Translate

Minggu, 30 Januari 2022

Perjalanan Ini Sangat Singkat

Alkisah ada seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas tas berat dan jendela bis.

Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu. Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu. Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum : Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti.

Saudara saudara, jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas. Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele, perjalanan kita bersama ini amat singkat. Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan, karena semua hanya membuang waktu kita di perjalanan yang singkat ini.

Apakah seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu? Tetaplah tenang, perjalanan hidup kita ini terlalu singkat. Apakah seseorang sudah menghianati kamu, mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu? Tetaplah tenang, maafkan mereka, karena perjalanan hidup kita ini sangat singkat. Apapun masalah yang dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat bahwa perjalanan hidup kita ini sangat singkat.

Sebagai manusia biasa, tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan berakhir. Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang berikutnya. Perjalanan hidup kita ini sangat singkat.

Mari kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.

Mari kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu dengan yang lain.

Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama.

Kalau aku pernah menyakiti hati sahabatku tanpa sengaja atau disengaja, aku mohon dimaafkan, aku bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.

Bila sahabatku pernah menyakiti hatiku, aku sudah memaafkan semua, karena perjalanan hidup kita sangat singkat.

Mengapa aku bersikap demikian? dan mengatakan semua itu? Iya, karena hukum alam itu ada. Hukum alam itu adil. Hukum alam itu bekerja secara otomatis. Tiada kejadian atau tiada akibat yang tanpa sebab. Aku berbuat baik, seketika itu juga aku merasa bahagia, inilah akibat nyata yang langsung aku dapatkan, sesuai dengan yang kumau. Tidakkah Anda mendambakan kebahagiaan yang demikian? Aku tahu masih ada akibat berikutnya setelah aku mati. Kalau aku banyak berbuat baik maka setelah aku mati aku tidak akan sengsara. Di alam sana nanti aku tidak akan sengsara. Sebab sebab yang baik akan menghasilkan akibat yang baik pula. Siapa bilang kalau mati maka perkaranya selesai? Anda mesti  mempertanggungjawabkan sendiri sebab sebab yang Anda ciptakan sendiri berupa akibat yang akan Anda terima sendiri. Hukum alamnya seperti itu. Yang Maha Kuasa itu nyata dan Anda tidak bisa melawan Yang Maha Kuasa. Anda akan selamat, Anda akan bahagia jika Anda mampu menyesuaikan diri dengan Yang Maha Kuasa, berada didalam sistem dan menyikapinya dengan baik.

Bahagia dan derita itu tidak bisa tetap, selalu berubah. Perubahan itu terjadi karena sebab-sebabnya juga selalu berubah. Karena selalu berubah maka Anda akan capek, Anda merasakan penderitaan. Anda akan damai selamanya, tidak capek lagi dan tidak lagi merasakan penderitaan kalau Anda tidak lagi menciptakan sebab supaya tidak berakibat, artinya telah padam. Setelah kematian tidak akan terlahir kembali di alam manapun. Sebab itu timbul karena adanya nafsu keinginan, karena adanya hawa nafsu. Hawa nafsu timbul karena batinnya kotor. Jika batinnya bersih maka perbuatannya tidak disertai dengan hawa nafsu. Berbuatnya mempunyai tujuan yang baik namun perbuatan tersebut tidak disertai dengan hawa nafsu. Tujuan tercapai atau tidak tercapai diterima dengan baik apa adanya, dimana proses berbuatnya dilakukan dengan menggunakan jalan tengah, yaitu tidak disertai dengan hawa nafsu. Cara membersihkan batin adalah dengan selalu melakukan focusing dan konsentrasi mengamati obyek.

Jumat, 28 Januari 2022

Takut Menghadap Masa Depan Mencekam

Adalah fakta bahwa hampir semua orang takut mati. Penyebab utamanya adalah karena mereka itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Yang dikawatirkannya adalah jika setelah mati maka akan terlahir di alam penderitaan. Umum menyebutnya sebagai masuk Neraka. Terlebih jika kematian itu diketahuinya akan segera datang, karena yang bersangkutan telah mengidap penyakit parah, seperti kanker, gagal ginjal hingga perlu cuci darah 2 kali seminggu dan lain-lain sebagainya.

Alkisah ada seseorang yang takut sekali dengan kematian, sehingga dia melakukan banyak hal, yaitu mendatangi orang-orang suci. Dan yang diperoleh macam-macam, yaitu Vibutti atau abu suci, foto orang suci, juga benda-benda lain, termasuk telah dibacakan mantera-mantera. Akan tetapi semuanya itu tidak membuatnya tenang dan berani menghadapi kematian.

Kemudian karena kematiannya dirasakan sudah sangat dekat, dia benar-benar tidak siap dan sangat takut menghadapinya, maka sebagai upaya terakhir orang tersebut mendatangi orang yang dianggap paling suci, dan berkata demikian : berikan aku satu hal saja yang benar-benar bisa menyingkirkan rasa takutku menghadapi kematianku yang kurasa sudah sangat dekat. Rupanya orang suci yang dimaksud memiliki cukup kebijaksanaan, dia mengatakan kepada orang sakit yang mendatanginya itu sebagai berikut : Engkau itu belum sadar, mengapa untuk menyingkirkan rasa takut mati itu engkau meminta sesuatu? Tidak akan ada yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Aku juga tidak bisa membantumu. Aku akan gagal memenuhi permintaanmu seperti orang lain yang juga gagal. Mereka memberimu sesuatu yaitu abu suci, foto atau benda-benda lain karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan yang bisa memenuhi permintaanmu itu. Sekarang aku mengatakan kepadamu, hanya satu hal yang bisa aku katakan, yaitu terimalah kematian itu dengan rela dan lapang dada, terimalah kondisimu yang sekarang ini. Gemetarlah jika itu ada, jangan dilawan, jangan engkau menekannya. Jangan engkau menolak kematian dan jangan juga mencoba untuk menjadi berani menghadapi kematian. Kematian itu ada disana. Kematian itu alami. Engkau akan pergi dengan damai jika engkau menerimanya sepenuh hati, diterima dengan penerimaan secara total.

Sesungguhnya kondisi yang baik setelah kematian itu bisa diperoleh dengan memiliki pikiran yang baik pada saat menit-menit terkahir menjelang kematian. Dan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melepaskan rasa gelisah akan berpisah dengan orang-orang dan keluarga tercinta, jangan melekat kepada harta dan kekayaan yang akan ditinggalkan. Lepaskanlah semua urusan dunia itu. Akan tetapi permasalahannya untuk melakukan itu semua tidaklah gampang. Anda tidak akan bisa mengendalikan pikiran Anda jika pikiran atau batin Anda selama ini tidak terlatih. Karena Kamma buruk Anda selama ini akan mengambil alih pikiran Anda pada saat-saat terakhir hidup Anda. Terkecuali jika selama ini Anda telah mengembangkan Kamma baik dan menghindari melakukan Kamma buruk, sehingga secara total Kamma Anda berada disisi positif, disisi baik. Kamma yang positif atau disisi baik akan menenangkan pikiran. Pikiran Anda berada dalam posisi yang baik.

Jika Anda adalah seorang meditator, tentu Anda terbiasa menggunakan perhatian untuk menenangkan pikiran Anda. Ketika Anda sakit parah dan mungkin berada dalam kondisi menjelang kematian, Anda dapat menggunakan perhatian Anda untuk menenangkan pikiran dengan melafalkan Paritta atau memperhatikan keluar masuknya nafas. Jika Vipassana Bhavana Anda telah mencapai level yang memadai, Anda dapat merenungkan dengan baik sifat tubuh yang tidak kekal, dan berhasil melepaskan eksistensi tubuh Anda, yaitu tidak berpegang teguh kepada tubuh. Biarkan jika tubuh sudah tidak berfungsi lagi dimana kematian telah tiba. Anda adalah pikiran, Anda tidak mati dengan tubuh. Namun sebaliknya jika seseorang berpegang teguh kepada tubuh, maka pikirannya akan terasa buruk, karena pikirannya tidak menginginkan tubuhnya mati. Jika Anda menginginkan pikiran yang damai dan tenang, maka Anda harus melihat tubuh sebagai tidak kekal. Anda bisa memandang tubuh kedalam 3 hal, yaitu :

Tubuh itu bukanlah dirimu.

Anda adalah pikiran.

Anda harus memisahkan pikiran dari tubuh dengan membiarkannya mati jika waktunya telah tiba.

Jika tubuh berhenti bernafas biarkan dia berhenti bernafas. Jika tubuh mengalami sakit, biarkan tubuh sakit, jangan melakukan apapun pada tubuh. Jika dengan obat; dokter dapat memperbaiki tubuh, terimalah itu. Tetapi jika dokter tidak dapat memperbaikinya, biarkan itu terjadi. Agar pikiran Anda menjadi damai dan tenang.

Kembali ke persoalan orang yang takut akan datangnya kematian yang sudah disebutkan tadi. Beberapa hari kemudian orang tersebut datang lagi ke orang suci yang terakhir dia datangi, orang tersebut datang dengan kondisi yang lebih baik. Dia berkata, aku berhasil, kalau selama ini aku tidak bisa tidur dengan baik, maka sudah 4 hari terakhir ini aku bisa tidur nyenyak, berkat nasehat dan ilmu yang engkau berikan. Engkau benar bahwa kematian itu ada disana, dan tidak ada yang bisa dilakukan selain menerimanya dengan tenang dan ikhlas. Kematian adalah alami, merupakan hukum alam, merupakan kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar. Aku mengatakannya sebagai keajaiban, bahwa sekarang ini aku tidak merasa begitu takut lagi dengan kematian. Aku menerima hal yang pasti akan terjadi terjadilah, sehingga ketakutanku mulai hilang. Energi rasa takutku banyak berkurang.

Singkat cerita, diketahuilah bahwa akhirnya orang tersebut telah meninggal dunia. Dia meninggal dunia dengan tenang dan damai, rasa takutnya diterima sebagaimana mestinya. Jika rasa takut itu diterima dengan akal sehat, tidak dilawan, maka takut itu lenyap. Dan karena dalam detik-detik menjelang kematian pikirannya baik, semoga yang bersangkutan terlahir kembali di alam bahagia, terlahir di alam surga, yaitu terlahir di alam dewa atau terlahir kembali sebagai manusia.

Rabu, 19 Januari 2022

Apa Yang Akan Terjadi Setelah Kita Menutup Mata ???

Disarikan dari uraian Bhante Santacitto. Setiap kelahiran akan diikuti dengan kematian. Apakah kematian adalah akhir dari segalanya atau masih ada kehidupan berikutnya? Apa yang terjadi setelah meninggal dunia itu menjadi pertanyaan dari dulu hingga kini.

Ada 2 tradisi besar. Kelompok pertama berpandangan bahwa setelah meninggal dunia semuanya akan berakhir dan tidak akan ada kelahiran kembali. Akan tetapi kelompok kedua memiliki pandangan yang berbeda, bahwa setelah meninggal dunia masih ada kehidupan yang mendatang.

Kelompok pertama mengakui bahwa manusia itu terdiri dari dua hal yaitu jiwa atau roh dan raga atau jasmani. Mereka berpandangan bahwa setelah meninggal dunia maka roh juga hancur. Sehingga tidak ada kelahiran kembali. Mereka mempunyai perumpamaan. Daun sirih yang dikunyah dengan kapur akan muncul warna merah. Daun sirih dan kapur menggambarkan jasmani, sedangkan warna merah menggambarkan roh. Perumpamaan tadi dapat diartikan bahwa kalau jasmani mati atau hancur maka roh juga hancur. Tidak akan ada kelahiran kembali. Tidak ada hukum karma. Semua perbuatan sekarang tidak akan menghasilkan buah apapun di kemudian hari karena tidak ada kelahiran kembali. Sehingga hidup ini dapat dimanfaatkan untuk bersenang-senang. Pemahaman ini sampai sekarang masih ada.

