Translate

Rabu, 16 Mei 2018

Mengembangkan Kemoralan.

Mengembangkan kemoralan adalah melatih perilaku yang baik-baik yang bermanfaat untuk mengatasi kebencian.

Latihan kemoralan yang paling mendasar ada lima hal yang utama, yaitu; latihan untuk tidak membunuh, latihan untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan secara sah atau mencuri, latihan untuk tidak melanggar kesusilaan atau berjinah, latihan untuk tidak berbohong dan latihan untuk tidak mabuk-mabukan. Seseorang yang rajin melaksanakan lima latihan kemoralan ini akan mampu mengikis bahkan melenyapkan kebencian yang timbul dalam batin. Kebencian yang dimaksudkan di sini tentu saja dalam arti yang seluas-luasnya.

Ketika seseorang mampu melatih diri untuk tidak membunuh, maka ia sesungguhnya mulai mampu mengurangi kebencian pada obyek yang biasa dibunuhnya. Misalnya, ia terbiasa membunuh semut yang sering berada di atas meja makan. Jika diteliti, dasar tindakan ini adalah kebencian terhadap semut yang telah mengganggu makanannya. Ia menganggap pembunuhan adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal, sesungguhnya pembunuhan hanya salah satu cara mengatasi masalah. Ia mungkin saja bisa meletakkan sejenis cairan di kaki meja makan sehingga mencegah semut naik ke meja makan. Kemauan untuk menghindari pembunuhan ini menjadi salah satu upaya mengurangi kebencian.

Demikian pula dengan latihan tidak mengambil barang yang tidak diberikan atau mencuri.
Salah satu penyebab timbulnya niat mencuri adalah ketidakmampuan seseorang untuk melihat kelebihan orang lain. Dalam batinnya timbul sejenis ‘kebencian' atas keberhasilan atau kelebihan orang lain. Apabila seseorang mampu mengendalikan diri serta mampu melenyapkan dorongan untuk mencuri, maka ia sudah setahap mempunyai kemampuan untuk mengatasi ‘kebencian' yang mencengkeram batinnya.

Latihan untuk tidak berjinah atau melanggar kesusilaan diperlukan karena perjinahan terjadi ketika pelaku perjinahan tidak ingin terikat oleh peraturan negara, agama maupun masyarakat. Ia ingin bebas memuaskan keinginannya. Ia ‘benci' dengan segala peraturan yang membatasi berbagai hubungan dalam masyarakat. Dengan demikian, ketika seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidak berjinah atau melanggar kesusilaan, maka ia sudah mulai mampu mengendalikan ‘kebencian' yang timbul dalam batinnya terhadap berbagai peraturan yang harus dipatuhi sebagai konsekuensi logis hidup bersama dalam masyarakat. Ia telah sadar bahwa sebagai anggota masyarakat ia tentu harus terikat untuk mematuhi aturan serta kesepakatan yang ada.

Sedangkan latihan untuk tidak berbohong adalah latihan untuk mengurangi bahkan melenyapkan ‘kebencian' seseorang pada kebenaran diri yang mungkin menyakitkan atau memalukannya. Ia tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang mengkondisikan dirinya tampak buruk dihadapan orang lain. Ia ‘benci' kenyataan buruk atas dirinya ini. Ia lebih baik berbohong daripada mendapatkan celaan. Dengan mampu berlatih untuk tidak berbohong, seseorang sudah mulai mampu mengurangi ‘kebencian' terhadap kenyataan buruk yang ada pada dirinya. Ia mampu menerima kenyataan dan keburukan dirinya sebagaimana adanya.

Terakhir adalah latihan untuk tidak makan serta minum barang-barang yang memabukkan. Dorongan untuk mabuk sering timbul karena seseorang ‘membenci' kenyataan pahit yang harus dialaminya. Ia tidak menyukai penderitaan yang datang dalam hidupnya. Ia ingin melarikan diri dari kenyataan. Oleh karena itu, mereka yang mampu menahan diri untuk tidak mabuk-mabukan adalah orang yang mulai mampu mengendalikan ‘kebencian' dari dalam batinnya.

Dengan uraian singkat pelaksanaan masing-masing latihan kemoralan di atas, kiranya sudah sangat jelas bahwa kelima latihan kemoralan tersebut menjadi sarana ampuh atau rakit untuk menyeberangi lautan kebencian yang ada dalam diri seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar