1.
Tuhan
itu dipahami oleh kebanyakan orang seolah-olah sebagai pribadi atau entitas.
Mengapa Tuhan itu tidak dipahami saja sebagai “Impersonal” & “tidak bisa
digambarkan secara lugas”?
2.
Tuhan
itu dipahami oleh kebanyakan orang sebagai Yang Maha Kuasa & Pencipta
segala sesuatu. Mengapa tidak dipahami saja bahwa segala sesuatu itu ada karena
ada sebabnya? Atau segala sesuatu yang terjadi atau suatu akibat itu terjadi
karena ada sebabnya? Hukum sebab-akibat ini tegas memenuhi kaidah Sains &
diterima oleh logika. Sekarang bagimana dengan; apabila segala sesuatu itu
belum ada, sehingga sebab awal atau sebab mula-mula atau kausa prima nya itu seperti
apa & bagaimana? Nah kalau sudah sampai disini, itu adalah merupakan pertanyaan
besar. Dan pertanyaan besar itu bisa dibungkam dengan jawaban bahwa itu sudah
menjadi ketentuan atau Hukum Alam nya memang begitu. Sehingga dalam hal ini Hukum
Alam itu dapat dikatakan sebagai Yang Maha Kuasa dan Pencipta segala sesuatu.
Semua yang terjadi adalah karena hukum alam, hukum alamnya begitu sehingga sesuatu
hal itu bisa terjadi. Hukum Alam Yang Maha Kuasa itu masuk didalam ranah Ketuhanan
Yang Maha Esa yang adalah Kata Sifat, Kata Sifat itu kekal karena bukan Kata
Benda. Sedangkan Tuhan Yang Maha Esa itu dapat dipahami sebagai pribadi atau
entitas yang dapat dipahami juga sebagai Kata Benda. Berlakulah Hukum
Sebab-Akibat yang merupakan manifestasi dari Hukum Alam. Dimana suatu sebab
akan menghasilkan akibat, atau suatu akibat atau kejadian itu ada karena ada
sebabnya. Suka atau tidak suka pernyataan ini sekali lagi memenuhi kaidah
sains.
3.
Tuhan
itu dipahami oleh kebanyakan orang sebagai mempunyai kehendak, mencobai
manusia, menghukum manusia & memberi pahala kepada manusia. Mengapa tidak
dipahami saja bahwa semua yang menimpa kepada diri manusia itu jika dikaitkan
dengan berlakunya Hukum Sebab-Akibat, berlakunya Hukum Tabur-Tuai atau Hukum
Karma, adalah merupakan buah-buah yang dia petik atau dia panen dari
sebab-sebab atau karma-karma masa lalu manusia yang bersangkutan, baik itu masa
lalu di hidupnya yang sekarang ini dan atau masa lalu di hidup-hidup sebelumnya.
Jika Tuhan itu mempunyai kehendak sebagaimana yang dipahami selama ini oleh
banyak orang, maka kehendak tersebut terlalu remeh & tidak mencerminkan
Tuhan Yang Maha Agung.
4.
Hidup
itu dipahami oleh kebanyakan orang adalah hanya satu kali, dan setelah itu
masuk atau hidup di Alam Surga atau Alam Neraka. Masuk Surga atau masuk Neraka
itu sampai kapan? Mengapa tidak dipahami saja yang relevan dengan Hukum
Sebab-Akibat, yaitu bahwa hidup itu berkali-kali, setelah mati maka akan terlahir
& hidup di alam yang lain, di alam berikutnya. Yang akan dialami di alam
berikutnya ini adalah alam kebahagiaan, alam penderitaan, atau campuran antara
kebahagiaan dan penderitaan sebagaimana hidup di alam manusia sebagai manusia, itu
adalah sesuai dengan buah karma di hidup sebelumnya. Rentetan kehidupan manusia
atau makhluk lain itu akan berakhir & tidak akan terlahirkan kembali di
alam manapun, atau padam, hal tersebut akan terjadi ketika manusia atau makhluk
lain itu sudah tidak lagi memproduksi dosa baru, sudah menjadi makhluk suci,
kekotoran batinnya sudah behasil dihancurkan. Berakhirnya kehidupan atau padam itu
adalah tujuan akhir dari rentetan perjalanan hidup manusia, dan juga makhluk
lainnya, yaitu telah mencapai atau merealisasi kebahagiaan hakiki kekal
selamanya.
5.
Yang
banyak dipahami oleh kebanyakan orang itu adalah bahwa alam kehidupan itu hanya
ada tiga, yaitu alam dunia, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata,
alam Surga dan alam Neraka. Mengapa tidak mempertimbangkan untuk mempercayai
yang di klaim sebagai kebenaran oleh orang-orang suci bahwa alam kehidupan itu secara
garis besar ada 31 kelompok. Yaitu :
·
4 Tingkat
Alam Kemerosotan yang terdiri dari Alam Neraka yang mempunyai 8 tingkat
kesengsaraan, Alam Iblis, Alam Setan dan Alam Binatang.
·
1
Alam Manusia.
·
6 Tingkat
Alam Surga atau 6 tingkat Alam Dewa.
·
16 Tingkat
Alam Brahma Berbentuk, dan
·
4 Tingkat
Alam Brahma Tak Berbentuk.
6.
Yang
banyak dipahami oleh kebanyakan orang itu adalah bahwa binatang itu misalnya
sapi, ikan dan sebagainya itu diciptakan adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia, untuk dikonsumsi oleh manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan Iblis
dan Setan itu diciptakan untuk menggoda iman manusia. Kalau seperti itu maka enak
di manusia & tidak enak atau sengsara menjadi binatang, apalagi menjadi Iblis
atau Setan yang selalu merasakan hidup menderita, kepanasan, kelaparan &
kehausan. Jadi kalau boleh memilih mending tidak diciptakan sebagai apapun agar
tidak mengalami & tidak merasakan apa-apa, tidak mempunyai resiko masuk
neraka, terlahir spontan mejadi Iblis atau Setan. Ketahuilah bahwa ada 4 macam
kelahiran yaitu lahir melalui telur, melalui rahim atau melalui kandungan,
lahir dalam kelembaba, dan lahir secara spontan. Lahir di Neraka, menjadi
Iblis, menjadi Setan, menjadi dewa dan lahir menjadi makhluk Brahma itu lahirnya
secara spontan. Kelahiran ini tidak memerlukan orang tua, lahir langsung
dewasa. Sains belum mengetahui tentang kelahiran dengan cara spontan ini. Sedangkan
yang lahir melalui kelembaban itu contohnya adalah cacing tanah, cacing atau
larva bangkai, nyamuk, lalat, katak dan lain-lain. Kebanyakan serangga lahir
dengan cara ini, melewati kelembaban. Selanjutnya mengapa tidak dipahami bahwa makhluk
Neraka, binatang, Iblis, Setan, Dewa & makhluk Brahma itu adalah seperti
kita-kita ini, yang sedang menjalani hidup di alam lain, sebagai hasil dari
perilaku di hidup sebelumnya, sesuai dengan karma buruk atau karma baiknya di
masa lampau.
7.
Yang
tidak bisa diketahui itu diantaranya adalah jumlah makhluk hidup, batas-batas alam
semesta dan umur alam semesta. Jumlah makhluk hidup itu adalah tak terhingga,
sebab yang belum ada akan ada, kecuali yang sudah padam tidak akan ada lagi, sudah bahagia hakiki kekal selamanya. Alam
semesta itu tidak ada batasnya. Demikian juga dengan umurnya, karena setelah sebagiannya
yang merupakan tatasurya atau melky way rusak, atau kiamat akan muncul lagi tatasurya
atau melky way yang baru. Demikian seterusnya yang tak berbatas waktu. Selain
hal-hal tadi tidak bisa diketahui, maka kalau mengetahui pun tidak mempunyai
pengaruh apa-apa dalam upaya kita merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupan
ini. Karena untuk mencapainya itu melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan.
My YouTube videos :
BalasHapushttps://www.youtube.com/my_videos?o=U&ar=2
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus