Translate

Rabu, 23 Maret 2022

MENGUBAH DUNIA

Awalnya semua orang pasti menginginkan agar apa yang dimauinya bisa terwujud. Ini yang dinamakan bisa mengubah dunia. Tetapi dikatakan bahwa mengubah dunia itu tidaklah mungkin, kecuali mengubah sedikit saja yang bisa dirubah. Video ini ingin mengatakan bahwa kita tidak bisa memaksa pihak luar yaitu yang diluar diri kita untuk bisa mengikuti kemauan kita. Ada yang mau mengikuti, dan yang tidak mau mengikuti keinginan kita itu lebih banyak. Dengan kenyataan seperti itu lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap? Dikatakan juga bahwa kita ini tidak bisa mengubah dunia, yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri. Iya, garis besarnya seperti itu, tapi kalau mau dikupas lebih dalam; maka kita harus punya sikap, kita harus punya kepribadian yang kuat tapi bijaksana, jangan menyerah dengan situasi dan kondisi di sekitar kita yang merusak, yang merugikan dan yang menyakiti pihak lain.

Sebagai contoh misalnya jika kita melihat seseorang sedang melakukan kekerasan atau mungkin mengancam-ancam orang lain, mungkin seorang laki-laki menganiaya seorang wanita, dan wanita itu orang lain atau mungkin saja ibunya sendiri, atau jika ada kasus-kasus lain yang serupa, ada seseorang yang bertindak tidak baik, bertindak jahat, jika memungkinkan artinya tidak terlalu berbahaya, maka sebaiknya orang tersebut kita tegur secara baik-baik. Katakan jangan melakukan hal itu. Masalahnya apa, tanyakan, dan berikan jalan keluar atau solusi yang baik yang bisa dilakukan. Jika orang tersebut ngotot, marah dan tidak bisa diatasi, maka jalan terakhir yang bisa ditempuh adalah melaporkannya kepada penegak hukum, yaitu melaporkan ke polisi. Dalam hal ini tentu banyak sekali kasus-kasus lain yang sifatnya tidak baik dan merusak suasana, membuat kerusuhan yang perlu diatasi, dimana jalan terakhirnya kalau tidak bisa diatasi, lagi lagi adalah melaporkannya kepada pihak yang berwajib.

Kalau kasus-kasus yang lain lagi yang ada di dalam rumah tangga, bukan anak yang sudah dewasa yang menganiaya ibunya, misal kekerasan dalam runah tangga suami menganiaya istrinya, maka si istri bisa meminta bantuan kepada keluarga besar, yaitu keluarga sendiri atau keluarga suami untuk membantu menyelesaikan masalah. Ujung-ujungnya bisa juga lapor ke polisi jika masalahnya terlalu berat dan berbahaya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa saja terjadi yang sebaliknya, seorang istri tidak bisa diatur, tidak menghargai suami sebagai kepala rumah tangga, atau lebih jauh lagi sang istri tidak mau mengakui bahwa suaminyalah yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga. Maunya istri mengatur segalanya, merasa dirinya lebih baik dan lebih mampu dari suami dalam mengurus rumah tangga agar berjalan dengan baik meskipun pendidikannya jauh dibawah sang suami, dan umurpun tidak lebih tua dari suami. Mungkin saja sewaktu menikah pendidikan mereka tidak jauh berbeda, tetapi karena dalam bekerja sang suami dinilai baik, loyal dan berdedikasi tinggi pada perusahaan, maka perusahaan menyekolahkannya berkali-kali ketingkat yang lebih tinggi sehingga karir suami pun meningkat terus, menyebabkan perbedaan pendidikan suami dan istri menjadi semakin lebar. Sialnya lagi istri tidak mau belajar menyesuaikan diri sendiri dalam bertindak agar secara perilaku dan cara berpikir tidak jauh tertinggal dengan suami. Ditambah lagi jika sifat istri yang memang maunya selalu mengatur. Kalau itu yang terjadi maka kacaulah rumah tangga itu, terjadi pemborosan, banyak pengeluaran yang seharusnya tidak perlu karena kurang bermanfaat gara-gara kebodohan cara berpikir istri yang tidak disadarinya. Dalam kasus seperti itu meskipun suaminya berpendidikan tinggi bisa saja terseret menjadi bodoh juga, menjadi emosional, karena saking lamanya berpasangan dengan istri yang bodoh, pemikirannya selalu berbenturan dengan batu hitam keras kepala istri. Kita semua tahu, bahwa agama dan juga budaya memiliki aturan tentang cara membangun dan menjalankan rumah tangga agar berjalan dengan baik. Pendeta atau pejabat yang menikahkan pasangan, atau orang-orang yang dituakan, di acara resepsi perkawinan atau di acara yang lain pasti sudah memberikan masehat-nasehat kepada pasangan yang melakukan pernikahan, agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik dan langgeng sampai tua. Dimana aturan menentukan bahwa suami adalah kepala rumah tangga, istri harus mengakui dan menghargai aturan itu. Istri adalah partner atau pasangan yang bisa membantu meringankan tugas suami, suami harus menyayangi, mengarahkan dan ketika menyelesaikan suatu masalah yang cukup rumit, suami meminta pendapat istri untuk bicara bersama sebelum diambil keputusan oleh suami. 

Untuk persoalan ini, pastinya suami sudah menempuh segala cara agar istrinya bisa sadar atas status, kedudukan dan tugasnya dalam rumah tangga, dan mungkin saja suami tidak berhasil gara-gara kepala sang istri sekeras batu hitam, kecuali jika putusannya adalah perpisahan atau cerai maka persoalan menjadi selesai. Kasus ini jika ditinjau dari ajaran Dhamma; maka hal tersebut adalah merupakan karma buruk suami yang sedang ia petik dalam kehidupannya yang sekarang, mungkin di kehidupan sebelumnya sang suami adalah manusia atau makhluk yang tidak bisa diatur. Untungnya tidak ada sesuatupun yang abadi, yang ada adalah selalu berubah atau Anicca kecuali Nibbana yang tak pernah berubah. Oleh karena itu buat suami tunggu saja perubahan itu terjadi, sambil tetap berusaha dan selalu berusaha berbuat karma baik, tunggu saja karma buruknya habis.  

Demikianlah uraian tentang ingin mengubah dunia, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar