Translate

Kamis, 31 Maret 2022

Fanatisme Bijaksana, apakah itu ???

Kita berbicara tentang fanatisme, itu biasanya menyangkut kepercayaan atas suatu agama. Percayanya penuh dan bulat tak tergoyahkan. Mengapa fanatik? Karena agama adalah kepercayaan, kebenaran ajaran agama pada umumnya hanya bisa diyakini. Dan karena agama-agama itu tidak sama, maka masing-masing agama itu ada kelebihan dan ada kekurangannya, ini logis jadi sulit untuk disanggah. Masing-masing agama itu memiliki bagian-bagian ajarannya yang baik dan benar. Dan secara keseluruhan atau jika disimpulkan atau jika ditarik benang merahnya maka semua agama yang ada di Indonesia ini mengajarkan kebaikan. Namun jangan salah, pemeluk agama yang tidak bijaksana, yang tidak mengedepankan akal sehat, dia bisa terjebak dalam kesesatan bertindak, atau keblinger dalam menjalankan ajaran agamanya. Sehingga agama yang mengajarkan kebaikan hasilnya adalah pemeluk-pemeluk agama yang berperangai buruk terhadap pemeluk agama lain. Mereka menjalankan ajaran agamanya secara salah. Mereka tidak berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya. Hal tersebut bisa terjadi karena fanatik sempit atau fanatik buta.

Logikanya, ajaran agama yang 100% benarpun dengan berjalannya waktu yang ribuan tahun lamanya maka bisa saja menjadi bias, bisa terbelah menjadi beberapa sekte, beberapa aliran, dalam agama yang sama ada berbagai organisasi, atau dari agama yang sama memiliki tradisi yang berbeda-beda. 

Apakah bagian-bagian dan semua bagian dari ajaran suatu agama itu bisa dibuktikan kesunyataanya bagaimana? Bisa, tapi karena harus melalui cara-cara khusus yang lumayan sulit, memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan, maka setiap waktu di dunia ini sangat sedikit yang berhasil membuktikannya. Pada akhirnya semua manusia bahkan semua makhluk akan berhasil membuktikan kesunyataan yang ada dan berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya yang berulang-ulang di berbagai alam kehidupan di 26 hingga 31 alam kehidupan, baik itu alam penderitaan maupun alam kebahagiaan, hal tersebut bisa terjadi sangat tergantung dari perilaku di kehidupan sekarang dan di kehidupan sebelumnya, karena berlaku hukum karma, hukum tabur-tuai atau hukum sebab-akibat. Sampai dengan saat ini sudah sangat banyak yang berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya tersebut. Semua makhluk termasuk manusia pernah menjalani sebagai bermacam-macam makhluk hidup dari makhluk hantu, iblis, binatang, manusia, makhluk dewa, makhluk brahma dan lain-lain sebagainya. Rentetan kehidupan sebelum berhasil merealisasi tujuan akhir itu memerlukan waktu yang nyaris tak terhingga lamanya. Surga dan Neraka itu adalah alam kehidupan. Alam Surga adalah alam dewa yang merupakan alam kebahagiaan, ada 6 tingkat, sedangkan alam Neraka yang terdiri dari 16 tingkat itu merupakan alam penderitaan. Neraka Avici adalah alam penderitaan yang paling mengerikan. Kecuali alam binatang dan alam manusia maka alam-alam lainnya ada beberapa tingkat atau beberapa macam.

Kalau kita ini diciptakan, maka tidak fair kalau ada yang masuk Neraka selamanya tanpa akhir. Kalau kita ini dan makhluk lainnya itu ada karena hukum alam menentukan bahwa semua harus ada, maka jika semua makhluk itu pada akhirnya akan berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki, padam dan tidak akan terlahir lagi di alam manapun maka itu adalah fair.

Kembali kita ke persoalan Fanatisme Bijaksana, fanatik itu perlu tapi harus bijaksana. Tidak boleh fanatik dengan mengajak paksa orang lain untuk memeluk agama yang kita peluk. Tidak boleh main hakim sendiri menghukum orang lain yang bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama kita. Tidak boleh menyalah-nyalahkan ajaran agama lain. Fanatik sempit atau fanatik buta menyembabkan benci kepada pemeluk agama lain dan berperilaku buruk. Membicarakan kebenaran agama sendiri hendaknya dilakukan secara internal. Jika ada orang lain atau kelompok lain yang mendengarnya dan kemudian membenci, marah atau tidak setuju itu adalah salah sendiri. Oleh karena itulah maka setiap pemeluk agama hendaknya berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya, sehingga mampu berbudi pekerti baik, bertatakrama dan sopan santun agar tidak memicu kerusuhan.

Kenyataan bahwa seseorang meyakini kebenaran suatu agama dan memeluknya, itu adalah karena jodoh, dan tidak jodoh dengan agama lain. Jangan digugat atau dipersoalkan. Di kehidupan berikutnya jika berhasil hidup sebagai manusia kembali, dia bisa saja memeluk agama yang lain, yaitu agama yang merupakan jodoh berikutnya. Itu saja, harap hal ini dimaklumi dengan sebaik-baiknya. Mari kita hormati agama lain, mari kita hormati para pemeluk agama lain. Mari kita bergotong royong, saling bantu-membantu satu sama lain. Mari kita rukun, mari kita wujudkan kebersamaan dan bekerjasama demi Indonesia maju.

Berdana dengan Tujuan Tertinggi

Sumber : Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Seorang penganut Buddhisme bertanya demikian, kalau kita gemar berdana dapat membuahkan suara merdu, kemolekan, kecantikan, kesehatan, kekuasaan, banyak pengikut, kebahagiaan di alam dewa, apakah itu benar Bhante? Bhante menjawab : "Benar Saudara, benar sekali."

Tetapi apakah sejahtera itu kekal, apakah suara merdu itu selamanya, apakah kecantikan itu untuk selamanya, apakah kekuasaan itu untuk selamanya, apakah sehat itu untuk selamanya saudara? Tidak.

Sekalipun Anda banyak berbuat baik, dan memetik akibat yang baik pula yang disebut kebahagiaan, apakah kebahagiaan itu kekal? Orang baik pun akan mengalami perubahan, menjadi tua, sakit dan akhirnya kematian menjemput, sudahkah Anda siap menghadapi semua perubahan itu?

Untuk siap itu, berdanalah dengan tujuan tertinggi, tidak sekedar berdana untuk kesejahteraan, supaya rejekinya lancar, badan sehat. Tidak sekedar itu. Ada tujuan berdana yang lebih tinggi, yaitu : Saya berdana untuk mengurangi kotoran-kotoran batin, karena kotoran-kotoran itu lah yang membuat kita menderita, serakah, iri hati, marah, jengkel, benci, dendam. Lalu bagaimana dengan kesejahteraan, kesehatan apakah itu otomatis kita dapat ? ya, otomatis, tidak usah dipikirkan.

Ada satu statement di media sosial yang menjebak kita.Menarik sekali. Dan diyakini bagi mereka yang tidak mengenal ajaran guru agung kita dengan baik, maka akan termakan. Statement itu berbunyi demikian :

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 4, maka 4 dibagi 4 dapatnya 1.

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 2, maka dapatnya 2.

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 1, maka dapatnya 4.

Kalau saudara berdana 4 hal, dan tidak ada maunya sama sekali, yaitu berdana secara tulus, maka dapatnya tidak terbatas.

Jadi, kalau tidak hati-hati, kalau tidak biasa belajar Dhamma, maka akan termakan oleh rumus itu, karena itu adalah bentuk keserakahan tanpa batas. Lalu bagaimana berdana yang baik Bhante? apalagi saya sudah mendengar soal rumus tersebut, begitu saya berdana Bhante mengatakan keserakahannya tanpa batas.

Jawabnya adalah : berdanalah dengan kesadaran, jadi kalau ada maunya apapun yang muncul dalam pikiran kita ketika berdana, maka sadarilah kemauan itu, disadari, disadari, diketahui, diketahui, dengan Sati, dengan perhatian penuh (awareness). Kalau kesadaran muncul, maka kebaikan itu menjadi murni, yang ada hanya tujuan bahwa : Saya berdana untuk membersihkan batin, tidak ada embel-embel yang lain.

Pikiran itu punya kebiasaan mencari dan mendapatkan, mencari dan mendapatkan. Kalau Aku menerima, Aku senang, kalau Aku melepas Aku menderita, sehingga ketika kita belajar melepas, kita kemudian akan berpikir : Aku nanti dapat apa? Itulah habit pikiran kita. Tidak pernah pikiran kita mendapatkan pendidikan, mendapatkan latihan untuk melepas, namun pada saat kita melepas, kita akan mulai bahagia. Dan kalau kita sudah mampu setiap saat selalu melepas, maka kita sudah berhasil memiliki kebahagiaan yang sejati.

Mengenai betapa pentingnya memberikan pendidikan bagi pikiran kita, yaitu latihan untuk melepas, dapatlah diberikan sedikit ilustrasi, saat kita mengucapkan : Semoga semua makhluk berbahagia, kalau kita lihat secara filosofis kapan itu semua makhluk dapat berbahagia? Itu tidak real, itu tidak akan tercapai sampai kapanpun. Benar itu tidak akan tercapai, namun dengan mengucapkan "Semoga semua makhluk berbahagia", maka itu sangat mendidik pada pikiran kita, menurunkan ego, tidak ada kebencian, tidak ada keserakahan.

Ketika kita berdana, hal itu bermanfaat bagi yang menerima, bagi yang menderita, bagi yang terkena bencana, tetapi manfaat yang paling besar adalah bagi orang yang berdana kalau dia memberi dengan pengertian yang benar, berdana dengan tujuan yang tertinggi, yaitu dengan kesadaran bahwa : Saya berdana untuk mengikis kotoran batin. Oleh karena itu maka, berdanalah dengan kesadaran, berdanalah dengan tujuan yang tertinggi, itu adalah berdana yang baik.

Demikianlah uraian video ini, semoga bermanfaat.

Rabu, 23 Maret 2022

MENGUBAH DUNIA

Awalnya semua orang pasti menginginkan agar apa yang dimauinya bisa terwujud. Ini yang dinamakan bisa mengubah dunia. Tetapi dikatakan bahwa mengubah dunia itu tidaklah mungkin, kecuali mengubah sedikit saja yang bisa dirubah. Video ini ingin mengatakan bahwa kita tidak bisa memaksa pihak luar yaitu yang diluar diri kita untuk bisa mengikuti kemauan kita. Ada yang mau mengikuti, dan yang tidak mau mengikuti keinginan kita itu lebih banyak. Dengan kenyataan seperti itu lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap? Dikatakan juga bahwa kita ini tidak bisa mengubah dunia, yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri. Iya, garis besarnya seperti itu, tapi kalau mau dikupas lebih dalam; maka kita harus punya sikap, kita harus punya kepribadian yang kuat tapi bijaksana, jangan menyerah dengan situasi dan kondisi di sekitar kita yang merusak, yang merugikan dan yang menyakiti pihak lain.

Sebagai contoh misalnya jika kita melihat seseorang sedang melakukan kekerasan atau mungkin mengancam-ancam orang lain, mungkin seorang laki-laki menganiaya seorang wanita, dan wanita itu orang lain atau mungkin saja ibunya sendiri, atau jika ada kasus-kasus lain yang serupa, ada seseorang yang bertindak tidak baik, bertindak jahat, jika memungkinkan artinya tidak terlalu berbahaya, maka sebaiknya orang tersebut kita tegur secara baik-baik. Katakan jangan melakukan hal itu. Masalahnya apa, tanyakan, dan berikan jalan keluar atau solusi yang baik yang bisa dilakukan. Jika orang tersebut ngotot, marah dan tidak bisa diatasi, maka jalan terakhir yang bisa ditempuh adalah melaporkannya kepada penegak hukum, yaitu melaporkan ke polisi. Dalam hal ini tentu banyak sekali kasus-kasus lain yang sifatnya tidak baik dan merusak suasana, membuat kerusuhan yang perlu diatasi, dimana jalan terakhirnya kalau tidak bisa diatasi, lagi lagi adalah melaporkannya kepada pihak yang berwajib.

Kalau kasus-kasus yang lain lagi yang ada di dalam rumah tangga, bukan anak yang sudah dewasa yang menganiaya ibunya, misal kekerasan dalam runah tangga suami menganiaya istrinya, maka si istri bisa meminta bantuan kepada keluarga besar, yaitu keluarga sendiri atau keluarga suami untuk membantu menyelesaikan masalah. Ujung-ujungnya bisa juga lapor ke polisi jika masalahnya terlalu berat dan berbahaya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa saja terjadi yang sebaliknya, seorang istri tidak bisa diatur, tidak menghargai suami sebagai kepala rumah tangga, atau lebih jauh lagi sang istri tidak mau mengakui bahwa suaminyalah yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga. Maunya istri mengatur segalanya, merasa dirinya lebih baik dan lebih mampu dari suami dalam mengurus rumah tangga agar berjalan dengan baik meskipun pendidikannya jauh dibawah sang suami, dan umurpun tidak lebih tua dari suami. Mungkin saja sewaktu menikah pendidikan mereka tidak jauh berbeda, tetapi karena dalam bekerja sang suami dinilai baik, loyal dan berdedikasi tinggi pada perusahaan, maka perusahaan menyekolahkannya berkali-kali ketingkat yang lebih tinggi sehingga karir suami pun meningkat terus, menyebabkan perbedaan pendidikan suami dan istri menjadi semakin lebar. Sialnya lagi istri tidak mau belajar menyesuaikan diri sendiri dalam bertindak agar secara perilaku dan cara berpikir tidak jauh tertinggal dengan suami. Ditambah lagi jika sifat istri yang memang maunya selalu mengatur. Kalau itu yang terjadi maka kacaulah rumah tangga itu, terjadi pemborosan, banyak pengeluaran yang seharusnya tidak perlu karena kurang bermanfaat gara-gara kebodohan cara berpikir istri yang tidak disadarinya. Dalam kasus seperti itu meskipun suaminya berpendidikan tinggi bisa saja terseret menjadi bodoh juga, menjadi emosional, karena saking lamanya berpasangan dengan istri yang bodoh, pemikirannya selalu berbenturan dengan batu hitam keras kepala istri. Kita semua tahu, bahwa agama dan juga budaya memiliki aturan tentang cara membangun dan menjalankan rumah tangga agar berjalan dengan baik. Pendeta atau pejabat yang menikahkan pasangan, atau orang-orang yang dituakan, di acara resepsi perkawinan atau di acara yang lain pasti sudah memberikan masehat-nasehat kepada pasangan yang melakukan pernikahan, agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik dan langgeng sampai tua. Dimana aturan menentukan bahwa suami adalah kepala rumah tangga, istri harus mengakui dan menghargai aturan itu. Istri adalah partner atau pasangan yang bisa membantu meringankan tugas suami, suami harus menyayangi, mengarahkan dan ketika menyelesaikan suatu masalah yang cukup rumit, suami meminta pendapat istri untuk bicara bersama sebelum diambil keputusan oleh suami. 

Untuk persoalan ini, pastinya suami sudah menempuh segala cara agar istrinya bisa sadar atas status, kedudukan dan tugasnya dalam rumah tangga, dan mungkin saja suami tidak berhasil gara-gara kepala sang istri sekeras batu hitam, kecuali jika putusannya adalah perpisahan atau cerai maka persoalan menjadi selesai. Kasus ini jika ditinjau dari ajaran Dhamma; maka hal tersebut adalah merupakan karma buruk suami yang sedang ia petik dalam kehidupannya yang sekarang, mungkin di kehidupan sebelumnya sang suami adalah manusia atau makhluk yang tidak bisa diatur. Untungnya tidak ada sesuatupun yang abadi, yang ada adalah selalu berubah atau Anicca kecuali Nibbana yang tak pernah berubah. Oleh karena itu buat suami tunggu saja perubahan itu terjadi, sambil tetap berusaha dan selalu berusaha berbuat karma baik, tunggu saja karma buruknya habis.  

Demikianlah uraian tentang ingin mengubah dunia, semoga bermanfaat.

Minggu, 20 Maret 2022

Contoh dan anjuran Perilaku

Berikut ini disampaikan pernyataan atau contoh perilaku dan anjuran yang baik, yang seyogyanya dapat kita upayakan untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

Ilmu padi, semakin berisi, padi semakin menunduk, demikian juga orang, semakin berilmu, semakin bijaksana. 

Ilmu tanah, diapakan saja tanah tetap tenang, demikian juga orang yang batinnya seimbang, dipuji maupun dimaki tetap tenang. 

Ilmu akar, kendati berbuat banyak, tetap tidak perlu dilihat, demikian juga sifat orang yang selalu mengutamakan kebaikan, tanpa mencari nama. 

Ilmu teratai, biarpun tumbuh berkembang ditempat kotor, namun tidak terkotori oleh kondisi, demikian juga orang yang bisa belajar dari teratai, menyucikan batinnya dari segala sifat buruk.

Kita terlahir dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu : Saling menyayangi, Saling menolong, Saling membantu, Saling mengisi, Saling menghargai, 

Bukan untuk : Saling menuduh, Saling menyalahkan, Saling merusak, Saling membenci, Saling merendahkan. 

Semua perbedaan dari kita adalah keindahan yang terjadi, agar kita rendah hati untuk menghargai orang lain. Tidak ada satupun pekerjaan yang dapat kita kerjakan sendirian saja dengan mudah. Mungkin kelebihan kita adalah kekurangan orang lain, sebaliknya, kelebihan orang lain bisa jadi merupakan kekurangan kita. Tidak ada yang lebih bodoh atau lebih pintar. Bodoh atau pintar itu relatif sesuai dengan bidang, sesuai dengan talenta yang kita syukuri masing masing menuju impian kita. Orang Pintar bisa gagal. Orang hebat bisa jatuh karena kesombongannya, tetapi, orang yang rendah hati dalam segala hal dan selalu berbuat baik kepada siapa saja, akan selalu mendapat kebahagiaan sejati.

Demikian, semoga uraian yang sangat singkat ini bermanfaat, dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Rabu, 09 Maret 2022

Coba Menyambungkan Islam Nusantara Dengan Islam Radikal

Video ini mencoba membicarakan kemungkinannya terjadi dialog antara Islam Nusantara, yaitu Islam Moderat, atau Islam yang dianut oleh Kaum Nahdliyin Nahdlatul Ulama dengan Islam yang selama ini dicap sebagai Islam Radikal atau Islam garis keras. Tujuan dialog ini apa? Tujuannya supaya ada solusi yang baik yang dihasilkan, yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri yaitu Rahmatan Lil Alamin, yaitu Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Mengenai Rahmatan Lil Alamin ini kedua belah pihak tahu persis dan setuju, makanya perlu ada dialog, atau tepatnya acara bertanya dan dijawab. Teknisnya setiap team terdiri dari 3 orang, team yang satu khusus bertanya dan team yang lain khusus menjawab, supaya tidak terjadi debat, karena yang diperlukan hanyalah jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yang tentunya akan banyak sekali pertanyaan yang kemudian muncul, yang timbul berdasarkan jawaban yang diperoleh dari pertanyaan sebelumnya. Sehingga dengan demikian perdebatan tidak akan terjadi karena hanya satu arah. Oleh karena hanya satu arah maka tidak akan terjadi tabrakan atau tidak akan terjadi perdebatan, karena perdebatan itu akan memunculkan emosi tinggi yang merusak, yang tidak sejalan dengan ajaran agama apapun, yang bertentangan dengan Rahmatan Lil Alamin. 

Pertanyaan-pertanyaan dari team yang satu yaitu yang dari team Islam Nusantara adalah untuk mengetahui secara persis apa maunya Islam Garis Keras itu. Apa tujuan mereka selama ini. Apa yang mereka perjuangkan. Apa yang mereka anggap salah dari kebijakan atau yang telah dilakukan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan dari perjuangannya itu, kita tahu Islam Garis Keras telah berpolitik, mereka bekerjasama dengan elit-elit politik tertentu.

Seperti tulisan terdahulu yang membicarakan mengenai kemungkinan terselenggaranya acara bertanya dan dijawab antar dua team penganut agama yang berbeda; adalah supaya terjadi kepahaman mengapa mereka berbeda agama, mengapa mereka berbeda keyakinan. Tujuan akhir dari acara bertanya dan dijawab tersebut adalah agar mereka tetap rukun, saling hormat dan saling menghargai satu sama lain. 

Tapi kali ini, dalam tulisan ini, yang diharapkan adalah bisa dilakukan juga acara serupa, yaitu acara bertanya dan dijawab di acara televisi, yang didokumentasikan juga di kanal-kanal YouTube. Seperti yang disebutkan tadi, acara ini dilakukan oleh penganut Islam Nusantara dengan Islam Garis Keras. Tentunya acara ini akan bisa terlaksana jika kaum Islam Garis Keras setuju dengan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi negara. Bukankah Habib Rizieq pernah juga mengatakan bahwa perjuangan mereka adalah tetap untuk tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi negara? Sekali lagi apa maunya Islam garis keras tersebut, apa yang mereka tuntut, apa yang salah dari kebijakan atau yang telah dilakukan oleh pemerintah?

Dalam acara bertanya dan dijawab di acara televisi tersebut, pihak Islam Garis Keras bisa diwakili oleh Novel Bamukmin misalnya, yang kebetulan sedang tidak tersangkut perkara hukum, dan dua orang lainnya yang ditunjuk oleh kelompok mereka. Akan tetapi kalau kelompok Islam Garis Keras ini tidak menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologikan Pancasila, maka sudah benar kalau penegak hukum menangkapi mereka-mereka itu yang telah berbuat kesalahan, yaitu membuat gaduh, memprovokasi umat untuk melawan pemerintahan yang syah dan tidak setia kepada Pancasila, atau silahkan keluar ke negara lain saja kalau tidak mau mengakui keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini jelas dan tidak mungkin akan ada acara bertanya dan dijawab seperti yang dikemukakan di tulisan ini.

Sekali lagi tujuan dari acara bertanya dan dijawab ini adalah untuk mengefektifkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin, yaitu Islam aliran apa saja dan Islam dimana saja di Indonesia agar semuanya adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin, sekaligus untuk mengurangi penangkapan-penangkapan pihak kepolisian terhadap mereka-mereka yang kebanyakan tidak begitu tahu tapi ikut-ikutan berbuat kesalahan dan cenderung melawan pemerintah yang syah. Harapannya juga, kemudian adalah, mereka-mereka ini dan juga masyarakat banyak bisa menonton acara bertanya dan dijawab di televisi tersebut, dan juga bisa menonton video-video YouTube yang tersebar mengenai hal tersebut. Sehingga pada gilirinnya diharapkan mampu mendidik masyarakat khususnya umat Islam agar tetap berperilaku yang mencerminkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Demikianlah tulisan singkat, semoga bermanfaat. 

Seneng Terus, Bahagia Terus ???

Bumi selalu berputar, ada siang ada malam, ada sedih ada gembira. Kemudian ada suatu pertanyaan yang muncul seperti ini : Sekarang saya beri pilihan wahai manusia : pilih yang mana, selalu berganti atau yang selalu tetap yaitu senang terus, bahagia terus, mau?

Pertanyaan diatas dibuatnya suka suka, jadi jawabnya susah. Senang terus, bahagia terus itu tidak ada, karena susah dan penderitaan itu mau ditaruh dimana? Kalau kemauan manusia dituruti semua; semuanya akan menjadi rusak. Sudah benar kondisi yang nyata sekarang. Sudah benar takdir manusia itu ada senang ada susah. Kita tidak bisa merubah dunia. Tapi kita bisa menyikapinya secara tepat guna. Yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri, supaya yang namanya nasib itu menjadi baik. Dan kalau nasib sudah jadi baik, yang namanya pak Takdir itu sudah ompong giginya, tidak berpengaruh lagi. Damai itu ada, damai itu bukan senang dan bukan pula susah, tapi seimbang. Senang itu bisa berubah, susah juga bisa berubah. Damai bisa tidak berubah kalau sudah mantab. Sehingga damai abadi itu ada. Damai abadi adalah tujuan akhir semua makhluk hidup. Syaratnya untuk manusia adalah batin yang bersih. Jangan suka mengotori batin sendiri dengan sering berbuat serakah, membenci, dan dungu yaitu tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Sebelum damai abadi disana, yaitu kondisi damai selamanya, damai dululah di bumi. Supaya enak, anda tidak harus setuju dengan uraian ini. Silahkan tulis komentar anda untuk melengkapi pengetahuan kita semua.

Paritta Buddhis, Apakah Itu ???

Paritta adalah ringkasan dari Sutta-sutta yang ada di dalam Kitabsuci Tipitaka, yang berisi khotbah - khotbah tertentu yang pernah dibabarkan oleh Guru Agung Tathagata, yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan, yaitu perlindungan terhadap Yakkha dan makhluk jahat lainnya. Paritta dapat digunakan untuk menghalau serta menentramkan roh-roh jahat. Mengucapkan atau membaca Paritta dengan cara yang benar juga akan memberikan perlindungan dari kesukaran dan kemalangan bagi yang bersangkutan dan bagi yang mendengarkan. Membaca Paritta sangat disarankan oleh Guru Agung Tathagata karena dapat memberikan banyak manfaat, antara lain dapat menghapus penderitaan dan duka cita, untuk kejayaan dalam semua usaha, termasuk untuk kesejahteraan. Membaca paritta secara benar adalah membaca disertai dengan meresapi makna dari paritta yang dibaca, agar mendatangkan manfaat tersebut diatas, karena paritta yang kita ucapkan atau kita baca telah memberikan andil nyata pada proses perkembangan batin kita menuju pengikisan Lobha (keserakahan), Dosa (kebencian), dan Moha (kebodohan spiritual, delusi). 

Paritta berbeda dengan doa. Doa pada umumnya berupa permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk dapat dikabulkan. Dalam Buddhisme; yang dikatakan doanya terkabul itu adalah bahwa yang bersangkutan sedang memetik buah Karma Baik yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam Paritta tidak ditemukan kalimat yang dapat diartikan sebagai permohonan kepada Yang Maha Kuasa, melainkan berupa niatan dan janji untuk berperilaku di jalan Dhamma dengan menyatakan berlindung pada Tiratana, dan berupa harapan-harapan yang tujuannya baik. Buddhisme mengetahui bahwa Yang Maha Kuasa atau katakanlah Hukum Universal buat Alam Semesta beserta isinya itu bekerja secara adil, bekerja berdasarkan sebab dan kondisi, tidak bisa dirubah atau dipengaruhi oleh kemauan manusia. Akan tetapi manusia dapat menyikapi Hukum Universal tersebut dengan benar agar apa yang diinginkannya bisa terwujud, dengan lain perkataan manusia dapat mewujudkan harapannya jika mampu menciptakan penyebab dari terwujudnya hasil yang dapat diperoleh. Oleh karena hukum universal menentukan bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan atau menyebabkan keinginannya terwujud, dimana perbuatan jahat akan menyebabkan penderitaan atau menyebabkan keinginannya tidak terwujud. Maka yang harus dilakukan oleh manusia adalah memperbanyak perbuatan baik, mengurangi perbuatan jahat serta berupaya menyucikan hati dan pikiran.

Berikut ini adalah dua contoh Paritta dari banyak paritta yang sudah diterjemahkan dari bahasa autentik aslinya bahasa Pali,

1. Paritta Abhinhapaccavekkhana Patha atau Paritta Kalimat Perenungan kerap Kali, terjemahannya sebagai berikut :

"Aku wajar mengalami usia tua. Aku takkan mampu menghindari usia tua. Aku wajar menyandang penyakit. Aku takkan mampu menghindari penyakit. Aku wajar mengalami kematian. Aku takkan mampu menghindari kematian. Segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku. Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, mewarisi perbuatanku sendiri, lahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apapun yang akan kulakukan, baik atau pun buruk; perbuatan itulah yang akan kuwarisi. Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan".

2. Paritta Brahmaviharapharana atau Paritta Pemancaran Brahmawihara, terjemahannya sebagai berikut: 

"Semoga aku berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari penyakit, bebas dari kesukaran. Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari kesakitan, bebas dari kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan. Semoga semua makhluk tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh. Semua makhluk memiliki kammanya sendiri, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, terlindung oleh kammanya sendiri, apapun kamma yang diperbuatnya baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya".

Yang menyebabkan pembacaan paritta tidak bisa memberikan dampak kepada perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan adalah karena halangan kamma, yaitu adanya kamma-kamma tertentu yang tidak dapat dihalangi dengan kekuatan apapun, karena halangan batin yang kotor dimana batin orang yang dibacakan paritta atau batin orang yang membaca paritta diliputi oleh keragu-raguan, oleh nafsu, bisa juga karena kurang yakin terhadap manfaat paritta, dan lain-lain sebagainya.

Demikianlah uraian singkat tentang Paritta Buddhis, semoga bermanfaat.