Translate

Sabtu, 24 November 2018

Nelayan.

Orang yang tahu tidak akan mau jadi nelayan, cari pekerjaan yang lebih mulia, yang tidak membunuh. Nelayan & bukan nelayan itu akan selalu ada, jangan kawatir tidak bisa makan ikan laut. Di alam ini tidak ada yang seragam semuanya, baik semua atau jelek semua. Besar semua atau kecil semua, laki-laki semua atau perempuan semua, dan seterusnya. Akan selalu ada dualisme. Ikan yg terjaring oleh nelayan itu juga perlu ada, artinya ikan-ikan yang mati tersiksa tersebut diberi kesempatan menebus dosa, sebagaimana para korban tsunami, mereka sedang melunasi hutang dosanya. Semua itu perlu kita kasihani, perlu kita tolong, terutama bagi yang masih bisa diselamatkan jika tidak mengundang maut menimpa diri kita sendiri.
Kalau kita orang baik & tidak dungu, jangan kawatir dengan keselamatan, tapi kalau celaka juga ya diterima saja, selain tidak bisa ditolak, itu kan cara kita menebus dosa yang disediakan oleh alam semesta. Kenapa demikian? Karena alam semesta itu adil, tidak akan menghukum atau memberi hadiah bagi yang tidak berhak. Reward & punishment itu ada alasannya, tidak random (kebetulan) belaka. Semua ini ada karena ada aturannya, ada hukum-hukumnya, kalau suka-suka (asal-asalan) ya berantakan, tidak akan ada apa-apa, tidak akan ada semuanya ini.

Jumat, 23 November 2018

Membunuh.


Ada restoran yang menyediakan kepada pelanggannya, sebagai fasilitas, untuk melihat ikan-ikan yang masih hidup di aquarium, atau di kolam, untuk dipilih kemudian dimasak sebagai hidangan segar. Kalau kita akan makan masakan ikan di restoran tersebut, janganlah mengambil fasilitas ini. Itu tidak baik, berdosa. Mintalah ikan (yang sudah mati) & dimasak untuk kita makan. Ada yang bilang (ajaran agama Abrahamic), bahwa adanya binatang itu karena disediakan untuk manusia. Itu tidaklah benar. Kita & makhluk lainnya itu sama. Kalau ditelusuri (diusut lebih lanjut) & kita sadar, maka kita semua ini sebenarnya bersama-sama sedang berjuang menjalani kehidupan ini menuju ke arah keselamatan, ke tujuan yang benar, tujuan akhir, dimana salah satu caranya adalah menghindari pembunuhan. Apakah mungkin semua orang tidak membunuh? Tidak mungkin!. Jadi kalau begitu bisa dikatakan bahwa binatang itu ada, disediakan (bisa dibunuh) oleh orang yang tidak mengetahuinya, yang tidak mengetahui jalan hidup yang benar. Orang yang mengetahui jalan & yang tidak mengetahui jalan yang benar itu selalu ada. Memang pada suatu masa orang yang mengetahui jalan yang benar itu sangat banyak, dan di masa yang lain adalah sebaliknya, orang yang tidak mengetahui jalan yang benar itu sangat banyak. Selalu begitu, dinamis bergantian. Jadi kalau kita sebagai orang yang mengetahui jalan hidup yang benar maka kita akan selalu aman. Memperoleh berkah...

Kamis, 22 November 2018

Tuhan.

Satu hal yang sangat aku sayangkan adalah, banyak orang mengandalkan Tuhan untuk segalanya, untuk mengangkat nasibnya, mengentaskan kegagalan & ketidakberuntungannya. Semua orang menyerahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan. Itulah persoalannya kalau mempercayai bahwa segala sesuatunya Tuhan lah yang mengatur. Tuhan punya hajat menciptakan alam semesta dengan segala persoalannya, persoalan manusia, membuat bencana-bencana alam seperti petir, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, likuifaksi dan sebagainya. Bagaimana Tuhan bisa berperilaku seperti itu, layaknya makhluk saja. Itu hanyalah merupakan persepsi manusia saja yang terlalu sederhana, delusi. Kalau Tuhan yang mengatur & bisa dimintai tolong (bisa dinegosiasi), lalu apa pertimbangan yang dipakai oleh Tuhan untuk mengabulkan doa (permohonan) manusia?. Berdasarkan keadilanpun tidak lah mungkin karena bisa mengacau berlakunya hukum-hukum universal alam semesta yang ada.
Kalau Tuhan yang mengatur, maka Tuhan tidak mengaturnya secara manual. Semua berjalan secara otomatis. Semuanya berjalan & bekerja berdasarkan hukum-hukum universal alam semesta. Planet-planet di tatasurya berotasi secara otomatis di garis edarnya masing-masing. Hukuman & pahala, surga & neraka bagi tiap-tiap manusia ditentukan berdasarkan raport masing-masing, berdasarkan perilaku-perilaku sebelumnya. Adalah ketentuan dari hukum  karma, hukum sebab-akibat atau hukum tabur-tuai.
Kalau kita ingin berhasil dalam usaha, berhasil dalam meraih cita-cita, maka berupayalah dengan baik & benar sesuai dengan teori sains nya. Ada baiknya jika disertai dengan banyak berbuat baik & mengurangi perbuatan jahat, hal ini adalah sebagai stimulan (pendorong) agar apa-apa yang kita kerjakan (belajar & berusaha) dapat membuahkan hasil yang baik, yang memuaskan. Setelah itu barulah kita berdoa, yang kira-kira bunyinya begini : “Semoga dengan kebajikan & pekerjaan yang telah saya lakukan sampai dengan saat ini, akan membuahkan kebahagiaan & hasil yang baik, dalam bentuk terhindar dari kemalangan, penderitaan & kegagalan, semoga semua makhluk berbahagia”.

Selasa, 20 November 2018

Alam Dewa Paranimmittavasavatti


Alam Surga Paranimmittavasavatti atau Alam Dewa Paranimmittavasavatti termasuk Kamasugatibhumi. Kamasugatibhumi adalah alam kehidupan yang menyenangkan. Alam Dewa Paranimmittavasavatti adalah alam surgawi tingkat keenam atau tingkat tertinggi dari yang disebut alam dewa atau alam surga. Apabila para dewa di alam Nimmanaratti menikmati kepuasan inderawi hasil ciptaannya sendiri sesuka hati mereka, maka para dewa di alam Paranimmittavasavatti ini menikmati kesenangan atau kepuasan inderawi dari apa yang diciptakan atau disediakan oleh dewa yang lain, yang tahu kebutuhan serta keinginan mereka. Para dewa di alam ini dapat membantu menyempurnakan ciptaan dewa lainnya. Penguasa di alam Paranimmittavasavatti ini adalah Dewa Vasavatti. Di alam Paranimmittavasavatti ini bermukim Dewa Mara. Alam Dewa Paranimmittavasavatti ini berada di angkasa. Usia rata-rata para dewa di alam Paranimmittavasavatti ini ialah 16.000 tahun dewa atau kira-kira 9,216 milyar tahun manusia, sebab satu hari satu malam di alam dewa Paranimmittavasavatti ini sama dengan 1.600 tahun di alam manusia .
Bentuk tubuh para dewa di keenam alam surga atau enam alam dewa yang sudah saya sampaikan itu, bentuk tubuhnya lebih lembut dan lebih halus dibanding tubuh manusia, tidak terlihat oleh mata telanjang. Para dewa tersebut juga tunduk pada kematian, seperti halnya semua makhluk hidup. Para dewa itu sebagaimana yang sudah disampaikan, memiliki usia kehidupan yang sangat panjang, sehingga terkadang mereka lupa bahwa kehidupan itu tidak kekal. Meskipun kita sebagai manusia teramat sering mengeluh dan meratap dalam menjalani kehidupan ini, namun hidup sebagai manusia itu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh para dewa di alam surgawi. Para dewa menganggap bahwa terlahir sebagi manusia  itu merupakan hal yang sangat baik, karena dari hidup sebagai manusia itu bisa langsung mencapai Nibbana, apabila parami yang dimilikinya mendukung dan perjuangannya dalam Dhamma memadai, dan memenuhi syarat hingga mencapai penerangan sempurna, dari hasil melakukan meditasi vippasana secara rutin, merealisasi sebagai orang suci yang disebut arahat.