Asal mula dunia & masyarakat ini dijelaskan berdasarkan Aggañña Sutta (Dīgha Nikāya 27), mencakup penjelasan bahwa kebajikan dan moralitas itu nilainya lebih tinggi daripada Status / Kasta yang berasal dari kelahiran seseorang.
Sutta ini merupakan
dialog antara Buddha dan dua calon bhikkhu dari kasta Brahmana, yaitu Vāseṭṭha
dan Bhāradvāja, yang dihina karena memilih meninggalkan status kasta mereka
demi menjalani kehidupan suci.
Lebih lanjut Buddha menjelaskan, bahwa yang disebut Brahmana sejati itu bukan
karena keturunan dimana yang bersangkutan dilahirkan dari keluarga yang
berkasta tinggi : Brahmana, tetapi karena perilaku luhur dan batin yang bersih.
Untuk menjelaskan asal mula terbentuknya Kasta, Buddha menyampaikan Asal
Mula Kehidupan dan Alam Semesta, sebagai berikut :
· Dunia ini mengalami siklus kehancuran dan pembentukan ulang.
· Pada awalnya, manusia adalah makhluk-makhluk bercahaya (opapātika) dari
alam Rupabrahma tingkat 6 yang bernama alam Abhassara. Makhluk-makhluk di alam ini hidup dengan sukacita batin.
· Setelah dunia mulai terbentuk dari kehancurannya, karena keinginan maka mereka (opapātika) setelah meninggal terlahir di dunia yang baru, bercahaya, melayang-layang turun ke dunia. Kemudian mereka mulai menginginkan materi kasar seperti "rasa bumi" yang sangat manis, dan dari sana muncul keserakahan, perbedaan, dan tubuh jasmani tanpa cahaya.
· Egoisme tetap muncul dan ada pembagian peran : petani, pedagang, penguasa, dan brahmana.
· Akhirnya sistem kasta terbentuk karena keserakahan dan konvensi sosial,
bukan karena kehendak ilahi.
· Saat kejahatan muncul, manusia memilih seseorang dari antara
mereka untuk menertibkan - itulah asal mula raja (Mahāsammata).
· Raja dipilih, bukan berasal dari dewa, dan kekuasaannya berasal dari
persetujuan rakyat, bukan hak ilahi.
· Buddha kemudian menegaskan bahwa jalan suci menuju kebuddhaan lebih
unggul daripada status kelahiran sebagai Kasta tinggi.
· Buddha dan murid-muridnya para bhikkhu adalah "yang paling unggul
secara Dhamma", bukan karena kelahiran, tetapi karena pelatihan batin dan
kebijaksanaan.
Kesimpulan :
· Kasta bukan penentu nilai (spiritual) manusia.
· Etika, batin, dan kebijaksanaan adalah dasar spiritual sejati.
· Vāseṭṭha dan Bhāradvāja akhirnya secara resmi ditahbiskan sebagai
bhikkhu oleh Buddha.
· Sutta ini menyajikan pandangan Buddhis yang rasional dan etis tentang
asal-usul masyarakat dan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar