Translate

Kamis, 31 Mei 2018

Pencerahan Ringan.

1.       Ranjang, bukan tidur
2.       Buku, bukan pengetahuan
3.       Makanan, bukan selera
4.       Perias wajah, bukan kecantikan
5.       Bangunan, bukan rumah
6.       Obat, bukan kesehatan
7.       Kemewahan, bukan ketentraman
8.       Kesenangan, bukan kebahagiaan
9.       Agama, bukan keselamatan

Pernyataan-pernyataan tersebut diatas, dapat diartikan sebagai berikut :

1.       Kalau mau tidur nyenyak, gunakanlah ranjang yang baik
2.       Kalau mau berpengetahuan luas, gemar-lah membaca buku-buku pengetahuan
3.       Kalau mau memenuhi selera makan, pilihlah makanan kesukaan
4.       Kalau mau cantik, manfaatkanlah perias wajah yang piawai
5.       Kalau mau rumah yang layak, pilihlah bangunan rumah yang baik
6.       Kalau mau sehat, minumlah obat yang manjur, yang sesuai dengan penyakitnya
7.       Kalau mau tentram, tidak harus hidup mewah, melainkan piawai menata batin
8.       Kalau mau bahagia, tidak harus bersenang-senang terus, melainkan menyadari & bisa menerima setiap perubahan dengan ikhlas
9.       Kalau mau selamat, praktekkanlah ajaran agama dengan benar, meliputi : tidak serakah, tidak membenci & tidak gelap batin

Rabu, 30 Mei 2018

Tuhan & sikap kita.


Katanya Tuhan tidak minta disembah, kalau manusia menyembahnya bukannya itu salah alamat? Tuhan itu maha sempurna kan? Berarti Tuhan tidak memerlukan apa-apa lagi.
Kalau Tuhan minta disembah, apakah itu benar? Raja, presiden & saya-pun tidak minta disembah, kok Tuhan minta disembah?. Logikanya dimana? Tuhan itu maha sempurna kan.? Berarti Tuhan tidak memerlukan apa-apa lagi.
Semuanya sudah tersedia lengkap-kap & beroperasi / berproses secara otomatis, terserah bagaimana manusia mau memanfaatkannya & mau berbuat apa. Yang jelas semua perbuatan manusia itu, perbuatan baik maupun perbuatan jahat, ada konsekuensi (akibat) nya. Tidak ada yang gratis. Perbuatan baik maupun perbuatan jahat, akan menuai akibat yang sesuai ketika situasi & kondisinya telah mendukung (dari kurun waktu yang tak terbatas – waktu yang tepat telah tiba). Kecuali jika benih-benih perbuatan yang telah kita tabur tersebut tidak kita pelihara (rawat) dengan baik, maka tidak akan tumbuh & menghasilkan buah yang baik. Mari kita memilih upaya untuk hasil yang kita inginkan. Merawat benih baik yang sudah kita tabur & tidak merawat benih yang tidak baik. Mari kita ukir nasib & takdir kita sendiri…

Senin, 28 Mei 2018

Hari Raya Tri Suci Waisak.

Ada 3 peristiwa Agung dibalik peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak, yaitu :
  1. Peristiwa lahirnya Pangeran Siddhartha Gautama, yang dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal, pada 623 SM (623 tahun Sebelum Masehi).
  2. Pertapa Siddhartha Gautama mencapai Penerangan Sempurna saat bermeditasi dibawah pohon Bodhi, dan menjadi Buddha, di usia 35 tahun, di Bodh Gaya, India, pada 588 SM (588 tahun Sebelum Masehi).
  3. Peristiwa wafatnya Siddhartha Gautama (Parinibbana), dibawah Pohon Sala Kembar, di Kusinara-India, setelah selama 45 tahun membabarkan Dhamma kepada para dewa & manusia (murid-muridnya), wafat di usia 80 tahun, pada 543 SM (543 tahun Sebelum Masehi).
Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada saat bulan purnama sidi di bulan Mei. Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno. Keputusan merayakan Tri Suci Waisak tersebut dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950.


Di Indonesia, perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak itu mengikuti keputusan WFB. Secara tradisional, dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Rangkaian perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak nasional secara pokok adalah sebagai berikut :
  1. Pengambilan air berkat dari mata air di Umbul Jumprit - Ngadiredjo, Kabupaten Temanggung, dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
  2. Ritual "Pindapatta", suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu, oleh masyarakat (umat), untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
  3. Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama sidi. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Selain tiga upacara pokok diatas, dilakukan pula pradaksina, suatu ritual mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali searah jarum jam, ada pawai, dan juga acara kesenian.

Sabtu, 26 Mei 2018

Pencapaian Penerangan Sempurna (Enlightened).

Meditator yang telah mencapai Penerangan Sempurna (Enlightened), merealisasi Nibbana, itu berarti bahwa meditasinya telah mencapai kesempurnaan, mencapai tingkat tertinggi dari keberhasilan meditasi. Tahap-tahap meditasi sebelum Enlightened adalah memasuki jhāna pertama, kedua, ketiga dan keempat. Meditator ketika telah Enlightened, pikirannya terkonsentrasi menjadi murni, cermelang, tanpa noda, tanpa cacat, mudah ditempa, mudah dikendalikan, serta tak tergoyahkan.

Meditator yang telah Enlightened mengetahui bahwa noda-noda batinnya telah hancur. Mengetahui secara langsung segala sesuatu sebagaimana adanya. Ia menyadari dan mencerap bahwa pikirannya terbebas dari noda keinginan indrawi, noda kehidupan, dan noda kebodohan batin (delusi). Muncul lah pengetahuan bahwa ia telah terbebas. Ia menyadari langsung bahwa sumber kelahirannya sudah dihancurkan; hidup suci sudah dijalankan; apa yang harus dilakukan sudah dilakukan; tiada lagi kelahiran kembali di alam mana pun juga. Telah mencapai kesucian tingkat Arahat, pikirannya benar-benar murni, merealisasi Nibbana.

Guru Agung (Tathagata) Sang Penemu Ajaran Kebenaran (Dhamma) ketika mencapai Penerangan Sempurna (atas usahanya sendiri), beliau mengarahkan pikirannya, sehingga selain mengetahui hal-hal yang sudah disebutkan diatas, maka beliau mengetahui juga dua hal berikut :

1.      Mengetahui dan dapat melihat dengan jelas dan rinci kelahiran-kelahiran beliau yang terdahulu, yang telah berlalu dimasa lampau.
2.      Pengetahuan mata dewa, yaitu dapat melihat dengan jelas lenyapnya dan munculnya kembali makhluk hidup setelah mereka mati, melihat makhluk-makhluk lenyap dan muncul kembali ke dalam kondisi rendah dan mulia, cantik dan buruk, mujur dan malang.

Kemampuan mengetahui dua pengetahuan tersebut diatas, belum tentu bisa direalisasi (secara sempurna) oleh para meditator lain sebagai pengikut ajaran Dhamma. Adalah ajaran yang telah ditemukan & selalu dibabarkan oleh Tathagata kepada para murid-muridnya. Kedua hal tersebut merupakan kemampuan turutan dari keberhasilan merealisasi Penerangan Sempurna, merealisasi Nibbana. Kemampuan-kemampuan tersebut bisa diperoleh atau tidak, tergantung dari bakat masing-masing meditator.