Kelompok kedua mempunyai pandangan yang berbeda, bahwa setelah mati masih ada kelahiran kembali. Jasmani dan roh merupakan dua hal yang berbeda. Begitu kematian terjadi, roh masih berlanjut ke kehidupan berikutnya.

Tathagata Guru Agung menolak kedua pandangan tadi. Kelahiran kembali bisa terjadi apabila sebab-sebabnya masih ada. Beliau menolak pandangan bahwa ada roh, entitas atau sesuatu yang tetap yang mengembara dari kelahiran ke kelahiran lainnya. Karena segala fenomena itu unsur-unsurnya selalu berubah. Adanya kelahiran kembali itu bisa beliau lihat dengan kemampuan Abhinna yang dimilikinya, dalam hal ini kemampuan Dibhacakkhu beliau, yaitu kemampuan mata dewa, adalah pengetahuan yang tinggi, merupakan Extrasensory Perseption atau persepsi yang melampaui kemampuan manusia biasa. Bukan dengan rasio atau logika. Beliau mengetahui bahwa makhluk itu lahir mati lahir mati sesuai dengan karmanya. Ada alam-alam lain setelah kematian. Tetapi didalam kelahiran atau didalam kehidupan makhluk-makhluk itu tidak ada roh atau sesuatu yang tetap di dalamnya. Dari sisi Paticcasamuppada atau sisi Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan, yang namanya roh itu tidak ada karena ya itu tadi, unsur-unsurnya selalu berubah. Paticcasamuppada menjelaskan, dengan adanya Avijja atau kebodohan sebagai kondisi maka munculah Sankhara yaitu perbuatan baik dan buruk, dengan adanya Sankhara munculah Vinnana atau kesadaran, dengan adanya Vinnana munculah Namma & Ruppa atau batin & jasmani, dengan adanya Namma & Ruppa munculah Salayatana atau enam landasan indriya, dengan adanya Salayatana munculah Phassa atau kontak, dengan adanya Phassa munculah perasaan, dengan adanya perasaan munculah Tanha atau nafsu keinginan, dengan adanya Tanha munculah Upadana atau kemelekatan, dengan adanya Upadana munculah Bhava atau kemenjadian, dengan adanya Bhava terjadilah kelahiran, dengan adanya kelahiran maka munculah kesedihan, ratap tangis, ketuaan, kematian dsb.

Kelahiran kembali itu terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor Paticcasamuppada tadi, tetapi roh tidak ditemukan dalam setiap unsur Paticcasamuppada. Yang terjadi adalah ada kondisi-kondisi atau fenomena yang saling menyokong, atau saling bergantung, yang memunculkan sebuah keberlanjutan, yang didalamnya ada kelahiran setelah kematian. Kelahiran seseorang setelah kematian itu dipengaruhi oleh perbuatan masing-masing. Seperti benih yang ditabur, maka demikian pula buah yang akan dipetik. Perbuatan baik setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan mengakibatkan terlahir di alam yang baik atau alam kebahagiaan. Perbuatan jahat setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan mengakibatkan terlahir di alam penderitaan. Yang melakukan pembunuhan, pelit tidak suka berdana, atau suka marah-marah, maka setelah meninggal dunia mungkin dia akan terlahir di neraka, atau kalau terlahir di dunia akan menjadi manusia yang sakit-sakitan, berumur pendek, menjadi orang miskin atau berwajah jelek. Kalau tidak membunuh tetapi suka menolong orang lain atau suka berdana, tidak pelit, tidak suka marah-marah, mungkin nanti setelah meninggal dunia dia akan terlahir di Surga atau kalau terlahir sebagai manusia akan berumur panjang, menjadi orang kaya, tidak sakit-sakitan atau berwajah rupawan.

Perbuatan-perbuatan di masa lampau bisa langsung berbuah, yang bersangkutan sesaat setelah meninggal dunia bisa langsung terlahir di Neraka atau di Surga. Akan tetapi ada juga perbuatan-perbuatan yang berbuahnya jauh di kehidupan-kehidupan berikutnya. Yang kita alami sekarang ini bukan akibat dari perbuatan-perbuatan kita di kehidupan sebelum kehidupan ini, tetapi mungkin berasal dari kehidupan-kehidupan kita jauh sebelumnya.

Ada brahmana dan pertapa yang memiliki kemampuan Dibhacakkhu yang belum sempurna, yang melihat orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kebajikan tetapi setelah meninggal dunia terlahir di alam penderitaan. Sehingga mereka berpikir bahwa hukum karma itu tidak ada. Ada yang melihat sebaliknya, orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kejahatan tetapi setelah meninggal dunia terlahir di alam bahagia. Sehingga mereka juga berpikir bahwa hukum karma itu tidak ada.

Atas hal tersebut Tathagata memberikan penjelasan, meskipun seseorang semasa hidupnya banyak melakukan kebajikan, namun ketika menjelang ajal orang tersebut berpikiran buruk, maka menyebabkan dia terlahir di alam penderitaan. Dan sebaliknya, meskipun seseorang semasa hidupnya banyak melakukan perbuatan jahat, namun ketika menjelang ajal orang tersebut berpikiran baik, maka dapat menyebabkan dia terlahir di alam bahagia. Perbuatan baik atau perbuatan jahat yang pernah dilakukan orang tersebut akan berbuah kemudian, atau berbuah di kehidupan-kehidupan selanjutnya. Tidak langsung berbuah di kehidupan setelah kematiannya.

Ada 31 alam kehidupan dari yang paling menyengsarakan sampai alam kehidupan yang paling membahagiakan. Yaitu dari alam Neraka yang paling rendah sampai alam Brahma tanpa bentuk yang paling membahagiakan. Semakin tinggi atau semakin rendah alam kehidupannya, maka akan semakin tinggi kebahagiaan dan kesengsaraannya, dan semakin panjang jangka waktu hidupnya.

Tujuan dari Tathagata mengajarkan Dhamma adalah bagaimana hendaknya kita bisa terbebas dari segala bentuk kehidupan, terbebas dari roda kelahiran dan kematian. Karena terlahir di alam-alam kehidupan itu menderita. Yang harus kita lakukan adalah melenyapkan sebab-sebab dilahirkan. Secara garis besar penderitaan atau Samsara bisa terjadi karena 3 hal, seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi pohon kalau ditopang oleh tanah dan air. Namun secara rinci yang memunculkan Samsara  itu ada 12 hal yang saling bergantungan yang disebut Paticcasamuppada. Secara garis besar ketiga hal yang memunculkan Samsara tadi adalah Vinnana atau kesadaran, Karma atau perbuatan dan Tanha atau nafsu keinginan. Biji adalah simbul dari Vinnana, tanah adalah simbul dari Karma, dan air adalah simbul dari Tanha. Vinnana akan berlanjut ketika ada Karma dan Tanha. Agar bisa terbebas dari kelahiran maka bahan bakarnya yang menjadi nutrisi dari kehidupan itu harus dihancurkan. Nurisi yang adalah Tanha itu harus dihancurkan. Tanha yang sudah hancur terjadi pada seorang arahat. Seorang arahat masih melakukan perbuatan,  tetapi karena tidak disertai dengan Tanha maka tidak membawa pada kelahiran, perbuatan yang tidak disertai dengan Tanha disebut Kiriya. Cara melenyapkan Tanha adalah dengan mempraktekkan dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Yaitu mempunyai Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Yang harus senantiasa dikembangkan.

Cara hidup yang tidak pernah rugi

Tulisan ini bertujuan mengajak kita semua untuk bisa menyadari pentingnya berpikiran sehat, pentingnya berpikir dengan jernih, untuk mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh, supaya hidup kita ini nyaman. Yaitu bahwasannya hidup ini sangat berarti, jangan sia-sia-kan hidup ini untuk hal-hal yang tidak berguna, supaya kita tidak rugi. Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan kualitas batin dengan cara :

1. Selalu berusaha mengendalikan diri, mengendalikan emosi, dan berusaha bertindak bijaksana.

2. Selalu berusaha berbuat hal-hal baik, hal-hal yang berguna. Menghindari berbuat hal-hal yang tidak baik, yaitu mengecewakan, menyakiti, merugikan orang lain, menyiksa makhluk hidup, merusak lingkungan dan lain-lain.

Tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengintervensi, menambah atau mengurangi nasib hidup kita ini kecuali diri kita sendiri. Kita ini adalah kreator dari takdir kita sendiri. Surga atau neraka, yaitu alam kebahagiaan atau alam penderitaan yang kita singgahi setelah kita meninggal; itu kita sendiri penyebabnya. “Siapa menanam benih dia sendirilah yang akan memetik buahnya”. Doa terbaik adalah berbuat baik termasuk berdoa yang baik. Kita akan berhenti sebagai kreator kehidupan setelah batin kita benar-benar besih tanpa noda, sudah tidak membuat dosa baru lagi. Penyebab dari terlahir kembali di alam kehidupan yang baru sudah berhasil kita hancur leburkan. Apakah bisa? Bisa, meskipun sangat sulit dan memerlukan cara-cara yang tepat, cara-cara yang sudah ada dan patent, yaitu dengan cara mempraktekkan dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Praktek ini memerlukan waktu yang sangat lama sekali dengan melalui banyak kehidupan. Tapi yang paling penting dengan berjalannya waktu berusahalah secara kumulatif dalam satu kehidupan tidak mengalami kemunduran. Usahakan mampu untuk terus maju meskipun berjalannya merangkak seperti siput. "Alon-alon Waton Kelakon." Ini bahasa Jawa yang artinya; pelan-pelan asalkan terlaksana.

Tidak terlahir kembali di alam manapun itu merupakan tujun akhir dari kehidupan semua makhluk. Tidak terlahir kembali itu artinya telah padam, telah berhasil merealisasi Nibbana. Ada yang bilang telah berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki selamanya. Ada juga yang bilang telah berhasil merealisasi kedamaian abadi. Damai abadi itu rasanya seperti apa tidak bisa diceritakan karena enam indriya yaitu panca indera dan batin atau pikiran sudah tidak ada lagi. Supaya tahu rasanya seperti apa maka harus dialami sendiri.


Berada di Posisi manakah Anda?

Anda tahu bahwa kepercayaan itu di dunia ini sangat banyak sekali. Tidak terkecuali di Indonesia. Namun sekarang ini yang diakui, artinya yang difasilitasi oleh negara hanya ada enam. Secara sepintas dapatlah diketahui bahwa keenam kepercayaan tersebut, katakanlah dapat dibagi menjadi tiga golongan. Semuanya mengajarkan kebaikan. Meski kenyataannya ada saja penganutnya yang memiliki perbuatan yang tidak baik, yang tidak sesuai dengan yang diajarkan. Perbuatan tidak baik tersebut disadarinya, yang tidak disadari adalah bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang salah. Mereka menganggap perbuatannya itu benar adanya. Yang dimaksud perbuatan yang tidak baik tersebut contohnya adalah menjelek-jelekkan atau menyalah-nyalahkan kepercayaan lain, menganggap kepercayaan lain itu salah, sesat dan menyebabkan setelah mati masuk Neraka. Dan menganggap kepercayaan sendirilah yang paling benar. Mereka menyerang kepercayaan lain, menyuruh kepada yang mempunyai kepercayaan lain, kepercayaan yang berbeda dengannya untuk bertobat dan mengikuti kepercayaan yang mereka percayai. Mereka tidak sadar bahwa yang namanya kepercayaan itu tentu macam-macam dan tidak bisa sama. Kepercayaan itu dipilih karena cocok, karena kebenarannya dinilai sesuai dengan nalar dan hati nurani masing-masing yang memilih, terlepas dari apakah kepercayaan itu adalah warisan dari orang tua atau bukan. Persoalan kepercayaan itu tentunya buat yang mempercayainya bukanlah kepercayaan, tapi kebenaran. Sebenarnya dengan akal yang sehat, dengan adanya kebenaran masing-masing tersebut bisa saja tidak terjadi gesekan, atau saling menyalahkan. 

Tulisan ini merupakan opini yang menjelaskan bahwa tiga golongan kepercayaan yang disebutkan tadi adalah sebagai berikut :

Yang pertama, mereka yang mempercayai bahwa keselamatan setelah kematian itu bisa diperoleh dengan rajin menyembah dan memuji-muji Tuhan, rajin berdoa kepada Tuhan termasuk memohon pertolongan dan memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Tuhan seolah dipersepsikan sebagai individu yang maha kuasa, yang ditangannyalah segala sesuatu ditentukan. Mereka ini menyadari pentingnya berbuat baik, namun jika mereka memiliki kesalahan yaitu berbuat yang tidak baik atau berbuat jahat, maka Tuhan bisa mengampuninya. Mereka meyakini bahwa hidup itu hanya sekali, selanjutnya akan masuk ke Surga atau masuk ke Neraka. 

Yang kedua, mereka yang mempercayai bahwa keselamatan setelah kematian itu bisa diperoleh dengan menyikapi dengan baik adanya hukum sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma, sehingga perlu banyak berbuat baik. Mereka juga mempercayai bahwa Tuhan yang maha esa itu bersedia menolong dan mengampuni perbuatan dosa manusia. Mereka  juga melakukan penyembahan dan doa. Mereka mempercayai bahwa hidup itu tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali sebelum semuanya berakhir dan menyatu kepada yang esa. 

Yang ketiga, mereka yang mengetahui bahwa keselamatan setelah kematian itu hanya bisa diperoleh dengan menyikapi dengan baik dan benar saja berlakunya hukum karma. Mereka juga mengetahui bahwa hidup itu berkali-kali, hidup berikutnya sebagai apa dan seperti apa tergantung dari perilaku atau tergantung dari karma di hidup sebelumnya. Dan semuanya akan berakhir, artinya setelah kematian tidak akan terlahir kembali jika batin sudah menjadi bersih sempurna atau suci, sudah tidak bisa berbuat jahat atau sudah tidak bisa berbuat dosa lagi, telah mencapai kedamaian abadi. Selain banyak berbuat baik dan mengurangi perbuatan jahat, maka untuk merealisasi batin yang suci harus melakukan latihan meditasi secara terus menerus hingga mencapai hasil tertinggi yaitu berupa pencapaian penerangan sempurna. Mereka faham bahwa ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, dan yang mutlak. Karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, dan yang mutlak, maka manusia bisa terbebas dari penderitaan, terbebas dari pembentukan dari sebab yang lalu, terbebas dari kelahiran dan kematian, telah merealisasi kemutlakan, telah merealisasi Nibbana, telah berhasil mencapai penerangan sempurna, batinnya sudah bersih sempurna dan suci, telah berhasil merealisasi kedamaian abadi. 

Dari ketiga golongan yang sudah disebutkan tadi, berada di posisi yang manakah Anda? Kepercayaan terhadap yang diyakini benar yang sudah disebutkan tadi, yang berbeda-beda itu, yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan dengan mudah, maka atas hal tersebut seharusnya membuat kita manusia yang berakal menjadi lebih saling menghormati dan toleransi satu sama lain, bertoleransi antar sesama. Jika Anda memiliki pemikiran atau opini yang lain dari penyampaian tulisan ini, silahkan ditanggapi demi untuk memperluas pengetahuan kita semua. Terima kasih.