Translate

Selasa, 21 Oktober 2025

Belajar mengerti bahwa dunia ini bukan milik kita


Kekecewaan sering muncul dalam diri kita karena kita berharap dunia mengikuti
keinginan kita. Kita ingin orang lain berlaku sesuai dengan keinginan kita, dan keadaan berjalan sesuai dengan rencana kita sehingga hidup kita mulus tanpa hambatan.
Namun ajaran buddha mengingatkan kita, bahwa semua itu hanyalah ilusi. Dunia tidak tunduk pada ego kita. Dunia bergerak sesuai hukum sebab akibat, bukan berdasarkan keinginan pribadi. Jika kita memahaminya, kita akan berhenti menggenggam keras hal hal yang sesungguhnya tidak pernah bisa kita miliki.
Buddha mengajarkan tentang Anicca (ketidakkekalan). Segala sesuatu, baik yang kita cintai maupun yang kita benci pada akhirnya akan berubah. Menyadari akan hal ini membuat hati kita lebih ringan.
Ketika kita menyadari bahwa dunia tidak bisa dimiliki selamanya - kita belajar melepas keterikatan yang menjadi sumber penderitaan. Dengan begitu kita tidak lagi terseret oleh gelombang kecewa yang setiap kali datang, sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.
Ibarat seseorang yang menonton pertunjukan drama, ia tahu bahwa setiap adegan hanya sementara, ada tawa ada tangis ada pertemuan ada perpisahan. Karena menyadari itu, ia tidak larut dalam kesedihan berlebihan.
Demikian pula hidup ini. Kita adalah penonton sekaligus pemeran. Namun kita tidak pernah benar benar memiliki panggungnya. Semuanya akan berakhir sesuai waktunya. Saat kita bisa menerima kenyataan bahwa dunia bukan milik kita. Kita mulai melatih Upekkha (keseimbangan batin). Inilah salah satu bentuk kebijaksanaan. Tidak terhanyut oleh kesenangan, tidak terpuruk oleh kesedihan. Kita tetap teguh berdiri, menyadari bahwa hidup adalah aliran peristiwa yang datang dan pergi. Memiliki ketenangan dan keseimbangan batin bukan berarti pasif. Melainkan mampu menerima kenyataan tanpa menambah penderitaan dengan penolakan batin.
Perumpamaan sederhana, bayangkan dengan kita menaruh lumpur yang licin diatas telapak tangan kita. Jika kita remas lumpur itu kuat-kuat, maka lumpur akan keluar melalui celah-celah jari. Jika kita tidak meremasnya, lumpur akan tetap berada di atas telapak tangan. Demikian pula hidup, semakin kita ingin menggenggam dunia ini, semakin banyak kekecewaan yang kita alami. Namun bila kita belajar menerima, kita justru akan menemukan ketenangan.
Dengan menyadari bahwa dunia ini bukan milik kita, kita akan berhenti menuntut dunia untuk selalu sesuai dengan ego kita. Kita mulai menyesuaikan diri dengan hukum alam. Bukan memaksakan hukum ego. Dari sinilah lahir kebijaksanaan, dan bersama kebijaksanaan akan muncul ketenangan sejati. Itulah langkah pertama yang membuat batin kita tidak mudah terguncang oleh situasi apapun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar