dan akan terus dilakukan, tentunya masing-masing orang berbeda pemikiran. Tergantung dari pengalaman, pendidikan, kecerdasan, kualitas batin atau kualitas rokhani dan juga agama. Sebelum kematian tiba mungkin perlu menyiapkan surat wasiat kalau sebagai orang tua, yaitu surat wasiat pembagian harta warisan, atau mungkin pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak atau keluarga agar semuanya menjadi baik, aman, tidak kacau setelah ditinggal selama-lamanya oleh orang tua, atau mungkin juga ada pemberitahuan tentang harta simpanan, atau tabungan di Bank, dan lain-lain. Itu adalah persiapan umum sebelum kematian datang menjemput. Namun ada persiapan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua, supaya ketika dan setelah meninggal dunia wajah jenazah seperti tersenyum. Itu artinya apa? Artinya adalah bahwa yang bersangkutan meninggal dunia dengan tenang, dengan ikhlas, telah berhasil melepas semua urusan dunia, tidak memikirkannya lagi, tidak mengingat-ingat atau melekat kepada harta benda yang dia miliki, yang selama ini berhasil dia kumpulkan dan dia timbun. Atau mungkin semua hutang-hutangnya sudah berhasil dilunasi, pokoknya urusan dunia sudah diselesaikan semua dengan baik dan siap ditinggalkan. Nah itu adalah urusan duniawi, urusan materi. Masih ada lagi urusan yang bukan duniawi yaitu urusan spiritual, yang tidak bisa ditinggalkan di dunia, melainkan harus dibawa mati. Karena bekal spiritual tersebut mengikuti yang bersangkutan pergi setelah meninggal dunia dan masuk ke alam berikutnya yang baru. Bekal tersebut harus dinikmati di alam kehidupan yang baru, tidak bisa tidak. Surga dan Neraka adalah dua jenis alam kehidupan berikutnya setelah kematian. Dan masih ada 29 jenis alam kehidupan yang lain yang keberadaannya diatas dan diantara kedua alam tersebut. Bekal spiritual yang dimiliki adalah tiket ke alam mana seseorang akan masuk, ke salah satu alam kehidupan berikutnya yang sudah menanti, yaitu alam bahagia atau alam penderitaan, tergantung bekal yang dimiliki. Termasuk terlahir di alam manusia kembali. Alam manusia adalah alam bahagia sekaligus alam menderita, tergantung bagaimana batin seseorang mampu menyikapinya. Alam manusia adalah alam terbaik, karena di alam manusia seseorang bisa mengumpulkan bekal terbaik atau membuat tiket terbaik yang mampu dia buat, sesuai kemampuan masing-masing karena saking sulitnya. Terlahir di alam manusia itu sangat sulit karena harus memiliki bekal atau tiket yang tepat, memiliki tiket yang cocok. Selain alam manusia seseorang tidak bisa leluasa berbuat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan berikutnya. Karena di alam lain mereka cenderung hanya mengalami satu kondisi saja, yaitu penderitaan atau kebahagiaan. Terlebih di alam Neraka mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada kesempatan, tidak bisa berbuat baik karena selalu mengalami siksaan, mengalami siksaan melulu. Demikian pula di alam bahagia, di beberapa alam brahma, mereka hanya mengalami kebahagiaan saja, tidak ada kesempatan berbuat yang lain. Kembali ke persoalan menjelang kematian, apakah bekal spiritual yang dimiliki, yang sudah dikumpulkan sudah memadai atau belum? artinya sudah baik atau justru bekal yang buruk? Selama ini apa yang sudah diperbuat? Apakah kondisi batinnya sudah lumayan bersih? Apakah upaya mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasinya sudah lumayan baik? Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman yang memabukkan barulah cerminan dari batin yang bersih paling minimal dari hasil pengembangan kemoralan. Sebab untuk merealisasi batin yang bersih total tanpa noda, atau merealisasi Nibbana itu selain mengembangkan kemoralan, juga perlu mengembangkan kerelaan, contohnya adalah berdana, berdana bentuk apa saja boleh yang penting bermanfaat baik buat pihak lain, dan jangan lupa yang paling penting adalah berlatih meditasi secara benar, yang serius, pantang menyerah, terus-menerus, dan berkesinambungan dengan melalui banyak kehidupan. Merealisasi Nibbana adalah merealisasi kedamaian yang hakiki selamanya, dan tidak mungkin mundur kembali atau tidak mungkin degradasi. Jadi sekali lagi yang perlu diperhatikan dalam mengarungi kehidupan itu utamanya adalah persoalan mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi, yang akan menghasilkan tabungan berupa jasa baik dan pencapaian level tertentu dari konsentrasi atau meditasi, sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya, terlebih di masa-masa akhir kehidupan maka ketiga pengembangan tersebut harus lebih diutamakan, bukan umur yang panjang tapi tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat termasuk tekun berlatih meditasi. Judul tulisan ini adalah perilaku diatas umur, artinya jika ditinjau dari perspektif universal, yaitu dari sisi spiritual yang benar, dari sisi spiritual yang menguntungkan, adalah bahwa, perilaku baik itu lebih menguntungkan dibanding umur yang panjang. Kata kasarnya adalah, apa gunanya umur panjang jika perilakunya buruk, atau yang lebih soft apa gunanya umur panjang kalau tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang berguna buat pihak lain, bahkan buat semua makhluk. Lebih baik berumur pendek tapi perilakunya baik dibanding berumur panjang tapi tidak berbuat apa-apa. Demikianlah uraian singkat ini yang berjudul : Perilaku diatas umur. Semoga bermanfaat.