Informasi itu datangnya dari orang
(suara) & dari buku (tulisan). Jika kita tidak menyaksikannya sendiri maka informasi tersebut tidak harus dipercaya kebenarannya. Kecuali buku sains bisa dibuktikan
kebenarannya. Orang yang menang berdebat belum tentu yang diucapkannya itu benar. Lebih
etis jika bertanya lalu dijawab, begitu seterusnya. Terserah jawaban tersebut mau
diterima atau tidak itu urusan yang bertanya, bukan urusan yang menjawab. Keyakinan tidak bisa menjadi kebenaran hanya karena selalu menang berdebat. Kebenaran itu bisa dibuktikan dengan cara tekun berlatih Vipassana Bhavana (meditasi Vipassana). Sangat lah tidak banyak orang yang mampu membuktikan kebenaran yang dimaksud sampai tuntas. Kalau belum
mampu membuktikan kebenaran, tentu saja boleh belajar dari buku-buku yang terkait atau
dari guru-guru yang advance (unggul spiritual nya), tapi juga harus kritis, jangan
langsung percaya begitu saja. Informasi-informasi yang kita terima dari manapun itu jangan
langsung ditelan mentah-mentah, atau dipercaya begitu saja, tapi harus ditanyakan sampai
jelek, dinalar & dipertimbangkan 1000 kali terlebih dahulu. Menurut Kalama
Sutta; Anguttara Nikaya : 3.65 , tertulis sebagai berikut :
•
Jangan percaya dengan sebuah berita hanya karena engkau mendengarnya.
•
Jangan percaya dengan sebuah tradisi hanya karena tradisi itu telah dilakukan
selama beberapa generasi.
•
Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu ramai dibicarakan orang.
•
Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu telah dituliskan ke
dalam buku-buku suci.
•
Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu diajarkan oleh para guru
dan orang-orang tua.
Jika
dengan kesadaran, perenungan, akal sehat dan pengalaman sendiri, bahwa sesuatu
hal itu memang patut diterima atau dipercayai, mengandung kebenaran, menuju
kebahagiaan, maka sudah selayaknya untuk menerima dan hidup berdasarkan hal-hal
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar