Translate

Rabu, 30 Oktober 2019

Karma Baik & Buruk Yang Dimiliki Seseorang


Kebanyakan orang Barat dan bahkan kebanyakan orang, salah mengerti tentang hukum karma. Mereka beranggapan bahwa hukum karma adalah faham fatalisme. 
Ada seseorang yang ditakdirkan untuk hidup menderita atas buah kejahatan yang tentu tidak disadarinya, yang sudah dilakukan pada kehidupan lampaunya. Sebagai orang biasa atau orang kebanyakan tentu perbuatan jahatnya dimasa lampau itu tidak diketahui atau tidak disadarinya.
Anggapan bahwa hukum karma adalah faham fatalisme tidaklah benar, seperti yang akan ditunjukkan oleh cerita berikut ini.
Ada dua orang wanita masing-masing sedang membuat kue.
Wanita pertama memiliki bahan-bahan yang memprihatinkan.
Terigu tua yang sudah berlumut, sehingga gumpalan-gumpalan hijaunya harus ditampi terlebih dahulu.
Mentega yang diperkaya kolesterol dan sudah agak masam. Dia harus menyisihkan bongkahan-bongkahan coklat dari gula pasirnya, karena seseorang telah menyendok dengan sendok basah bekas mengaduk kopi, dan satu-satunya buah yang dipunyainya adalah kismis purba, sekeras uranium. Dan dapurnya bergaya pra perang dunia, entah perang dunia yang mana.
Wanita kedua memiliki bahan-bahan terbaik. 
Tepung terigu murni hasil cocok tanam organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik. Dia mempunyai mentega bebas kolesterol, gula pasir, dan buah-buahan segar langsung dari kebun sendiri. Dan dapurnya adalah dapur mutakhir, dengan segala peralatan modern.
Wanita manakah yang membuat kue lebih enak?
Sering kali bukan orang yang memiliki bahan-bahan terbaiklah yang dapat membuat kue terbaik, yang rasanya sangat enak. Ada yang lebih dari sekedar bahan baku. Kadang-kadang orang dengan bahan-bahan yang mengenaskan mengerahkan segenap daya, perhatian, dan cintanya untuk memanggang kuenya, sehingga menghasilkan kue yang terlezat.
Apa yang harus kita lakukan dengan bahan-bahan kue seadanya yang bisa membuat kue jadi berbeda? 
Ada beberapa teman yang mempunyai bahan-bahan yang menyedihkan dalam hidupnya.
Mereka lahir dalam kemiskinan, korban kekerasan terhadap anak, tidak pintar di sekolah, mungkin cacat dan tidak mahir berolahraga. Namun segelintir kualitas yang mereka miliki diracik dengan begitu baik, sehingga menghasilkan kue yang begitu mengagumkan. Sehingga orang betul-betul mengagumi mereka. Kenalkah Anda dengan orang-orang seperti itu?
Ada juga beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk menjalani hidup mereka.
Keluarga mereka berkecukupan dan penuh kasih sayang, mereka cerdas di sekolah, berbakat dalam olahraga, berpenampilan menarik, dan terkenal, namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol. Kenalkah Anda dengan orang-orang seperti itu?
Karma kita sekarang ini atau parami yang kita miliki sekarang, adalah bahan-bahan yang ada pada diri kita masing-masing, dapat dikatakan merupakan setengah dari karma yang akan kita miliki berikutnya. Setengah sisanya, adalah bagian yang paling menentukan, yaitu apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan yang kita punyai tersebut dalam hidup ini, yang akan bisa merubah segalanya di masa yang akan datang.

Minggu, 27 Oktober 2019

Kata Buku & Kata Logika


Hasil gambar untuk gambar buku dan logikaAdalah kata buku, terserah masing-masing mau percaya dengan semua yang tertulis dalam buku dimaksud atau tidak. Yang tertulis yang diragukan itu logis atau tidak. Kalau terpaksa ada yang tidak bisa dipercaya karena tidak logis, asalkan jujur tidak menjadi masalah. Jangan sampai seperti orang buta sejak lahir tapi sangat Percaya Diri menjelaskan warna pelangi. Lebih baik diam kalau tidak tahu persis.
Mengapa aku ini ada & hidup? padahal aku tidak meminta? kalau boleh memilih aku lebih memilih tidak hidup atau tidak ada saja, tidak merasakan susah, kecewa dan lain-lain. Bukannya aku tidak berterima kasih kepada Tuhan, tapi ini jujur keluar dari hati nurani aku, boleh kan?
Yang lebih bisa diterima akal itu adalah jika aku ini ada & hidup karena ada potensi untuk itu, sehingga terjadi. Semua bisa terjadi karena Hukum Alam yang tidak bisa ditawar-tawar. Seperti buah mangga, sebelum pohon mangga berbuah, bakal buahnya ada di mana? Di tanah, di akar, di batang, di dahan, di ranting, di daun atau dimana? Tentu tidak ada di mana-mana, tetapi potensi untuk berbuah pada pohon mangga tersebut ada, makanya berbuah. Hukum alamnya begitu, kecuali manusia yang merekayasa sehingga pohon tersebut menjadi tidak berbuah. Sama dengan kita yang mempunyai kondisi masing-masing, kita bisa merekayasanya untuk menjadi apa, namun masih tergantung juga dari parami (karma baik) yang kita timbun sebelumnya, tergantung parami kita selama ini seperti apa, mendukung atau tidak? Hukum Karma atau Hukum Tabur-Tuai adalah salah satu dari Hukum Alam yang Universal. Namun tidak semua karma baik atau karma buruk itu berbuah, masih tergantung perilaku kita selanjutnya, mau merawat karma tersebut atau tidak? Bingung? Tunggu saja penjelasan lebih lanjut di tulisan yang lain .
Hidup menjadi manusia adalah yang paling beruntung, tidak lama tapi kalau bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya itu sangat beruntung, karena bisa menjadi manusia yang sempurna dengan cepat jika parami nya mendukung, kalau tidak mendukung pun kemajuan yang sangat pesat bisa kita raih, tergantung dari usaha kita, dan itu tidak mudah. Dibanding hidup sebagai setan , sebagai iblis, sebagai dewa atau bahkan sebagai brahma sekalipun yang hidupnya sangat lama tapi tidak leluasa berkreasi yang baik & bermanfaat, karena meraka hanya bisa menikmati siksaan maupun kebahagiaan saja sampai jatahnya habis & menjadi makhluk lain, termasuk terlahirkan kembali menjadi manusia, atau langsung padam (parinibbana) bagi makhluk-makhluk brahma tertentu.

Kamis, 24 Oktober 2019

Empat Kebenaran Mulia (b)

Dhamma didasarkan pada pondasi kokoh tentang Kebenaran dalam Empat Kebenaran Mulia yang dapat diketahui atau difahami oleh semua orang dengan mudah. Ajaran ini bukanlah kepercayaan tanpa dasar, yang untuk diterima dengan iman belaka. Mereka berawal dari poros pengalaman-pengalaman langsung setiap manusia yang tidak dapat disangkal lagi.
Apakah Empat Kebenaran Mulia Itu? Tathagata Sang Guru Agung, beliau hanya tertarik untuk menunjukkan kepada kita jalan langsung menuju Kebahagiaan Sejati. Empat Kebenaran Mulia merupakan jantung ajaran Dhamma. Ajaran ini ariya yang artinya mulia & suci, karena diajarkan oleh para Ariya, oleh orang-orang suci, adalah mereka yang memiliki pemahaman langsung akan Kebenaran. Dengan mewujudkan ajaran ini, kita juga akan menjadi mulia.
Kebenaran Mulia yang Pertama, adalah Kebenaran Tentang Dukkha.
Maksudnya adalah bahwa Hidup ini penuh dengan ketidakpuasan. Kita mengalami banyak ketidakpuasan, disebut dukkha, seperti : lahir, tua, sakit, mati, berpisah dengan apa atau siapa yang kita sukai, atau sebaliknya berada dengan apa dan atau siapa yang tidak kita sukai, gagal mencapai atau berada dengan apa dan atau siapa yang kita inginkan.
Kebenaran Mulia yang Kedua adalah Kebenaran Tentang Asal Dukkha. 
Asal atau Penyebab dari ketidakpuasan. Pengalaman yang tidak memuaskan itu disebabkan oleh : nafsu keinginan atau keserakahan, ketidaksukaan, kebencian atau tidak ingin, dan kebodohan, kegelapan batin, kurangnya Kebijaksanaan.
Kebenaran Mulia Ketiga adalah Kebenaran Tentang Akhir Dukkha.
Akhir dari Dukkha adalah terealisasinya Nirwana. Kondisi yang bebas dari ketidakpuasan. Adanya keadaan damai di mana tidak ada pengalaman yang tidak memuaskan : Pencapaian Nirwana itu artinya telah padamnya keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
Kebenaran Mulia yang Keempat adalah Kebenaran Tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha.
Jalan itu adalah jalan untuk bisa hidup bebas dari ketidakpuasan. Jalan untuk membawa kita menuju Kedamaian dan Kebahagiaan Sejati, disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan. Jadi Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah jalan untuk mencapai kedamaian & kebahagiaan sejati. Seperti apa & bagaimana jalan itu bisa anda temukan di tulisan lain dalam blog ini.
Mengapa Ada Begitu Banyak "Penderitaan" dibahas Dalam Ajaran Dhamma? Pemakaian kata "penderitaan" dalam ajaran Dhamma dapat menimbulkan salah pengertian. Ketika kita mendengar Tathahta berkata, "Hidup adalah penderitaan," kita jadi bertanya-tanya terhadap apa yang beliau katakan, karena sebagian dari kita tidak mengalami penderitaan yang terlalu berat dalam hidup.
Kata yang sesungguhnya dipakai Tathagata adalah "Dukkha" (ejaannya D u k k h a) yang berarti 'segala sesuatu tidak benar-benar pas dalam hidup kita, banyak terdapat kondisi yang tidak memuaskan dalam keberadaan kita; selalu saja ada sesuatu yang tampaknya tidak pas.' Jadi, "penderitaan" yang dipakai dalam ajaran Dhmma merujuk pada segala jenis ketidakpuasan, baik yang besar maupun yang kecil.
Apakah Empat Kebenaran Mulia Itu Pesimistik?
Sebagian orang mengatakan bahwa ajaran Dhamma adalah ajaran yang pesimistik karena selalu membahas tentang penderitaan. Ini jelas tidak benar. Di sisi lain, ajaran Dhamma juga bukan ajaran optimistik yang membuta. Sesungguhnya, ajaran Dhamma adalah ajaran yang realistik dan penuh harapan karena ajaran ini mengajarkan bahwa Kebahagiaan Sejati dapat dicapai melalui upaya pribadi, yaitu seseorang menjadi tuan atas kehidupannya sendiri.
Masalah dan kesulitan itu selalu ada, entah kita memikirkannya atau tidak. Akan tetapi, pemecahannya hanya mungkin dengan mengenal masalah yang ada secara apa adanya. Tathagata menyatakan Kebenaran yang tak tersangkalkan adalah bahwa hidup ini penuh ketidakpuasan, oleh karenanya beliau mengajarkan kepada kita jalan keluar dari ketidakpuasan tersebut untuk menuju ke Kebahagiaan Sejati!

Resep Kebahagiaan


Hasil gambar untuk gambar welas asihUntuk membangun kehidupan yang bahagia dan bermanfaat, kita harus mempraktekkan welas asih dan kebijaksanaan. Kedua dua hal tersebut akan membawa seseorang mencapai puncak kesempurnaan manusia.

Jika kita mengembangkan emosional yang baik tapi mengabaikan pengembangan intelektual, maka kita akan menjadi orang bodoh yang baik hati.

Jika kita mengembangkan intelektual dengan mengabaikan pengembangan emosional yang baik, maka akan membuat kita menjadi orang pintar yang berhati es, yang tidak memiliki simpaty terhadap orang lain.

Menurut Tathagata Sang Guru Agung, welas asih dan kebijaksanaan harus dikembangkan bersama-sama dalam upaya untuk mencapai pembebasan. Kehidupan yang baik itu diilhami oleh kasih sayang dan dituntun oleh kebijaksanaan.

Apa itu welas asih? Welas asih adalah gemar berdana, kasih sayang dan simpaty. Welas asih adalah sikap yang didasarkan pada kasih dan perhatian kepada semua, khususnya kepada mereka yang sedang mengalami kesusahan.

Dan apa itu kebijaksanaan? Kebijaksanaan adalah memahami segala sesuatu sebagai apa adanya, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai luhur. Ketika laki-laki melihat wanita cantik, ia akan berharap untuk melihatnya lagi dan lagi. la menciptakan kesenangan dan kepuasan dari kehadiran wanita itu. Tapi ketika keadaannya berubah dan ia tak bisa lagi melihatnya, ia tidak harus bertindak yang tidak rasional dan bodoh. Ketidakpuasan adalah fakta dalam pengalaman hidup manusia. Jika ia tidak memiliki kemelekatan yang tidak realistis atau keterikatan yang mementingkan diri sendiri, ia akan relatif terbebas dari penderitaan.

Di sela-sela kesenangan duniawi, rasa sakit dan penderitaan mengintip. Meskipun keberadaan rasa bahagia dan nikmat indria  itu tak bisa dibantah, namun kenikmatan seperti itu relatif singkat, tidak permanen. Sadar atas kenyataan ini merupakan kebijaksanaan.

Resep kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Kebahagiaan adalah keadaan pikiran. Kebahagiaan tidak bisa ditemukan dalam pemenuhan materi, seperti kekayaan, kekuasaan, maupun nama baik. Mereka yang menghabiskan seluruh hidupnya menumpuk kekayaan lebih dari yang mereka butuhkan, akan menyesal dan kecewa, sebab uang tidak dapat membeli kebahagiaan, meski cuma satu.

Pengejaran kesenangan mesti dibedakan dengan pengejaran kebahagiaan. Kesenangan cuma sebentar, tidak memberikan kebahagiaan selamanya. Kesenangan bisa dibeli, tapi kebahagiaan tidak. Kebahagiaan datang dari dalam, dari kebaikan yang sederhana dan kesadaran yang murni.

Tidak ada orang yang bisa merasa bahagia sebelum ia merasa cukup. Keseimbangan mental hanya mungkin diperoleh melalui pengembangan mental atau berlatih meditasi. Begitu banyak yang harus dilakukan. Hanya melalui analisa dan penyucian diri, maka benih kebajikan kita yang langgeng bisa bersemi mengembangkan hakekat ilahi kita. Ini bukanlah pekerjaan yang mudah, memerlukan keteguhan, tekad, dan perjuangan.

Kebahagiaan adalah parfum yang tak bisa kita tuangkan kepada orang lain tanpa kita sendiri terpercik sedikit.

Jika kita ingin hidup damai dan bahagia, perbolehkan yang lain juga hidup dengan damai dan bahagia. Sebelum kita mampu menyesuaikan diri dengan prinsip luhur ini, kita tidak bisa berharap mencicipi kebahagiaan dan kedamaian di dunia ini. Dan janganlah mengharapkan rasa hormat dari orang lain.

Dale Carnegie berkata, "Jika kita mendambakan kebahagiaan, berhentilah berpikir tentang kehormatan maupun hinaan, dan memberilah demi kebahagiaan dalam memberi. Hinaan adalah lumrah, seperti rumput liar. Kehormatan adalah seperti bunga mawar, harus diberi pupuk, disirami, dirawat, dicintai dan dilindungi."

Orang tidak akan menghargai sesuatu yang diperoleh dengan mudah. Namun ketika sesuatu itu terampas darinya, ia baru menghargainya. Udara yang kita hirup dan semua organ vital yang kita miliki kita sia-siakan, banyak yang terlambat menyadarinya. Semestinya kita tidak seperti ikan yang tidak tahu betapa berharganya air hingga ia dikeluarkan dari air.

"Menurut pengalamanku," kata Abraham Lincoln, "bahwa orang akan gembira jika ia mampu membuat pikirannya gembira."

Kita tidak bisa berharap memperoleh kedamaian dan kebahagiaan hanya dengan berdoa. Kita mesti berusaha untuk mendapatkan berkah itu. Percaya kepada Tuhan dan berdoa agar rumah kita aman, akan lebih pasti jika kita tidak lupa mengunci pintu sebelum meninggalkan rumah. Karena tidak ada jaminan yang dapat dipastikan bahwa Tuhan akan menjaga rumah kita hingga kita kembali. Kita mestinya tidak melupakan kewajiban kita. Jika kita berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip moral, kita bisa menciptakan surga di dunia ini bagi diri kita sendiri.

Orang mengepalkan tangan dan menggerutu karena mereka tidak tahu bagaimana hidup sesuai dengan hukum karma atau hukum tabur-tuai yang berlaku universal. Mereka menciptakan kesulitan bagi diri mereka sendiri. Jika setiap orang berusaha menjalani hidup yang terhormat sebagaimana layaknya seorang gentle, kita semua bisa menikmati kebahagiaan surgawi di dunia ini tanpa harus mati terlebih dahulu.

Tidak perlu menunggu masuk ke surga terlebih dahulu untuk menerima berkah maupun masuk neraka untuk mereka yang berbuat jahat. Kebajikan dan kejahatan di dunia ini memiliki reaksinya sendiri yang tidak bisa dihindari. Salah satu pertanyaan yang paling membingungkan yang dihadapi manusia adalah : seperti apakah tempat-tempat yang disebut 'surga' dan 'neraka' itu? Kebanyakan orang tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep surga & neraka.

Selasa, 15 Oktober 2019

Bisakah kita tidak hidup dari mulut orang lain?


Kata-kata yang tidak baik jangan dikatakan,
kata-kata yang tidak baik jangan didengar,
hal-hal yang tidak baik jangan dilakukan,
mereka suka berkata,
Anda tidak bisa menutup mulut mereka,
Anda tidak bisa menutup mulut orang lain,
asalkan diri Anda positif, maka sudah baik.
Hasil gambar untuk gambar orang marah 
Jangan pergi membahas masalah orang lain,
jangan bergosip tentang orang lain,
banyak orang sering sembarangan berbicara,
maka sering mendapatkan musibah,
harus belajar untuk bisa lebih banyak berkata baik,
maka kehidupan akan lebih baik.

Banyak orang, demi sebuah kata dari orang lain,
seumur hidup mengingatnya,
seumur hidup tidak bisa melupakannya,
seumur hidup tidak bisa melepaskannya.

Sering orang lain menyakiti diri anda satu kali,
Anda pulang kerumah lalu memikirkannya lagi, kemudian marah, kemudian bersedih,
oleh karena itu, hal tersebut akan menyakiti diri Anda sendiri ratusan kali,
jangan karena sebuah kalimat dari orang lain,
akan mempengaruhi hati nurani Anda yang penuh dengan kebaikan.

Hari ini bahkan jika Anda memfitnah Sang Bijaksana,
beliau hanya akan tersenyum,
dan bahkan merasa kasihan kepada Anda,
karena hukum sebab akibat itu adil,
kita dan bahkan siapapun tidak bisa merubahnya,
Hukum Sebab-Akibat adalah salah satu dari hukum universal alam semesta,
Hukum Sebab-Akibat adalah salah satu dari hukum Illahiah yang bekerja secara otomatis.

Kita harus menghargai orang-orang disamping kita,
jangan ribut dan bertengkar, jangan marah,
saling menghargai, sebab jodoh atau kecocokan itu saling memahami,
di dunia ini, waktu yang dimiliki setiap orang hanya akan berkurang, tidak bisa bertambah,
bertambah satu kemarahan, maka akan menambah satu masalah kepada diri sendiri,
waktu hidup yang dimiliki setiap orang itu semakin berkurang,
dan pada akhirnya masih harus menanggung derita dari terjadinya perpisahan.