Paritta berbeda dengan doa. Doa pada umumnya berupa permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk dapat dikabulkan. Dalam Buddhisme; yang dikatakan doanya terkabul itu adalah bahwa yang bersangkutan sedang memetik buah Karma Baik yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam Paritta tidak ditemukan kalimat yang dapat diartikan sebagai permohonan kepada Yang Maha Kuasa, melainkan berupa niatan dan janji untuk berperilaku di jalan Dhamma dengan menyatakan berlindung pada Tiratana, dan berupa harapan-harapan yang tujuannya baik. Buddhisme mengetahui bahwa Yang Maha Kuasa atau katakanlah Hukum Universal buat Alam Semesta beserta isinya itu bekerja secara adil, bekerja berdasarkan sebab dan kondisi, tidak bisa dirubah atau dipengaruhi oleh kemauan manusia. Akan tetapi manusia dapat menyikapi Hukum Universal tersebut dengan benar agar apa yang diinginkannya bisa terwujud, dengan lain perkataan manusia dapat mewujudkan harapannya jika mampu menciptakan penyebab dari terwujudnya hasil yang dapat diperoleh. Oleh karena hukum universal menentukan bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan atau menyebabkan keinginannya terwujud, dimana perbuatan jahat akan menyebabkan penderitaan atau menyebabkan keinginannya tidak terwujud. Maka yang harus dilakukan oleh manusia adalah memperbanyak perbuatan baik, mengurangi perbuatan jahat serta berupaya menyucikan hati dan pikiran.
Berikut ini adalah dua contoh Paritta dari banyak paritta yang sudah diterjemahkan dari bahasa autentik aslinya bahasa Pali,
1. Paritta Abhinhapaccavekkhana Patha atau Paritta Kalimat Perenungan kerap Kali, terjemahannya sebagai berikut :
"Aku wajar mengalami usia tua. Aku takkan mampu menghindari usia tua. Aku wajar menyandang penyakit. Aku takkan mampu menghindari penyakit. Aku wajar mengalami kematian. Aku takkan mampu menghindari kematian. Segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku. Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, mewarisi perbuatanku sendiri, lahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apapun yang akan kulakukan, baik atau pun buruk; perbuatan itulah yang akan kuwarisi. Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan".
2. Paritta Brahmaviharapharana atau Paritta Pemancaran Brahmawihara, terjemahannya sebagai berikut:
"Semoga aku berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari penyakit, bebas dari kesukaran. Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari kesakitan, bebas dari kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan. Semoga semua makhluk tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh. Semua makhluk memiliki kammanya sendiri, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, terlindung oleh kammanya sendiri, apapun kamma yang diperbuatnya baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya".
Yang menyebabkan pembacaan paritta tidak bisa memberikan dampak kepada perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan adalah karena halangan kamma, yaitu adanya kamma-kamma tertentu yang tidak dapat dihalangi dengan kekuatan apapun, karena halangan batin yang kotor dimana batin orang yang dibacakan paritta atau batin orang yang membaca paritta diliputi oleh keragu-raguan, oleh nafsu, bisa juga karena kurang yakin terhadap manfaat paritta, dan lain-lain sebagainya.
Demikianlah uraian singkat tentang Paritta Buddhis, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar