Translate

Kamis, 16 Oktober 2025

Ringkasan Dīgha Nikāya 27 : Aggañña Sutta (Pengetahuan tentang Asal-usul)

1.   Menurut kebanyakan kaum kasta Brahmana, mereka lahir dari mulut Brahma. Kasta lain   rendah, para Petapa rendah & hina, lahir dari kaki Brahma.

2.  Buddha menjelaskan, para Brahmana perempuan, istri-istri Brahmana, mengalami menstruasi dan hamil, melahirkan bayi dan menyusui. Kasta Brahmana lahir dari Rahim ibu, bukan lahir dari mulut Brahma.

3.  Ada 4 kasta : Khattiya (Penguasa), Brahmana (Pendeta), Vessa (pedagang) dan Sudda (pekerja). Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama, mereka bisa berpandangan salah / benar, bisa berbuat buruk / baik.

4.  Seorang bhikkhu Arahat telah menghancurkan pengotor batin, terbebaskan melalui pengetahuan-super, dinyatakan tertinggi oleh keluhuran Dhamma - bukan oleh non-Dhamma. Dhamma adalah yang terbaik bagi manusia dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.

5.    Ketika dunia menyusut (hancur), makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Brahmā Ābhassara, kegembiraannya sebagai makanan, bercahaya. Yang lain terlahir di alam yang lain yang tidak hancur yang sesuai dengan karma nya. Pada saat Dunia mengembang lagi, mereka setelah meninggal - sebagian besar terlahir kembali di Dunia.

6.  Pada masa itu, di Dunia hanya ada air, gelap, tidak ada bulan, matahari, bintang, siang, malam, musim, laki-laki atau perempuan, makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk. Setelah waktu yang sangat lama - tanah yang lezat muncul dengan sendirinya di atas permukaan air, rasanya sangat manis.

7.   Selanjutnya para makhluk memakan tanah dan ketagihan, akibatnya cahaya tubuh lenyap sehingga bulan dan matahari muncul, ada malam ada siang, ada musim.

8.   Selanjutnya jasmani mereka menjadi lebih kasar, perbedaan penampilan mulai terbentuk, Ada yang rupawan, ada yang buruk-rupa. Yang rupawan merendahkan yang lainnya. Karena sombong dan angkuh – akhirnya tanah yang lezat lenyap.

9. Kemudian jamur sejenis cendawan tumbuh, rasanya manis. Makhluk-makhluk memakannya, akhirnya tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi. Karena sombong dan angkuh maka jamur itu lenyap. Tanaman merambat yang bagaikan bambu muncul, rasanya manis.

10. Makhluk-makhluk kemudian terus-menerus memakan tanaman rambat itu. Sehingga tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, perbedaan penampilan lebih nyata. Mereka menjadi semakin sombong yang tak disadarinya sehingga tanaman merambat lenyap.

11. Setelah tanaman merambat lenyap, beras tanpa sekam, harum & bersih muncul. Yang mereka ambil untuk makan malam - tumbuh lagi dan masak di pagi harinya. Yang mereka ambil untuk sarapan pagi, masak lagi di malam hari. Tidak ada tanda-tanda dipanen. Makhluk-makhluk melakukan hal itu, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, perbedaan dalam penampilan lebih meningkat. Alat kelamin mereka tumbuh. Laki-laki dan Perempuan saling tertarik.  Mereka terlibat dalam aktivitas seksual. Yang lain marah.

12. Selanjutnya demi memudahkan kerja, makhluk-makhluk membuat lumbung beras. Dedak dan sekam mulai membungkus beras. Ketika dipanen, tidak tumbuh lagi. Kemudian beras tumbuh dalam rumpun-rumpun terpisah. Kemudian mereka membagi beras menjadi lahan-lahan dengan perbatasan.

13. Ada makhluk yang mengambil lahan makhluk lain, kemudian aturan hukum diberlakukan. Kemudian mereka mendatangi yang paling tampan, paling menarik, paling menyenangkan, memiliki kemampuan, diminta untuk menghukum mereka.

14. Mereka mendirikan tempat-tempat untuk bermeditasi. Mereka pergi ke desa, pemukiman atau ibukota untuk mencari makanan, dan kemudian kembali.

15. Kemudian ada orang-orang yang tidak mampu bermeditasi, mereka menyusun buku. Ini yang menjadi asal-usul dari kasta Brahmana.

16. Beberapa dari makhluk-makhluk itu, setelah berpasangan, melakukan berbagai jenis perdagangan, Inilah kemudian, yang menjadi asal-usul dari kasta Vessa. Makhluk-makhluk yang tetap melakukan perburuan adalah kasta Sudda.

17. Kemudian, kasta Khattiya, Brahmana, Vessa, dan Sudda meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah. Dari empat kasta ini, muncullah kasta Petapa.

18. Seorang Khattiya, Brahmana, Vessa atau Sudda yang menjalani kehidupan yang buruk dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang memiliki pandangan salah, saat kematian akan terlahir kembali di alam sengsara. Sebaliknya, mereka yang menjalani kehidupan yang baik dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang memiliki pandangan benar, saat kematian akan terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga. Dan yang telah melakukan kedua jenis perbuatan itu, saat kematian mengalami kesenangan dan kesakitan.

19. Seorang Khattiya, Brahmana, Vessa atau Sudda yang terkendali dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang mengembangkan tujuh prasyarat pencerahan, akan mencapai Parinibbāna dalam kehidupan ini juga.

20. Siapapun di antara 4 kasta, sebagai seorang bhikkhu dan mencapai Arahat, telah menghancurkan kekotoran, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuan tertinggi, telah menghancurkan belenggu penjelmaan, dan menjadi terbebaskan melalui pandangan terang tertinggi, ia dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara mereka sesuai Dhamma dan bukan sebaliknya.

21. Brahmā Sanankumāra mengucapkan syair ini : Khattiya adalah yang terbaik di antara semua kasta; Ia dengan pengetahuan dan perilaku yang baik adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar