Translate

Rabu, 31 Oktober 2018

Takdir & Nasib.

Kata orang ada "Takdir" ada "Nasib". OK aku setuju. Tapi saya punya komentar begini : supaya adil, takdir & nasib itu kita sendiri yang menentukan. Kalau ada pihak lain yang menentukan, ya sudah kita diam saja. Masa bodoh karena sudah diintervensi. Buat apa kalau yang kita peroleh itu bukan hasil karya kita? Lebih parah lagi, kalau yang kita perbuat itu sebenarnya bisa menghasilkan yang lebih baik, lebih banyak dibanding hasil yang kita terima dari pihak lain. Oleh karena itu, kalau takdir & nasib tersebut mengecewakan, siapa yang bertanggung jawab? Mengapa harus dikorupsi? Kalau pihak lain yang bertanggung jawab, ya sudah semua kita serahkan ke pihak lain saja biar puas. Bukankah memberikan kepuasan kepada pihak lain itu baik?

Selasa, 30 Oktober 2018

Alam Dewa.




Sebelum diuraikan tentang Alam Dewa (Alam Surga), terlebih dahulu akan diuraikan sekilas tentang Kammabhumi, Apayabhumi dan Kammasugatibhumi.
Kammabhumi adalah alam kehidupan dimana makhluk-makhluk yang ada di dalamnya adalah makhluk-makhluk yang sangat terikat dengan pancaindera, selalu ingin memuaskan nafsu-nafsu inderawinya.
Kammabhumi terdiri dari Apayabhumi dan Kammasugatibhumi.
Apayabhumi adalah alam kehidupan yang menyedihkan, makhluk-makhluk yang ada di dalamnya mengalami penderitaan. Apayabhumi terdiri dari 4 Alam Kemerosotan, yaitu :
1.      Alam Neraka
2.      Alam Setan
3.      Alam Iblis
4.      Alam Binatang.
Kammasugatibhumi adalah alam bahagia, dimana makhluk-makhluk yang ada di dalamnya masih terbelenggu oleh pancaindera, yang terus-menerus menikmati kesenangan inderawi.
Kammasugatibhumi terdiri dari Alam Manusia dan enam Alam Dewa.
Alam Manusia adalah campuran dari rasa sakit dan kebahagiaan, merupakan level pertama dari alam bahagia. Di Alam Manusia, seseorang benar-benar bisa mengenali sifat atau hakekat sejati alam semesta dan alam kehidupan.
Enam Alam Dewa atau enam tingkat Alam Surga itu adalah :
1.            Alam Dewa Catumaharajika (Catumaharajika-bhumi),
2.            Alam Dewa Tavatimsa (Tavatimsa-bhumi),
3.            Alam Dewa Yama (Yama-bhumi),
4.            Alam Dewa Tusita (Tusita-bhumi),
5.            Alam Dewa Nimmanarati (Nimmanarati-bhumi),
6.            Alam Dewa Paranimmitavasavatti (Paranimmitavasavatti-bhumi).
Makhluk dewa dewi di alam surga ini tidak mampu mengenali bahwa hakekat hidup ini adalah penderitaan, mereka lebih suka menikmati kesenangan demi kesenangan daripada untuk mencapai “yang mutlak”, merealisasi atau mencapai Nibbana. Makhluk surgawi di alam ini tidak kekal. Mereka akan mati karena salah satu dari empat sebab, yaitu : usianya telah genap, buah kebajikannya telah habis, terlena dalam kenikmatan hingga lupa makan, murka atau irihati. Oleh karena kondisi alam seperti yang sudah diuraikan diatas, maka para Buddha selalu dilahirkan sebagai manusia karena bisa mengenali sifat atau hakekat sejati alam semesta dan alam kehidupannya.

Senin, 22 Oktober 2018

Hukum Karma & Doa.


Biar mereka itu Profesor, Doktor atau PhD sekalipun, banyak yang memahami bahwa, semuanya Tuhan yang mengatur. Kalau semua Tuhan yang mengatur, mengapa kita harus berusaha, harus belajar, harus bekerja keras dan lain sebagainya?. Bukankah Tuhan sudah mengatur semuanya? Maka dari itu, banyak orang yang hobby nya berdoa, sehingga mengurangi waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu. Pemahaman tentang “semuanya Tuhan yang mengatur” tersebut diatas lumayan menyesatkan. Berdoa & berharap agar terwujud hasil & kondisi yang menyenangkan itu manusiawi & baik-baik saja, akan tetapi akan lebih baik jika dilakukan sesudah kita mengerjakan sesuatu untuk mencapai hasil yang dimaksud, agar menjadi jelas & logis. Contoh doanya adalah sebagai berikut : “Semoga dengan kebajikan & pekerjaan yang telah saya lakukan sampai dengan saat ini, akan membuahkan kebahagiaan & hasil yang baik, dalam bentuk terhindar dari kemalangan, penderitaan & kegagalan. Semoga semua makhluk berbahagia”.
Jika doa dikabulkan Tuhan, kira-kira pertimbangan apakah sehingga Tuhan mengabulkan doa? Karena tidak mungkin Tuhan mengabulkan doa tanpa pertimbangan, atau tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (adil), hanya acak (random) belaka. Alasan “adil” itu, yang mana berlaku untuk semuanya (equal threatment), hanya bisa terjadi jika memenuhi hukum sebab & akibat. Jika ada sebabnya maka akan berakibat. Oleh karena itu, di alam semesta ini sistem nya sudah ada, hukum-hukum yang berlaku untuk alam semesta sudah ada. Tuhan tidak perlu lagi sibuk sibuk mengurus alam semesta. Semuanya berjalan secara otomatis. Manusia tinggal menggali, mempelajari untuk mengetahui secara persis hukum-hukum yang ada tersebut. Pendahulu-pendahulu kita sudah banyak yang melakukan penggalian tersebut. Guru agung manusia & dewa sudah menemukan hukum-hukum yang benar, yang berlaku di alam semesta, dan telah mengetahui (membuktikan) semua rahasia alam semesta ini dengan sebenar-benarnya. Kita manusia tinggal mengindahkan saja yang sudah dibabarkan oleh Guru Agung. Dan yang paling penting, yang seyogyanya kita sikapi dengan baik & benar adalah, berlakunya hukum universal alam semesta, yaitu hukum karma, hukum sebab-akibat atau hukum tabur-tuai. Namun demikian, boleh saja kita tidak meyakini atau tidak mempercayai semua yang sudah ditemukan, sudah digali atau sudah dibuktikan oleh Guru Agung. Semua sebab-sebab yang telah kita buat akan menghasilkan akibat-akibat yang akan kita terima di kemudian masa.

Minggu, 21 Oktober 2018

Hukum Karma.

Keselamatan itu bukan dari Tuhan yang personal. Melainkan dari diri sendiri, yang piawai menyikapi dengan baik dan benar berlakunya hukum universal alam semesta. Perbuatan baik yang kita tabur dan kita rawat dengan baik, kelak jika kondisi yang mendukung telah tiba, baik di kehidupan saat ini, atau di alam-alam (kehidupan) berikutnya setelah kita mati, akan membuahkan kebahagiaan yang lebat (banyak). Demikian pula sebaliknya. Aku adalah pemilik karma ku sendiri, pewaris karma ku sendiri, terlahir dari karma ku sendiri, berhubungan dengan karma ku sendiri, terlindung oleh karma ku sendiri. Apapun karma yang kuperbuat, baik atau buruk, itulah yang akan ku warisi.