Di mana-mana
termasuk di Indonesia, perseteruan atau perang agama itu ada. Agama menjelma
menjadi masalah yang sangat sensitif, berbahaya & sangat menakutkan. Mestinya tidak
demikian, justru harus sebaliknya, memberikan kedamaian & kesejukan. Jika
masalah tersebut tabu untuk dicarikan solusi secara benar & tuntas, kapan
masalah tersebut bisa selesai?. Solusi tepat untuk menuntaskan masalah
kesensitifan agama itu adalah dengan cara buka-bukaan, yaitu tanya jawab &
diskusi mendalam agama, tanpa disertai
oleh rasa benci & nafsu amarah. Hal ini mestinya bisa dilakukan oleh
tokoh-tokoh agama yang mestinya sudah mempunyai watak yang arif & bijaksana, bisa mengendalikan emosi atau
nafsu amarah. Buka-bukaan, tanya jawab & diskusi mendalam agama adalah hal yang mustahil bisa
terlaksana, hanya merupakan teori belaka. Namun apapun teorinya tidak masalah
untuk dikemukakan.
Tidak ada agama
sesat. Yang ada
adalah kurang pas. Jika ada yang kurang pas, maka yang pas itu ada. Bisa kurang
pas karena berasal dari katanya, kata
orang, kata kitab suci. Sekarang ini yang disebut Tuhan itu diam saja. Ini
perlu dipertanyakan, dan pahamilah sebenarnya yang dimaksud dengan Tuhan itu
apa?
Agama yang benar
atau yang paling benar itu ada. Namun memeluk agama apapun itu baik-baik saja asalkan
berperilaku baik, jika tidak maka akan menjadi percuma memeluk agama. Ada
baiknya mempelajari agama lain sampai paham
benar kalau belum mengerti. Ulangi, sampai paham benar, jangan hanya persepsi sendiri. Adakan diskusi tanya jawab sampai puas untuk mencari
tahu secara tulus bukan didasari kebencian tentang ajaran agama lain. Setelah
diperoleh pemahaman paling dalam, barulah menyikapinya (memilih agama), atau
memaklumi agama lain & tidak membencinya. Setelah didiskusikan, nanti akan
kelihatan mana agama yang kurang pas & mana
yang logis, meskipun itu menurut penilaian masing-masing orang. Sekali lagi ini memang teori,
prakteknya adalah hal yang mustahil, namun teori apapun itu tidak ada salahnya
disampaikan.
Tanya jawab
(diskusi) agama sebaiknya memang dilakukan oleh tokoh atau tokoh-tokoh agama
(masing-masing kubu maksimum tiga tokoh), yang sudah pasti ahli atau menguasai
dengan baik seluk beluk agamanya, yang telah menguasai dengan baik ajaran
agamanya teori & prkatek. Diskusi dilakukan oleh dua agama yang berbeda,
dan dilakukan misalnya di acara televisi, supaya bisa ditonton (disaksikan)
oleh jutaan orang. Namun harus diingat, semua pihak termasuk moderator pada setiap
kesempatan harus menyampaikan permohonan kepada penonton televisi agar tetap tenang,
tidak terpancing emosi, dan semua pihak harus bisa menunjukkan diskusi yang
damai. Diskusi ini dimaksudkan
untuk pendidikan kepada masyarakat banyak. Dan masyarakat akan bisa tahu (bisa
menilai) siapa-siapa pembicara yang mumpuni, yang agak emosi,
dan sebagainya. Sedikit banyak perilaku mereka
dalam berdiskusi, atau melakukan tanya jawab, sedikit banyak bisa mencerminkan seperti apa ajaran agamanya, atau tepatnya seperti apa
karakter pemeluk agama yang bersangkutan.
Di lain waktu
dilakukan lagi diskusi (tanya jawab) dengan agama yang berbeda lagi, sampai
semua agama (di Indonesia ada enam agama yang diakui secara resmi) bisa
berkontribusi dalam diskusi yang dikamsud. Sekali lagi ini adalah teori, prakteknya adalah hal yang mustahil, namun teori apapun itu bisa
saja disampaikan.
Pasti ada agama
yang tidak bersedia berdiskusi, karena merasa tidak berkepentingan, merasa tidak mempunyai masalah apapun dengan agama lain, memaklumi bahwa dunia memang adanya
seperti itu. Kecuali jika tokohnya diminta untuk
membabarkan ajaran agamanya, tentu bersedia, bahkan bersedia membabarkan ajaran agamanya secara lengkap & bersedia menjawab
pertanyaan apapun itu sampai puas bagi
yang belum memahami atas apa yang dibabarkan. Tanya jawab, diskusi atau
pembabaran ajaran agama ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat banyak, terutama kepada pemeluk agama lain, dengan
tujuan untuk mengurangi perseteruan agama, karena masing-masing bisa memaklumi
& menerima apa yang diyakini oleh orang lain.
Sekarang ini ada
bentrokan agama karena masing-masing membenarkan ajaran agama sendiri, yang
lain salah & perlu dibuat benar, atau perlu dihilangkan. Mereka itu melihat
sesuatu itu dengan memakai kacamata berwarna masing-masing, yang berbeda-beda warna, mestinya tidak memakai kacamata, agar yang
dilihat adalah hal-hal yang sebenarnya, apa adanya, tidak terhalang (tertutupi)
oleh warna-warna tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar