Translate

Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan Benar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan Benar. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Juli 2024

" Cattāri Brahmavihārā "

Cattāri Brahmavihārā atau "Brahmavihārā", adalah empat sifat luhur yang patut dikembangkan dalam batin. Adalah sangat penting untuk berlatih Brahmavihara dalam hidup ini, sehingga bisa menciptakan kepribadian luhur yang dipuji oleh para bijaksana. Kita perlu berlatih Brahmavihara untuk tidak berperilaku buruk, dan hidup dengan pikiran yang seimbang untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.

 

Brahmavihara yang pertama adalah Metta (Kasih Sayang).

Mettā adalah cinta kasih universal, adalah cinta kasih yang tanpa pamrih dan ikhlas. Layaknya cinta seorang ibu kepada anaknya yang tunggal. Metta adalah sifat menyayangi sesama makhluk. Tetapi berbuat sesuatu untuk kebaikan orang lain menurut apa yang kita inginkan belum tentu Metta yang sesungguhnya jika berpikiran :  Saya akan berbuat untuk kebaikan orang lain sesuai dengan yang saya inginkan.

Hendaknya berbuat untuk kebaikan orang lain itu adalah setelah mengamati dengan seksama apa yang bisa kita lakukan yang dibutuhkan oleh orang yang dimaksud, apa kelemahan, kekuatan atau potensi orang itu. Semua itu perlu dipertimbangkan dan kemudian barulah kita membantu orang itu sesuai dengan kebutuhannya. Jika kita terlalu banyak menekankan apa yang kita inginkan untuk orang lain lakukan dan capai, maka akan muncul konflik antara kita dengan orang lain.

Orang tua memiliki Metta terhadap anaknya. Kebanyakan orang tua ingin anak-anaknya menjadi ini dan itu. Ketika orang tua mengetahui anaknya memiliki potensi seperti yang diharapkan, itu adalah bagus. Silahkan orang tua mengembangkan potensi anak dengan baik hingga harapan orang tua bisa dicapai oleh sang anak. Dalam kondisi seperti ini, semuanya akan baik-baik saja. Akan tetapi kadang-kadang apa yang diharapkan oleh orang tua tidak sesuai dengan apa yang bisa dilakukan oleh anak. Orang tua seharusnya mendukung anak sesuai dengan kemampuan anak. Inilah cara yang benar menerapkan Metta kepada anak-anak dan murid-murid.

Ada kalanya seseorang memilih tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain karena takut orang yang bersangkutan salah paham atau tidak suka. Kita bisa melakukan Metta dengan cara yang bisa diterima oleh orang lain tanpa rasa benci. Hendaknya kita mengatakan atau melakukan sesuatu yang diperlukan orang lain secara langsung, dan akan sangat bermanfaat apabila kita mengatakan atau memberikan sesuatu dengan cara yang baik, menggunakan kata-kata yang tepat. Jangan menggunakan kata-kata kasar, ucapkanlah dengan kata-kata yang lembut.

 

Brahmavihara yang kedua adalah Karuna (Belas Kasihan).

Karuna dapat timbul karena perasaan iba, karuṇā adalah sifat welas asih. Contohnya adalah ketika Pangeran Siddharta menolong seekor angsa yang terluka, itu membuktikan belas kasihan Sang Pangeran kepada para makhluk.

Karuna adalah belas kasihan terhadap makhluk menderita. Penampakan orang yang sedang menderita kesakitan fisik atau mental akan mengguncang pikiran para bijaksana. Ini adalah sifat alami pikiran para bijaksana. Para bijaksana tidak tahan melihat penderitaan para makhluk. Para bijaksana ingin melakukan sesuatu, ingin membantu dengan cara apapun yang bisa dilakukan, dengan tindakan jasmani maupun dengan perkataan.

Pada umumnya, seseorang akan benci atau tidak suka jika melihat orang lain melakukan perbuatan buruk. Sesungguhnya, orang yang telah melakukan perbuatan buruk itu akan menderita atas perbuatan buruknya itu. Kita seharusnya mengembangkan Karuna (belas kasihan) terhadap orang yang melakukan perbuatan buruk. Kita tidak perlu menghukumnya, dia akan dihukum oleh perbuatannya sendiri. Dia akan menderita di waktu yang akan datang. Namun kita bisa menasehatinya secara baik-baik, secara tepat. Hendaknya kita mengembangkan sebanyak mungkin Karuna terhadap mereka yang berbuat buruk kepada kita atau kepada orang lain. Baik untuk anda ketahui bahwa untuk bisa memiliki Metta dengan efektif itu diperlukan pegembangan Karuna.

Kadang-kadang yang terjadi ketika kita ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, tapi waktunya masih belum tepat. Perlu menunggu satu tahun, dua tahun, dan seterusnya. Kita ingin mengatakan sesuatu, tetapi waktunya belum tepat. Mereka belum siap. Jadi kita perlu bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya. Bahkan diperlukan waktu yang lama sebelum kesempatan yang tepat tersebut muncul. Jika kita tidak sabar agar orang lain melakukan sesuatu, kita tidak bertindak dengan Metta, tapi bertindak dengan Lobha (keserakahan) dan tidak ada Karuna (belas kasihan). Tanpa Karuna kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk kebaikan orang lain. Karuna dan Metta saling melengkapi, tidak bisa dipisah-pisahkan.

 

Yang ketiga adalah Mudita (Kegembiraan Simpatik).

Muditā adalah perasaan senang atau ikut bergembira atas kebahagiaan orang lain, meskipun kita tidak berkontribusi langsung. Ini adalah bentuk kegembiraan simpatik. Mengembangkan penghargaan dan kebahagiaan melihat kesuksesan orang lain, adalah memupuk Kamma baik, memupuk Kusala Kamma, mengikis Kilesa (mengikis pengotor-pengotor batin).

Kebanyakan orang iri hati ketika mendengar orang lain sukses, mendengar orang lain beruntung atau terkenal. Sifat seperti ini adalah berlawanan dengan Mudita. Ketika anda mendengar tentang kesuksesan teman anda, bagaimanakah perasaan anda? Apakah anda mengatakan 'Sadhu, Sadhu, Sadhu'? Jika iya, maka itu sangatlah bagus. Jika anda iri hati dengan keberhasilan orang lain, maka itu akan menyulitkan anda sendiri.

Menurut ajaran Sang Tathagata, tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa didahului oleh sebab-sebabnya. Ketika kita ingin Makmur dan tidak terwujud - padahal sudah lama berusaha, itu adalah karena dimasa lampau kita belum mengumpulkan Parami (kebajikan sempurna) yang cukup sebagai sebab, sebagai prasyarat bagi kita menjadi makmur. Oleh karena itu, jika anda melihat seseorang sukses, kesampingkan dulu kebiasaan iri hati anda, tolong segera ubah pikiran anda. Kembangkanlah perasaan bahagia terhadap kesuksesan orang lain. Renungkanlah betapa berkuasanya hukum Kamma yang bekerja secara otomatis. Sekali lagi, tidak ada yang terjadi tanpa ada sebabnya. Dengan mengetahui bekerjanya hukum Kamma, anda akan melatih Mudita anda. Dan dengan demikian maka anda akan maju dari hari ke hari. Jika kita tidak mengembangkan Mudita, maka ketika kita menyaksikan kesuksesan orang lain, kita akan iri hati yang mana itu adalah memupuk Kamma buruk. Salah satu buah dari Kamma buruk adalah tidak mempunyai banyak teman. Jika kita ikut berbahagia, mengembangkan Mudita atas kesuksesan orang lain, itu akan mendorong kematangan batin kita, memberikan kebahagiaan saat ini dan yang akan datang. Oleh karena itu, kita semua perlu mengembangkan Mudita, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Yang keempat adalah Upekkha (keseimbangan batin).

Upekkha adalah ketenangan dan keseimbangan batin yang teguh. Memiliki kemampuan Upekkha adalah memperlakukan semua orang secara adil dan tanpa pransangka. Bagaikan bunga teratai yang tidak ternoda oleh lumpur tempat dimana bunga itu tumbuh, demikian pula seseorang yang memiliki Upekkha tidak akan ternoda oleh godaan-godaan duniawi, melainkan tetap tenang dan seimbang. Musuh langsung dari Upekkha adalah kemelekatan, dan musuh tidak langsungnya adalah sikap acuh tak acuh yang timbul karena Moha (kebodohan). Upekkha adalah bebas dari rasa senang dan tidak senang,  dan sikap tidak berat sebelah adalah corak utama dari Upekkha. Orang yang memiliki Upekkha tidak tertarik dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Terhadap orang jahat dan orang suci ia memiliki kepribadian yang sama.

Menjalankan Metta, Karuna dan Mudita saja tanpa dukungan Upekkha tidaklah efektif. Ketika anda ingin berbuat baik, ingin mengurangi penderitaan seseorang, ataupun mungkin anda menginginkan orang lain sukses, itu tidak selalu bisa terwujud karena semua hal hanya akan terjadi sesuai dengan Kamma-nya masing-masing. Yakin dengan  bekerjanya hukum Kamma adalah cara terbaik mengembangkan Upekkha.

Upekkha atau keseimbangan batin boleh dikatakan sebagai mahkota dan puncak dari Metta, Karuna dan Mudita. Metta, Karuna dan Mudita jika tidak disertai dengan Upekkha tidak akan maksimal karena tidak adanya faktor penstabil. Kita tidak bisa benar-benar berbuat yang bermanfaat kepada orang lain tanpa dukungan Upekkha. Kita juga akan menderita lantaran kurangnya Upekkha dalam diri kita. Mari kita tumbuhkan dan pelihara keseimbangan batin atau Upekkha pada diri kita masing-masing dalam menghadapi dan menjalani masa-masa yang sulit dan penuh gelombang di kehidupan kita.

Minggu, 30 Juni 2024

😈 ACINTEYYA 😏


💥 MANFA'AT BERDANA 💥




💥BUAH KARMA💥


👉 Tidak ada yang bisa mencelakai atau memberi kita kebahagiaan kecuali diri kita sendiri. Penderitaan / kebahagiaan yang kita alami itu adalah buah dari Karma (Perbuatan) yang kita lakukan dimasa lalu baik di hidup ini atau di hidup kita sebelumnya. Hukum alamnya begitu. Hukum alam itu adil. Oleh karena itu, agar tidak merugi, marilah kita memperbanyak perbuatan baik, mengurangi perbuatan buruk, tidak menyakiti pihak lain dan selalu berupaya mensucikan hati dan pikiran kita 👌

Rabu, 26 Juni 2024

💥 Bahagia Sejati Kekal 💥

 

👉 Berikut ini adalah pengetahuan, di share untuk semua kalangan, yang tidak sependapat abaikan saja dan lupakan, sebagai berikut : 

💥 Manusia bahkan semua makhluk menginginkan bisa mengalami kebahagiaan yang sejati dan selama-lamanya, tentunya itu hanya bisa diperoleh jika berhasil merealisasi Nibbana. Kita selama ini hanya mengalami kebahagiaan inderawi, kebahagiaan inderawi itu semu, tidak kekal, bisa berubah menjadi derita, karena semua hal setiap saat mengalami perubahan. Vinnana atau Kesadaran atau Pengetahu yang merupakan satu bagian dari Badan Rohani (Batin) atau orang umum menyebutnya sebagai Nyawa itu juga demikian, selalu mengalami perubahan. Vinnana, setelah tubuh jasmani hancur (mati) - maka Vinnana akan berpindah ke tubuh yang baru, terlahir dengan tubuh yang baru di alam kehidupan lain, di kehidupan selanjutnya sebagai Vinnana yang serupa tapi tak sama dengan Vinnana sebelumnya. Wujud atau jenis makhluknya apa dimana Vinnana tersebut bertempat tinggal - tergantung dari perilaku makhluk di hidup sebelumnya.

Jenis-jenis makhluk selain manusia adalah : Binatang, Peta (Hantu), Asyura (Iblis / Raksasa), Makhluk Neraka (ada 16 tingkat Neraka), Dewa (Makhluk Surga) ada 6 tingkat, Rupa Brahma (16 tingkat) dan Arupa Brahma (4 tingkat). Semua makhluk dapat meraih kebahagiaan sejati kekal (mencapai / meralisasi Nibbana) setelah berhasil menghancur-leburkan Kilesa (pengotor batin) tanpa sisa sebagai penyebab kelahiran kembali. Kilesa atau pengotor batin tersebut adalah : Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian) dan Moha (Kebodohan Batin) beserta turunannya (jenis-jenisnya). Menjalani hidup di alam kehidupan manapun itu menderita karena bahagianya semu, bisa berubah, tidak kekal.

Semua yang ada itu sesuai tertib hukum Sebab & Akibat. Mengapa kita ini ada sehingga mengalami penderitaan? Siapa yang tidak ada? Semesta ini kapan dan bagaimana awal dan akhirnya? Tak berawal dan tak berakhir? Semua hal tersebut adalah Acinteyya (tak dapat dinalar). Tathagata yang maha tahu bisa menjelaskannya tapi tidak bisa dengan menggunakan bahasa manusia yang sangat terbatas. Untungnya yang disebut Acinteyya itu tidak penting, yang penting bagi kita manusia adalah merealisasi Nibbana, Bebas Dari Penderitaan, Bebas Dari Kelahiran Kembali - dengan cara memahami dan mempraktikkan dengan baik dan benar (bersungguh-sungguh, rutin, berkesinambungan) hingga berhasil / tuntas : Jalan Mulia Berunsur Delapan 💥.

Senin, 10 Juni 2024

💥MARAH, SERAKAH dan BANGGA👆

Kebanyakan kita memiliki pandangan salah tentang identitas diri karena tidak berkesadaran. Biasanya kita menggenggam erat kemarahan, keserakahan dan kebanggaan. Dalam kondisi demikian kita telah menjadi budak dari kekotoran batin kita. Kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan sebenarnya bukanlah milik kita. Kalau kita sedang marah artinya saat itu kita memiliki kemarahan, namun kita tidak bisa menunjukkannya kemarahan itu adanya dimana. Sebagaimana sebuah biji mangga, biji tersebut adalah potensi untuk bisa tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah yang banyak jika ada kondisi yang tepat, yang mendukung. Kondisi tersebut adalah : tanah, air, dan sinar matahari.

Dimulai sejak awal kehidupan ini didalam rahim ibu, pada tahap kehamilan, kotoran-kotoran batin berupa kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan itu ada bersama dengan kita. Tetapi hanya dalam bentuk potensi saja. Jika kita melihat obyek yang tidak diinginkan, kemarahan yang kita tidak tahu dimana, muncul ke permukaan pikiran kita, dan kita menjadi marah dan bahkan marah-marah. Sebagai potensi, kemarahan itu tersembunyi. Itulah sebabnya kita tidak bisa melihatnya. Kita tidak bisa menyentuhnya. Kita juga tidak bisa memperlihatkan kepada siapapun, hanya saat kondisinya matang, pada saat itu kemarahan muncul saat kita tidak memiliki kesadaran. Kemarahan bekerja sesuai dengan cirinya. Potensi kemarahan dapat menjadi marah bahkan marah besar, dan pada saat itu kita salah berpikir, kita tahunya ‘Sedang marah’, sehingga kita menjadi budak dari kekotoran batin kita yang berupa Kemarahan.


Dengan cara yang sama untuk keserakahan, ketika kita melihat obyek yang sangat indah dan menarik, keserakahan muncul ke permukaan pikiran kita. Keserakahan menjalankan fungsinya sesuai dengan cirinya, yaitu hasrat, keinginan, kemelekatan, ingin memiliki, dan dengan tidak bijaksana berpikir : ‘Saya ingin itu’. Kita lagi-lagi menjadi seorang budak. Kita menjadi budak dari kekotoran batin kita yang berupa Keserakahan.


Pada saat mengamati pikiran, kita perlu melihat penyebab munculnya kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan. Sebetulnya kondisi tersebut disebabkan oleh obyek-obyek yang tidak menyenangkan, oleh obyek-obyek yang menggiurkan, oleh obyek-obyek keberhasilan, dan adanya pikiran negatif terhadapnya, adanya nafsu rendah, adanya kesombongan, yang menjadikan kita marah, serakah, dan bangga.


Kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan hanya menjalankan fungsinya. Kita bisa tidak melakukannya. Oleh sebab itu jika kita tidak terlibat dengan potensi kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan maka potensi tersebut tidak akan menjadi semakin kuat!


Disebabkan pengamatan setiap hari, dari pagi hingga malam, kita akan memahami kekotoran batin mana yang kuat pada diri kita, yang disebabkan kamma masa lampau kita yang mungkin mempengaruhi kita dengan begitu kuat. Mereka yang terbiasa marah besar, ini disebabkan oleh watak pemarah yang sudah mereka pupuk di masa lampau. Begitu pula dengan keserakahan dan kebanggaan. Kemarahan, keserakahan dan kebanggan dapat dikatakan sebagai inti dari kekotoran batin, yang lainnya merupakan turunan dari ketiga hal tersebut, misalnya keisengan suka membunuh makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan mabuk-mabukan.


Kita bisa menyadari kekotoran batin sebagai kekotoran batin, diri sendiri sebagai diri sendiri, kita bisa memisahkannya pada saat itu. Pada saat itulah kita menjadi mengerti bahwa "tidak ada diri" (Anatta).

Jadi sekalipun anda mengerti, tetapi jika anda tidak berkesadaran, lupa dengan pandangan benar tentang "diri", "aku", "milikku" maka anda akan memegang erat kemarahan, keserakahan dan kebanggaan, sehingga kotoran-kotoran batin tersebut menjadi milik anda.

Jika anda mengamati berulang kali dengan penuh kesadaran, mengamati setiap saat, maka tidak ada alasan bagi anda untuk menolak adanya potensi kemarahan, keserakahan, dan kebanggaan, anda dapat memerimanya, setiap saat anda melihat bahwa mereka bersama dengan anda. Anda sadar kekotoran batin sebagai kekotoran batin, diri sendiri sebagai diri sendiri. Anda bisa memisahkannya pada saat itu. Pada saat itulah anda berkembang! Pada saat itulah anda tahu bagaimana hidup damai.

💥 PRAKTIK DHAMMA SEHARI-HARI 💥

 

😇💥 Terlahirkan dan hidup sebagai manusia itu sangatlah sulit. Terlahir sebagai manusia itu merupakan favorit, atau menjadi idaman buat yang tahu. Mengapa? Karena manusia sangat mudah berbuat baik, beda dengan makhluk2 yang hidup di 30 alam kehidupan lainnya. Akan tetapi manusia bahkan mudah berbuat buruk dibanding berbuat kebajikan. Nah inilah bahayanya. Mudah berbuat buruk itu benar kalau : batin, pikiran atau kualitas spiritual orang tsb. menengah kebawah. Orang yang kualitas spiritualnya menengah keatas justru merasa sangat tidak mudah untuk berbuat buruk.

Manusia lebih mudah berbuat baik dibanding makhluk lain. Binatang tidak mempunyai akal atau pikiran yang sempurna. Dalam melakukan sesuatu binatang lebih banyak menggunakan instink-nya karena akalnya sangat terbatas - sehingga sangat sulit berbuat kebajikan. Binatang butuh makan dan minum karena lapar dan haus, tapi binatang tidak bisa menyediakan makanan untuk dirinya sendiri dan anak2nya. Hanya bisa mengambil atau mencuri makanan dari tempat lain, atau bergantung kepada manusia. Binatang buas selalu berbuat jahat karena lapar. Mereka harus menyerang dan membunuh binatang lain dan kemudian memakannya untuk mempertahankan hidupnya.

Makhluk lain, yang hidup di alam penderitaan tidak bisa berbuat kebajikan karena setiap saat mereka didera oleh siksaan, mereka baru bisa leluasa berbuat baik jika mereka kemudian terlahir sebagai manusia. Dengan alasan inilah maka terlahir sebagai manusia itu merupakan pilihan utama atau favorit. Makhluk di empat Alam Apaya harus menghabiskan buah karma buruknya dulu sebelum bisa terlahirkan kembali di alam lain sesuai karma  lain yang buahnya siap dipanen. Serupa dengan alam penderitaan, begitu juga makhluk2 yang hidup di alam bahagia terutama di Alam Brahma, mereka tidak mempunyai banyak kesempatan untuk berbuat kebajikan karena selalu atau terlena menikmati buah2 karma baik yang sangat banyak melimpah ruah.

Karena kita sangat beruntung dapat mengenal Dhamma, karena hidup sebagai manusia ini sangat sulit, maka marilah kita gemar belajar Dhamma sekaligus mempraktekannya dengan baik, benar, serius, dan berkesinambungan secara rutin.

Nah bagaimanakah caranya mempraktikkan Dhamma secara praktis dan mudah terutama bagi para perumah tangga dan anggota rumah tangga? Selain menjaga Sila dan Berdana baik itu dana tenaga, pikiran, pengetahuan atau materi, yang dilakukan dengan senang hati tanpa kebencian dengan niat melepas. Yaitu setiap melakukan / mengerjakan sesuatu hendaknya selalu disertati dengan Sati (perhatian penuh / fokus), baik ketika sedang bekerja, sedang belajar bagi pelajar dan mahasiswa, sedang makan, sedang mandi dlsb. Dengan Sati, perhatian kita tidak ke-mana2, tidak memikirkan masa lalu yang mengecewakan maupun yang menyenangkan karena itu mem-buang2 waktu dan dapat memupuk Kilesa (pengotor batin). Demikian juga kita tidak perlu menguatirkan keadaan kita di masa depan karena masa depan itu tergantung dari apa yang kita kerjakan saat ini. Dengan menyertakan Sati kita terhindar dari keinginan berbuat buruk.

Karena Kilesa, karena tidak ada Sati, maka perbuatan seseorang bisa menjadi sangat buruk sekali. Perang Rusia - Ukraina dan juga perang di jalur Gaza semua itu disebabkan pengaruh Kilesa, karena pemimpin2 negara yang memiliki pandangan salah dan kebodohan batin. Presiden Putin, Zelensky, PM Netanyahu, dan pemimpin Palestina / Hamas itu orang2 yang tidak memiliki Pandangan Benar, batinnya bodoh. Coba bayangkan apabila presiden Putin, Zelensky, PM Netanyahu, dan pemimpin Palestina / Hamas itu mengerti Dhamma, besar kemungkinan perang yang menyebabkan terbunuhnya ratusan ribu orang secara konyol dan hancurnya gedung2, pabrik, infrastrukur dll. yang bernilai ratusan trilyun itu tidak akan terjadi. Karena ada jalan damai, ada solusi, ada PBB, dan juga ada Indonesia yang memiliki politik Bebas & Aktif, tidak berpihak ke salah satu Blok, yang mengutamakan perdamaian dunia dan pastinya ada Dhamma yang menjadi pegangan para bijaksana.

Seandainya ada jendela surga dan jendela neraka dimana manusia bisa melihat keadaan di dalam Surga dan Neraka itu seperti apa. Hampir dapat dipastikan dunia ini akan damai. Karena manusia bisa melihat kondisi Neraka Avici (neraka paling mengerikan) dimana para penghuninya ditusuk besi panas membara dari segala arah secara terus-menerus.

Jadi marilah kita sebagai manusia yang mengenal Dhamma jangan sia2-kan hidup ini dengan belajar dan mempraktikkan ajaran Dhamma, ajaran Guru Agung kita secara baik, secara praktis yang sudah disebutkan diatas yaitu dengan menyertakan Sati dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Praktek ini merupakan salah satu praktik meditasi disamping meditasi lain yang juga kita lakukan. Kita manfaatkan waktu sebaik2nya terutama bagi para perumah tangga, yang tidak memiliki waktu luang banyak 💥😇.

Sabtu, 25 Maret 2023

KEBODOHAN BATIN

Tahukan Anda - bahwa kebodohan batin itu hendaknya tidak kita miliki. Makin besar kebodohan batin seseorang makin besar pula ketidak-beruntungannya. Kebodohan batin bukanlah kebodohan intelektual. Orang yang memiliki kebodohan batin adalah orang yang batinnya gelap. Yang tidak memahami hukum alam. Yang tidak memahami kesunyataan. Yang tidak memahami pengetahuan spiritual yang baik dan benar. Yang gampang percaya, yang gampang diperdaya. Yang tidak memiliki keingin-tahuan yang dalam. Yang tidak terbiasa berpikir kritis. Yang sejak dini menjadi korban penerima informasi yang tidak benar dari pendahulunya. Kenyataannya banyak pula para intelektual - orang-orang yang pendidikan formalnya tinggi tetapi batin-nya bodoh, batinnya gelap. Para intelektual banyak yang perilakunya buruk, tidak bijaksana. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual sangat tinggi ; bisa saja memiliki kegelapan batin yang sangat dalam, karena kecerdasan itelektual itu tidak selalu sejajar dengan kecerdasan spiritual. Tergantung dari informasi-informasi  yang diterima dan besarnya keingin-tahuan atas segala sesuatu yang dimiliki. Seseorang yang memiliki kegelapan batin – hampir dapat dipastikan bersifat serakah dan membenci. Pikiran-pikiran buruk dan pikiran-pikiran jahatnya ditindak-lanjuti dengan perbuatan-perbuatan jahat yang mencelakai banyak orang sebagai korbannya. Seseorang yang batinnya gelap, serakah dan membenci itu tidak paham dengan akibat yang timbul, yang merugikan diri sendiri. Ia tidak memiliki kebijaksanaan.
Demi keselamatan dimanapun dan kapanpun seseorang hendaknya selalu berupaya untuk mengurangi perbuatan jahat, menambah perbuatan baik dan tidak memiliki batin yang bodoh. Mengapa demikian? Karena hukum sebab-akibat yang merupakan salah satu dari 5 hukum universal alam semesta yang tidak bisa dinegosiasi itu - hendaknya disikapi dengan baik dan benar. Pembuat kejahatan sebagai sebab - maka kemudian penderitaanlah akibatnya. Pembuat kebaikan sebagai sebab - maka kemudian kebahagiaanlah akibatnya.

Jika di hidup ini seseorang banyak berbuat jahat ; maka di alam kehidupan berikutnya dia akan berada di alam penderitaan. Demikian pula sebaliknya, barang siapa di hidup ini banyak berbuat baik ; maka di alam kehidupan berikutnya dia akan berada di alam bahagia. Hukum alam universalnya begitu. Seseorang yang hidup di alam kehidupan apapun - akhirnya akan mati juga jika karma yang sedang dia jalani dalam kehidupannya itu sudah habis, dan akan terlahir kembali masuk ke alam kehidupan berikutnya yang kondisinya sesuai dengan karma lain sebelumnya yang dia miliki. Demikianlah yang terjadi secara terus-menerus hingga penyebab dari kelahiran kembalinya telah berhasil dihancur-leburkan tanpa sisa.

Sesungguhnya semua alam kehidupan meski disebut alam bahagia adalah alam yang tidak luput dari penderitaan – karena tidak ada sesuatu pun di alam kehidupan apapun yang tidak berubah. Perubahan adalah penderitaan, semua akan berakhir meskipun kemudian akan timbul kembali. Alam-alam kehidupan yang terdiri dari alam-alam penderitaan dan alam-alam bahagia itu jumlahnya dikelompokkan menjadi 31 alam kehidupan.

Jika Anda ingin bahagia sejati selamanya, setelah meninggal nanti - Anda harus tidak terlahir kembali ke alam kehidupan manapun. Sudah terlepas atau terbebas dari kungkungan alam kehidupan. Sudah berhasil menghancur-leburkan penyebab hidup. Caranya adalah dengan menjadi orang suci, tidak memiliki keserakahan, tidak memiliki kebencian dan tidak memiliki kebodohan batin lagi. Apakah bisa? Bisa - asalkan memiliki keseriusan berlatih meditasi Samatha dan atau meditasi Vipassana untuk melengkapi perilaku tidak serakah, tidak membenci dan tidak gelap batin sebagai penutupnya - yaitu merealisasi hasil tertinggi dari berlatih meditasi Vipassana, yaitu merealisasi capaian pencerahan sempurna, yaitu merealisasi Nibbana. Merealisasi Nibbana adalah tujuan dari kehidupan semua makhluk.

Untuk merealisasi Nibbana - kita harus berlatih meditasi Vipassana dengan serius, yaitu serius berjuang, bersemangat, berlatih terus-menerus berkesinambungan secara bijaksana, tidak dengan hawa nafsu, melainkan mengambil jalan tengah, yaitu berupaya secara serius tapi rileks.

Demikianlah pengetahuan spiritual ini. Semoga bermanfaat. 

Kamis, 02 Februari 2023

PUNNA dan PARAMI

Parami adalah Kesempurnaan dan Punna adalah Perbuatan Bajik atau Kusala Kamma. Apakah perbedaan antara Parami dan Punna?

Buddhis dan yang belum mengenal Dhamma (belum mengenal Hukum Kamma) melakukan perbuatan bajik dalam hidup mereka. Buddhis adalah orang yang percaya pada hukum kamma. Ketika mereka berbuat bajik, mereka melakukannya dengan keyakinan pada hukum kamma. Mereka itu mengumpulkan kamma bajik yang bersekutu dengan kebijaksanaan. Yang belum mengenal Dhamma, yang belum memiliki pandangan benar juga berbuat bajik. Jika kamma bajiknya membuahkan hasil pada saat menjelang ajal, mereka mungkin terlahir di alam dewa. Akan tetapi karena dalam melakukannya tanpa keyakinan pada hukum kamma, maka istana surgawi mereka dan tingkat kemakmuran mereka akan lebih inferior dibandingkan dengan yang Buddhis. Meskipun mereka tidak memiliki keyakinan pada hukum kamma, mereka tetap saja bertanggung jawab atas kamma mereka. Hanya mereka dan bukan orang lain yang bertanggung jawab terhadap kamma mereka. Kamma anda pada gilirannya merupakan alasan bagi kebahagiaan dan ketidakbahagiaan anda.

Semasa hidup Tathagata kadang-kadang mengunjungi alam dewa. Mereka yang terlahir di alam dewa dan bertemu Tathagata adalah karena kamma bajik masa lampau mereka. Tathagata kadang-kadang juga mengunjungi alam neraka, beliau melihat mereka yang terlahir disana adalah karena mereka telah mengumpulkan kamma buruk. Mereka terlahir disana bukan disebabkan oleh orang lain tetapi semata-mata karena kamma buruk mereka sendiri, seperti membunuh, mencuri, melakukan perbuatan asusila, berbohong, dan mengkonsumsi makanan atau minuman yang memabukkan, yang dapat menurunkan kesadaran. Semua perbuatan buruk ini bisa mengakibatkan kelahiran kembali di empat alam penderitaan. Itulah sebabnya mengapa anda harus bertanggung jawab pada diri anda sendiri. Jangan berharap orang lain bertanggung jawab untuk anda, karena tidak ada siapapun yang bisa mengambil tanggung jawab Anda.

Sekarang, apa perbedaan antara Punna dan Parami? Kalau Anda melakukan perbuatan bajik dengan niat agar terlahir di alam bahagia, menjadi seorang kaya, berkedudukan sosial tinggi, dan lain sebagainya, maka anda hanya melakukan kamma bajik atau Punna. Ini bukanlah cara untuk memenuhi Parami. Di sisi lain, Ketika anda memberi dana, menjalankan moralitas atau duduk bermeditasi dengan niat melepas dan mengakhiri penderitaan. Ini adalah cara dalam memupuk Parami.

Niat terlahir di alam bahagia, atau terlahir sebagai orang kaya, berkedudukan sosial tinggi, dan lain sebagainya - itu adalah mengambil, bukan memberi, karena memiliki keinginan, Saya ingin! Saya ingin! Dan Ketika kita melepaskan kepemilikan atas makhluk hidup atau benda mati misalnya melakukan fangsen atau berdana dengan niat : Saya berharap bisa mengakhiri penderitaan, menghapus sebab penderitaan, membersihkan kotoran batin, maka ini adalah memberi bukan mengambil.

Yang mana yang lebih baik, mengambil atau memberi? Sudah tentu, memberi adalah lebih baik. Oleh karena itu, mulai saat ini, apa pun yang akan anda lakukan, agar itu menjadi cara untuk memenuhi Parami, anda hendaknya membuat suatu aspirasi seperti berikut : Dengan melakukan ini, semoga saya bisa meninggalkan sebab dari penderitaan. Maka perbuatan anda akan menjadi cara memenuhi Parami untuk perealisasian Nibbāna, mengakhiri penderitaan, merealisasi kebahagiaan kekal non inderawi.


Jumat, 27 Januari 2023

AMBISI PENYEBAB KERUNTUHAN

Seseorang yang memiliki sedikit modal namun bernafsu untuk mendapatkan posisi yang sangat tinggi merupakan penyebab kehancuran. Itu karena orang tersebut akan mengerahkan segenap upaya dengan segala cara untuk mewujudkan ambisinya. Biasanya orang seperti itu tidak akan bersaing dengan cara yang sehat dan adil, akan tetapi menggunakan cara-cara yang tidak baik misalnya memfitnah dan lain-lain. Memfitnah adalah salah satu dari sepuluh kamma buruk yang mempunyai kekuatan untuk menghasilkan kelahiran kembali di alam yang menyedihkan, itulah mengapa perilaku seperti ini disebut sebagai sebab untuk keruntuhan. Hal seperti itu sering terjadi di zaman sekarang. Ada orang-orang yang berambisi besar untuk mendapatkan posisi tertentu dengan menggunakan segala cara tanpa memikirkan akibat kamma-nya.

Apabila seseorang memenangkan suatu perlombaan namun tidak berlomba dengan cara yang benar dan adil, apa yang dapat dibanggakan dari kemenangan yang diperoleh dengan cara seperti itu? Bukankah kebanggaan dan kebahagiaan akan muncul bila seseorang menang dengan cara yang berintegritas, adil dan benar? Hal itu merupakan salah satu penyebab keruntuhan, menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan.

Bila kita merenungkan dengan bijaksana, apa sebenarnya tugas utama di dalam kehidupan kita ini? Apakah untuk meraih posisi yang penting? Tentu bukan. Tugas utama kita dalam kehidupan ini adalah memanfaatkan semua pengalaman kehidupan kita sehari-hari untuk memupuk pāramī (kesempurnaan tertinggi hal-hal baik) kita, melemahkan semua kilesa – yaitu kotoran batin dan kemudian menghancurkannya.

Sepuluh parami itu dapat diilustrasikan seperti otot-otot tubuh, misalnya otot bisep, trisep, dan lain-lain yang harus dilatih agar menjadi kuat dan besar. Demikian juga kita harus melatih otot-otot kesempurnaan berdana, kesempurnaan menjaga sīla, dan kesempurnaan lainnya supaya menjadi semakin kuat dan sempurna. Inilah sesungguhnya tugas penting di dalam kehidupan ini. Kita sekarang ini masih berputar-putar di dalam saṃsāra - yaitu mati dan terlahir kembali terus-menerus. Ada kemungkinan perjalanan tersebut tanpa akhir.

Jika Anda harus memilih antara mencapai cita-cita tetapi dengan mengorbankan kesempatan untuk menanam pāramī - dengan tidak mencapai cita-cita tetapi dapat memupuk pāramī - maka pilihlah yang kedua yaitu kesempatan untuk memupuk pāramī - karena hal ini yang dapat membuahkan ketenteraman dan kebahagiaan dalam kehidupan Anda.

Jadi, bila Anda berambisi untuk mendapatkan posisi sebagai seorang pemimpin atau apa pun, dan apabila untuk mencapainya Anda harus bersaing dengan orang lain - maka bersainglah dengan cara yang benar dan sehat tanpa disertai dengan kilesa, bersainglah dengan disertai tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa) dan tanpa delusi (amoha). Dengan demikian Anda dapat memanfaatkan semua kejadian di dalam kehidupan ini sebagai ajang untuk melatih pāramī Anda, melatih hati Anda sehingga setiap kejadian dalam kehidupan Anda dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas spiritual Anda. Inilah yang paling penting, bukan justru mencapai kesuksesan duniawi yang didapat dengan melanggar sīla atau melakukan kamma buruk.

Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.

Senin, 23 Januari 2023

MELEPAS GENGGAMAN PADA DUNIA

Pada umumnya manusia memiliki pemahaman yang keliru, mereka merasa memilikinya, padahal tidak, apakah itu?

1. Badan jasmani.

2. Perasaan.

3. Persepsi.

4. Bentukan-bentukan pikiran yang menciptakan tindakan.

5. Kesadaran.

 

Tathagata Sakyamuni mengatakan : Tinggalkanlah apapun di dunia ini, sebab itu bukanlah milikmu. Maksud Beliau adalah sebagai manusia kita hendaknya tidak melekati apapun. Apabila sesuatu yang ada pada kita itu sudah tidak ada lagi - maka ikhlaskanlah itu meninggalkan kita.


Bagi kita yang telah bisa memahami, mengapa “pelepasan” ini adalah hal mutlak, maka kita akan dengan sukarela melepaskan genggaman erat kita pada dunia ini, sebab semua hanyalah kosong, rendah, derita, tidak-kekal, dan tanpa-diri karena selalu berubah.


Oleh karena itu wahai para manusia, apa pun yang bukan milikmu, tinggalkanlah; bila kalian telah meninggalkannya, hal itu akan membawa menuju kesejahteraan dan kebahagiaan kalian untuk waktu yang lama.


Yang harus ditinggalkan adalah kemelekatan pada Panca-Khanda – yaitu kemelekatan pada lima kelompok kehidupan.

Tidak melekati apapun di dunia ini - dalam kehidupan sehari-hari kita – adalah dengan cara mengambil jalan tengah. Segala sesuatu yang ada pada kita hendaknya kita manfaatkan untuk kebaikan, untuk ha-hal yang baik, untuk tujuan yang baik. Jika tujuan baik tercapai, OK, kita bersyukur, tujuan tidak tercapai tidak mengapa, kita berusaha lagi. Janganlah berlebih-lebihan dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi.

Demikianlah, mengapa kita hendaknya melepaskan keduniawian, melenyapkan nafsu-indriya. Karena, ketika kita senantiasa mentoleransi bagi berkembangnya nafsu-indriya di dalam diri kita, serta memberikan pemuasan-pemuasannya, sesungguhnya kita adalah orang-orang “bodoh” yang tidak menyadari bahaya dari nafsu-indriya, perangkap yang disediakan olehnya hanyalah penderitaan. Suatu masa penderitaan yang panjang diakibatkan oleh pemuasan nafsu indriya tersebut, yakni terlahirnya kita berulang-ulang di dalam alam-alam keberadaan ; di dalam SAMSARA.

Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, permusuhan, pertentangan, niat jahat, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka masing-masing.

Demikianlah tulisan ini - semoga bermanfaat.


Senin, 28 November 2022

kehidupan Manusia

Manusia yang telah mencapai Nibbana itu hawa nafsu / kotoran batin / Kilesa nya telah padam, hancur lebur tanpa sisa. Kalau dia meninggal dunia tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun. Bagaikan api yang telah padam. Disebut Parinibbana. Api yang telah padam itu ada dimana? Kalau ada yang menyalakan api, api itu datangnya dari mana? Itu adalah Hukum Sebab-Akibat yang bekerja. Orang yang telah Parinibbana tak akan kembali, sehingga api yang menyala tadi adalah api yang lain. Mencapai Nibbana itu adalah mencapai kebahagiaan sejati / hakiki / abadi. Ada juga yang bilang mencapai kedamaian abadi. Yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati itu karena sudah tidak mengalami Dukkha (penderitaan) lagi. Sudah tidak mengalami perubahan lagi. Sudah tidak berada didalam pusaran Samsara. Kebahagiaan sejati itu rasanya bagaimana? Tidak tahu! Harus dialami sendiri. Pada akhirnya kedepan nanti semua makhluk dapat mencapai Nibbana meski memerlukan waktu yang tak terhingga lamanya.