Translate

Selasa, 26 April 2022

Biografi Nelson Mandela

Sumber : idsejarah.net - Nelson Rolulahla Mandela lahir pada tanggal 18 Juli 1918 di Mvezo dan meninggal pada tanggal 5 Desember 2013. Ayahnya bernama Gadla Henry Mphakanyiswa yang merupakan seorang kepala suku setempat serta anggota dewan kerajaan. Sedangkan ibunya bernama Nosekeni Fanny.

Nelson Mandela merupakan anak terakhir dari tiga belas bersaudara dari keempat istri ayahnya. Ia terlahir dari keluarga Kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, salah saku suku yang berbahasa Xhosa di Afrika Selatan. Suku ini kemudian dikenal dengan suku Tambookie pada abad ke – 19.

Ketika Mandella dilahirkan di Mvezo, Transkei pada 18 Juli 1918, Mandella kemudian dipindah ke Qunu saat berumur 9 tahun. Masa kecil Nelson Mandela dihabiskan bersama dua saudarinya di Desa Qunu, Afrika Selatan dan seringkali mengembala sapi bersama teman temannya. Ia memiliki nama kehormatan di klannya yaitu Madiba. Mandela merupakan orang pertama dalam keluarganya yang bersekolah sedangkan saudaranya kebanyakan buta huruf karena tidak bersekolah.

Sejak umur 7 tahun, Mandela bersekolah di methodis dan ia kemudian di baptis serta mendapat nama “Nelson” dari gurunya yang seorang metodis. Walaupun sudah memiliki nama baptis, Mandela lebih sering dipanggil Madiba ketika bersama kelompok sesukunya. Ketika berumur 9 tahun, ayah Mandela meninggal karena sakit yang tak diketahui. Mandela meyakini ayahnya terkena serangan paru – paru. Setelah ayahnya meninggal, Mandela merasa terabaikan. Ibunya kemudian mengirimnya ke istana “Great Place” di Mqhekezewni dan diasuh oleh kepala suku Jongintaba Dalindyebo.

Nelson Mandela menganggap bahwa ia diperlakukan layaknya anak kandung oleh Jongintaba dan istrinya Noengland. Di Mqhekezweni, Mandela belajar Bahasa Inggris, Xhosa, sejarah dan geografi. Ia mulai tertarik pada sejarah Afrika setelah mendengar cerita dari pengunjung istana tua dan mulai terpengaruh retorika anti imperialisme Kepala Suku Joyi. Namun ia masih menganggap bahwa orang Eropa sebagai penolong bukan penindas.

Ketika berumur 16 tahun, Mandela, Justice dan teman temannya berangkat ke Tyhalarha untuk menjalani ritual sunat sebagai simbolis bahwa mereka telah dewasa kemudian setelah ritual, Mandela diberi nama “Dalibunga”.

 Pendidikan Nelson Mandela.

Nelson Mandela masuk Clarkebury Boarding Institute dan mempelajari kebudayaan barat pada umur 16 tahun. Setelah menyelesaikan sekolahnya selama dua tahun, Mandela pada tahun 1937 pindah ke Healdtown, perguruan Methodis di Fort Beaufort yang juga dihadiri sebagian besar keluarga dari raja Thembu, termasuk Justice. Selama di Healdtown, ia lebih banyak belajar mengenai superioritas budaya dan pemerintahan Inggris. Namun Nelson Mandela justru lebih tertarik pada budaya Afrika pribumi.

Pada tahun 1934, Nelson Mandella memulai program B A (Bachelor of Arts) di Fort Hare University dimana ia bertemu Oliver Tambo dan K D Matanzima yang merupakan kawan dan kolega setianya. Di sana, ia belajar mengenai Bahasa Inggris, antropologi, politik, pemerintahan pribumi dan hukum Belanda Romawi pada tahun pertama. Bahkan ia mengutarakan ingin menjadi penerjemah atau juru tulis di Departemen Urusan Pribumi.

Nelson Mandela mengambil kelas tari ballroom serta terlibat dalam pementasan Abraham Lincoln. Setelah menentang kebijakan-kebijakan universitas seperti terlibat dalam aksi boikot SRC (Students Representive Councill) terhadap kualitas makanan, ia kemudian diminta untuk keluar dan Mandela pun pindah ke Johannesburg serta melanjutkan studinya ke University of South Africa setelah mengambil studi hukum di Universitas of the Witswatersrand.

Pada awalnya, Nelson Mandela berfikir bahwa Britania bukanlah kolonialis Afrika Selatan. Namun setelah ia melihat bagaimana perlakuan kulit putih Britania kepada kulit hitam yang dikenal dengan gerakan apartheid, akhirnya ia tersadar dan Mandela memutuskan bergabung dalam organisasi African National Congress yang bergerak memperjuangkan kemerdekaan Afrika Selatan.

Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin dipengaruhi pemikiran Sosilu dan banyak menghabiskan waktu bersama Sosilu termasuk dengan teman lamanya Oliver Tambo. Pada tahun 1943, Mandela bertemu Anton Lembede, seorang nasionalis yang menentang front ras bersatu dalam kolonialisme dan imperialisme atau aliran dengan kaum komunis.

Meski Nelson Mandela berteman dengan orang-orang kulit putih dan orang komunis, Nelson Mandela mendukung sepenuhnya pandangan Lembede, dan percaya bahwa rakyat Afrika Selatan harus bebas dari penjajahan Britania dan menentukan nasibnya sendiri.

Di rumah Sosilu, Mandela berkenalan dengan seorang wanita bernama Evelyn Mase, seorang perawat sekaligus aktivis ANC dari Engcobo, Transkei. Keduanya kemudian menikah pada tahun 1944, dan dari Evelyn Mase mendapatkan anak pertama bernama, Madiba “Thembi” Thembekile yang lahir pada bulan Februari 1946, dan seorang putri bernama Makazie yang lahir tahun 1947 namun meninggal setelah 9 bulan kemudian akibat penyakit miningitis.

Dalam rapat umum Durban, Nelson Mandela berpidato dihadapan 10.000 orang dan berkampanye memprotes pemerintahan, karena kegiatan anti apartheid nya, Mandela kemudian ditangkap. Seiring berjalannya waktu, banyak aktivis ANC yang tertangkap. Dari anggota ANC sebanyak 20.000 berkurang menjadi 10.000. Pemerintah melakukan penangkapan masal dan mengeluarkan Undang Undang Keselamatan Umum 1953 untuk melegalkan penangkapan tersebut dengan menerapkan darurat militer.

Mandela berulangkali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut. Mandela diadili di pengadilan pada tahun 1955 hingga 1961 dan pada akhirnya ia divonis bersalah. Pada tahun 1961, Mandela dan Partai Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe.

Pada tanggal 5 Agustus 1962, Mandela dipenjarakan di Marshall Square Johannesburg Fort atas tuduhan melakukan penghasutan kepada buruh untuk melakukan mogok kerja serta keluar negeri tanpa izin. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1962, ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara, dan pada tanggal 12 Juni 1964, ia dijatuhi hukuman seumur hidup.

Pada bulan Februari 1985, Mandela menolak pembebasan dengan syarat menghentikan perjuangan bersenjata. Mandela dibebaskan pada tanggal 11 Februari 1990 atas perintah Presiden Willem de Klerk setelah mendapat tekanan dari seluruh dunia. Mandela dan Klerk kemudian mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1993 dan melakukan pemilu multi ras pada tahun 1994.

Nelson Mandela terpilih sebagai presiden dan menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak Mei 1994 hingga Juni 1999. Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama dengan Klerk sebagai Deputi presiden. Mandela juga dianggap sebagai tokoh anti diskriminasi orang kulit hitam atau apartheid. Pemerintahan Mandela berfokus pada usaha penghapusan apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan serta rekonsiliasi.

Permasalahan AIDS menjadi permasalahan yang paling disesalkan Mandela karena ia tidak terlalu memperhatikan masalah tersebut. Anak Mandela, Makgatho Mandela meninggal pada tanggal 6 Januari 2005 setelah terserang AIDS.

Akhir Apartheid.

Nelson Mandela banyak mendapat pendukung dari Zambia, Zimbabwe, Namibia, Libya, dan Aljazair. Kemudian ketika Mandela pergi ke Swedia, ia ber reuni dengan Tambo lalu ketika di London, ia tampil dalam sebuah konser An International Tribute for a Free South Africa di Wembley Stadium.

Saat mendorong negara-negara lain untuk mendukung sanksi terhadap pemerintah apartheid, di Prancis Mandela disambut oleh presiden Prancis Francois Mitterrand, di Kota Vatikan ia disambut oleh Paus Yohanes Paulus, sedangkan di Inggris ia bertemu dengan Margaret Thatcher. Saat di Amerika, ia bertemu dengan presiden George H W Bush dan berpidato dalam Kongres, ia sangat terkenal di kalangan masyarakat Afrika Amerika.

Saat di Kuba, Mandela bertemu dengan Fidel Castro yang telah lama ia kagumi dan keduanya kemudian bersahabat. Di Asia Mandela bertemu dengan Presiden R Venkataraman dari India, Presiden Soeharto dari Indonesia, dan Perdana Menteri Mahathir Mohammad di Malaysia sebelum mengunjungi Australia dan Jepang. Pada bulan Mei 1990, Mandela memimpin sebuah delegasi multirasial ANC dengan 11 pria Afrikaner pemerintah. Ia membuat terkesan Afrikaner pada sejarah Afrika serta berujung adanya pencabutan Groot Schur Minute atau pemerintah mencabut keadaan darurat.

Pada konferensi nasional ANC yang dihelat pada bulan Juli 1991 di Durban, Mandela diangkat menjadi presiden ANC menggantikan Tambo yang sakit dan eksekutif nasional multigender dan multiras dipilih bersama-sama. Mandela menempati markas ANC yang saat itu dibeli di Shell House, Johannesburg.

Pada Bulan Desember 1991, bertempat di Johannesburg World Trade Center diselenggarakan CODESA (Convention for a Democratic South Africa) yang dihadiri oleh 228 delegasi dari 19 partai politik. Dari organisasi ANC sendiri dipimpin oleh Cyril Ramaphosa. Pada penutupan, De Klerk berpidato yang intinya De Klerk mengutuk kekerasan yang dilakukan ANC.

CODESA 2 diadakan pada bulan Mei 1992, De Klerk memaksa Afrika Selatan pasca apartheid harus memakai sistem federal dan meminta jaminan keselamatan kaum minoritas, Nelson Mandela menolak dan menuntut hukum sepenuhnya dikuasai oleh kaum mayoritas. Setelah terjadi peristiwa pembantaian Boipatong yang dilakukan militan Inkatha yang dibantu ANC, Mandela membatalkan negosiasi tersebut sebelum menghadiri pertemuan Organitation of African Unity di Sinegal.

Pada bulan Juli 1993, Nelson Mandela serta De Klerk mengunjungi Amerika Serikat untuk menemui Bill Clinton secara terpisah dan masing-masing mendapatkan Liberty Medal dan Hadiah Perdamaian Nobel di Norwegia.

Pemerintahan Nelson Mandela.

Nelson Mandela merupakan presiden dengan kulit hitam pertama di Afrika Selatan yang menjabat selama lima tahun pada periode 1994 hingga 1999. Mandela dilantik di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994. Mandela bukanlah presiden yang memiliki pengalaman dalam bidang pemerintahan. Setelah menjabat sebagai presiden, Mandela memilih untuk hidup dalam keluarga yang sunyi di wilayah antara Johannesburg dan Qunu. Ia kemudian menulis otobiografi berjudul The Presidential Years namun ditinggalkan begitu saja sebelum diterbitkan.

Nelson Mandela menganggap bahwa hidup sendiri dalam sunyi lebih sulit, lalu ia beralih ke kehidupan sosial dengan menyibukkan keseharian dengan bertemu pemimpin dunia dan selebriti, serta di Johannesburg ia bekerja pada Nelson Mandela Foundation yang didirikan pada tahun 1999 yang berfokus pada pemberantasan penyakit HIV/AIDS, pembangunan desa dan pembangunan sekolah.

Pada tahun 2002, Ia meresmikan Nelson Mandela Annual Lecture serta Mandela Rhodes Foundation yang didirikan pada tahun 2003 di Rhodes House, University Oxford yang berfokus pada beasiswa pasca sarjana pada mahasiswa Afrika.

 Pernikahan Nelson Mandela.

Mandela menikah pertama kali dengan Evelyn Ntoko Mase pada tahun 1944 dan bercerai pada tahun 1957. Pernikahan kedua yaitu dengan Winnie Madikizela pada tahun 1958 dan bercerai pada tahun 1996. Pada ulang tahunnya ke 80 yaitu pada tahun 1998, Mandela menikah dengan Graca Machel, seorang janda dari mantan Presiden Mozambik Samora Machel yang juga seorang kawan ANC.

 Kematian Nelson Mandela.

Nelson Mandela memutuskan untuk pensiun dari dunia sosial pada bulan Juli 2004 karena kesehatannya yang semakin memburuk. Pada tanggal 5 Desember 2013, Mandela diberitakan meninggal pada usia 85 tahun. Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma memberitakan secara resmi kematian mantan presiden tersebut.

Demikianlah biografi Nelson Mandela, semoga bermanfaat.

BALADA KEHIDUPAN

Manusia hidup selalu mengalami ketidakpuasan yang berulang. Sekarang puas, sekarang senang, nanti kepuasan tersebut hilang, kesenangan tersebut hilang, berganti dengan kekecewaan dan kesengsaraan. Hal tersebut akan terjadi berulang-ulang. Kapankah hal tersebut akan berakhir? Tanpa sikap dan tindakan yang tepat yang juga berulang; kondisi tersebut tidak akan berakhir dan tidak dibatasi oleh kematian.

Waktu selalu berjalan maju, tidak pernah mundur dan suatu kondisi, kejadian atau keadaan tidak akan pernah terulang kembali dengan keadaan yang sama persis. Katanya kesempatan itu tidak akan datang kedua kali. Hidup kita ini tidak pernah terlepas dari perubahan yang terus-menerus setiap saat tanpa henti. Perubahan tersebut membuat kita menderita. Jangankan perubahan yang membuat kita menderita karena kebahagiaan akan berubah menjadi penderitaan. Kondisi yang tetap pun membuat kita menderita, karena kebahagiaan yang tetap dan tidak berubah itu akan membosankan juga. Intinya adalah; perubahan itu membuat kita menderita. Kebahagiaan yang berubah membuat kita menderita, kebahagiaan yang tetap juga membuat kita menderita karena kita bosan, karena kondisi kita sendiri yang berubah, berubah menjadi bosan. Sekali lagi intinya, kalau kita tidak mau disalahkan maka biang keladi dari penderitaan atau Dukkha itu adalah perubahan yang disebut Anicca. Padahal yang lebih dominan, yang bisa kita rubah walaupun sangat sulit adalah nafsu keinginan atau hawa nafsu kita. Perubahan atau Anicca itu kekal. Karena Anicca kekal, maka kitalah yang harus bersikap bagaimana caranya agar Anicca tidak menyebabkan Dukkha, tidak menyebabkan penderitaan. Pusing deh pokoknya. Kasihan deh lu manusia dan juga makhluk hidup yang lain selalu mengalami penderitaan atau Dukkha...

Itulah Dhamma, tulisan ini menceritakan mengenai Dhamma, mengenai kesunyataan atau kebenaran yang ada.

Hawa nafsu adalah kotoran batin disebut Kilesa. Untuk bebas dari Dukkha kita harus tidak memiliki kotoran batin. Kotoran batin atau Kilesa perlu dikikis terus-menerus agar menjadi berkurang, berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Kalau sudah hilang atau sudah berhasil kita hancur leburkan, maka dikatakan kita telah mencapai kebebasan, telah merealisasi Nibbana, telah merealisasi kedamaian abadi. Apakah bisa? Bisa, tapi sulit sekali, perlu usaha keras, perlu berlatih terus-menerus berkesinambungan bahkan sampai melewati banyak sekali kehidupan. Di kehidupan sebagai manusia, perlu mempraktikkan dengan baik dan benar Jalan Mulia berunsur Delapan dengan tekun, juga berkesinambungan, dimana salah satu unsurnya, yaitu unsur yang kedelapan yang paling krusial adalah konsentrasi benar atau meditasi, meditasi Vipassana. Meditasi Vipassana itu merupakan upaya tertinggi dalam mencapai penerangan sempurna, merealisasi Nibbana, merealisasi kedamaian abadi, tercerahkan, yang berarti kotoran batin telah berhasil dihancur-leburkan tanpa sisa. Itulah sebabnya mengapa setiap tindak tanduk, atau perilaku praktisi Dhamma itu selalu dimaksudkan untuk mengikis habis kotoran batin, mengikis Kilesa. Rajin berdana, rajin menjaga Sila, rajin berbuat baik, rajin datang ke Vihara, membaca paritta, mendengarkan Dhammadesana, berlatih meditasi, dan lain-lainnya lagi, semuanya itu adalah dalam upaya menjaga dan memupuk perilaku luhur, perilaku yang baik, yang benar dan yang terarah, yang tujuan akhirnya adalah terkikis habisnya Kilesa yang sudah disebutkan tadi hingga hancur lebur tanpa sisa, merealisasi kedamaian abadi, merealisasi pencerahan, merealisasi Nibbana. 

Itulah balada kehidupan yang dimaksud dalam video ini, bahwa manusia dan juga makhluk lain itu dalam kehidupannya selalu mengalami Dukkha atau penderitaan yang tiada habis-habisnya, berulang terus-menerus dan sambung-menyambung di setiap waktu, di setiap kehidupan yang dilaluinya sebelum mereka itu berhasil menghancur-leburkan kilesa atau kotoran batin berupa hawa nafsu atau nafsu-nafsu rendah yang melekat kuat di setiap individu, dan Dhamma mengajarkan bahwa untuk bisa terbebas dari Dukkha, terbebas dari penderitaan, terbebas dari samudera Samsara yang atinya terbebas dari penderitaan yang terus-menerus di banyak sekali kehidupan sehingga tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun, dan merealisasi kedamaian abadi mencapai Nibbana itu, maka guru agung Tathagata Sakyamuni telah menunjukkan jalannya yang bernama Jalan Mulia Berunsur Delapan. Silahkan Jalan Mulia tersebut dipelajari dan dipraktikkan dengan baik dan benar, dengan sungguh-sungguh, tekun, rutin dan berkesinambungan sampai berhasil dengan sempurna. 

Demikianlah uraian tentang balada kehidupan ini, semoga bermanfaat.

Minggu, 10 April 2022

Batok Kelapa

Biasanya nafsu keinginan dipahami sebagai kotoran batin, padahal keinginan yang baik itu diperlukan untuk melakukan hal-hal baik. Oleh karena itu maka keinginan baik hendaklah tidak disertai dengan nafsu yang menggebu, melainkan tetap mengedepankan jalan tengah. 

Kita ambil contoh percakapan sebagai berikut :

Ketika Anda membeli kelapa muda di pasar dan pada saat membawanya pulang, seseorang bertanya : Mengapa Anda membeli kelapa?

Anda menjawab : Saya ingin memakannya.

Dia bertanya lagi : Apakah Anda ingin memakan batoknya juga?

Anda menjawab : Tentu saja tidak!

Kemudian dia berkata demikian : Saya tidak mengerti. Jika Anda tidak ingin memakan batoknya, mengapa Anda membelinya?

Persoalan diatas dapatlah diterangkan sebagai berikut :

Jika kita berlatih, maka pastilah terlebih dahulu  dimulai dari keinginan untuk berlatih. Jika kita tidak memiliki nafsu keinginan, kita tidak akan bisa berlatih. Merenungkan persoalan tersebut diatas dapat membangkitkan kebijaksanaan.

Apakah Anda juga akan memakan batoknya?

Batok dan sabutnya diperlukan untuk membungkus buah kelapa itu.

Setelah Anda meminum air dan memakan buah kelapa mudanya, batok dan sabutnya Anda buang saja bukan?

Latihan kita juga seperti itu. Kita tidak akan memakan batoknya, tetapi belum waktunya untuk membuang batok itu. Kita mempertahankannya dahulu, sebagaimana kita lakukan terhadap nafsu keinginan. Begitulah cara kita berlatih.

Jika ada seseorang yang ingin menuduh kita memakan batok kelapa, itu urusan mereka. Kita hanya perlu sadar atas apa yang kita lakukan. Bahwa keinginan baik itu bukan tidak perlu kita miliki, keinginan baik itu perlu kita manage dengan baik. Disini kita tidak bicara tentang keinginan yang tidak baik, karena kita selalu berusaha menjauhi keinginan yang tidak baik.

Keinginan baik yang menggebu-gebu itu adalah penderitaan. Supaya tidak ada penderitaan maka perlu diambil jalan tengah. Kalau kita memiliki keinginan yang baik, lakukan dalam tindakan yang semangatnya dalam kategori wajar. Kalau semangatnya berlebihan maka akan mengundang hawa nafsu, nafsu tidak baik. Hawa nafsu itu penderitaan.

Demikianlah uraian tentang keinginan yang berjudul Batok Kelapa. Semoga bermanfaat.

Kamis, 07 April 2022

Mengapa Meditasi Menempati Urutan Ketiga Dari Sepuluh Karma Baik?

Berikut ini sekedar mengemukakan pendapat tentang meditasi Buddhis, mengapa meditasi menempati urutan ketiga dari 10 karma baik. Tentu ada alasannya. Tapi sebelum lanjut terlebih dahulu akan disinggung sedikit mengenai meditasi itu sendiri. 

Meditasi itu adalah pemusatan pikiran terhadap obyek, adalah mengamati obyek misalnya mengamati keluar masuknya nafas di ujung kedua lubang hidung tanpa berharap memperoleh sesuatu yang terlalu jauh, kecuali berupaya untuk mampu menjadi tenang, dan pikiran yang terpusat tidak kemana-mana. Kalau pikiran terlepas dan memikirkan hal lain maka harus segera dikembalikan lagi ke pengamatan keluar masuknya nafas. Dengan hanya memusatkan pikiran mengamati obyek meditasi tanpa berharap sesuatu yang besar diperoleh, maka secara otomatis meditasi itu melatih batin untuk menjadi tenang dan sabar.

Jika dirinci lagi yang lebih luas, maka meditasi itu adalah pembudayaan mental, yaitu pengembangan batin secara luas, yang bertujuan untuk membersihkan pikiran dari ketidakmurnian dan gangguan-gangguan, seperti nafsu keinginan, kebencian, niat buruk, kemalasan, kecemasan, kegelisahan, keragu-raguan, serta untuk mengembangkan kualitas-kualitas seperti konsentrasi, kesadaran yang kuat, kecerdasan, kekuatan kemauan, kemampuan analitis yang tajam, kesukacitaan, ketenangseimbangan serta pada puncaknya pencapaian kebijaksanaan tertinggi yang menembus hakikat sejati kenyataan, dan merealisaikan kesunyataan mutlak (Nibbana).

Dari uraian singkat tentang meditasi tadi jelas bahwa meditasi itu dilatih atau dipraktekkan dalam upaya pengembangan diri,  untuk kepentingan sendiri, bukan untuk orang lain. Namun dalam arti yang lebih luas sebenarnya nanti pada gilirannya akan bermanfaat pula buat orang lain, karena dengan seringnya berlatih meditasi maka kualitas batin akan meningkat, menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi lebih bajik dan bijaksana. Pribadi yang baik ini tentunya dapat memberikan aura atau pengaruh baik saat bersosialisasi dengan orang lain, misalnya dengan sahabat atau mungkin dengan bawahan. Bersosialisasi dengan orang baik dan bijaksana akan membuat hati menjadi tenang, sejuk dan merasakan kedamaian. Belum lagi kalau orang baik tersebut mampu melakukan dengan baik 9 karma baik yang lain. 

Posisi urutan ketiga dari 10 karma baik dari meditasi tersebut kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut : 

Urutan pertama adalah "Gemar beramal dan bermurah hati". Mengapa mnempati urutan pertama? Karena perbuatan ini langsung dapat membantu orang lain, membantu badan atau organisasi, sehingga yang mendapat bantuan bebannya langsung menjadi ringan.

Urutan kedua adalah "Hidup bersusila". Mengapa menempati urutan kedua? Karena dengan hidup bersusila selain yang bersangkutan bisa menjadi contoh bagi orang lain, juga yang bersangkutan tidak mengganggu atau menyusahkan orang lain. Perilaku seperti ini baik sekali dan dibutuhkan oleh orang lain. Jika perilaku ini manfaatnya berada dibawah urutan pertama tadi, itu benar karena tidak langsung membantu pihak lain, sehingga pihak lain langsung memperoleh nilai tambah. 

Melakukan meditasi, dalam hal ini menempati urutan ketiga, karena mediasi utamanya bermanfaat bagi diri sendiri terlebih dahulu sebelum pada gilirannya nanti akan bermanfaat pula buat orang lain.

Urutan keempat adalah "Selalu berendah hati dan hormat". Mengapa menempati urutan keempat? Karena meski hal tersebut baik untuk orang lain, tetapi jika tidak dilakukanpun tidak merugikan orang lain. Oleh karena itu rendah hati dan hormat ini manfaatnya ada dibawah manfaat bermeditasi. 

Urutan kelima adalah "Berbakti". Mengapa menempati urutan kelima? Karena seseorang itu lebih menyukai jika orang lain itu rendah hati dan menghormati orang lain yang merupakan urutan keempat, dibandingkan orang lain yang berbakti kepadanya, misal baktinya para bawahan kepadanya, karena hal tersebut menimbulkan hutang budi. Kecuali jika yang berbakti itu adalah anak sendiri dan cucu-cucu misalnya, akan tetapi tetap saja yang bersangkutan lebih menyukai jika anak atau cucu ini rendah hati, hormat, tidak selalu mengusik melainkan tetap mengahargai orang tua dan kakek nenek mereka.

Urutan keenam adalah "Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain". Mengapa menempati urutan keenam? Karena meskipun kecenderungan tersebut adalah sikap yang baik, dan akan lebih baik lagi jika dipraktekan menjadi tindakan nyata yaitu berbagi. Namun sikap cenderung ini kualitasnya masih dibawah perilaku nyata seperti rendah hati dan hormat, yang merupakan urutan kelima.

Urutan ketujuh adalah "Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain". Mengapa menempati urutan ketujuh? Karena meskipun bersimpati itu adalah sikap yang baik, tetapi bukan merupakan suatu tindakan, misalnya tindakan berbagi yang didahului dengan memiliki kecenderungan untuk berbagi kebahagiaan yang merupakan urutan keenam. 

Urutan kedelapan adalah "Sering mendengarkan Dhamma". Mengapa menempati urutan kedelapan? Karena mendengarkan Dhamma itu hanya bermanfaat untuk diri pribadi, belum tertuju kepada orang lain, seperti misalnya bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain yang merupakan urutan ketujuh. Sebagai tambahan, mendengarkan Dhamma itu serupa dengan berlatih meditasi. Dimana mendengarkan Dhamma adalah merupakan cikal bakal dari gemar berlatih meditasi.

Urutan kesembilan adalah "Gemar menyebarkan Dharma". Mengapa menempati urutan kesembilan? Karena untuk mampu menyebarkan Dhamma itu harus menguasai pengetahuan Dhamma itu sendiri, yang didahului dengan sering mendengarkan Dhamma yang merupakan urutan kedelapan.

Urutan kesepuluh adalah "Meluruskan pandangan orang lain yang keliru". Mengapa menempati urutan kesepuluh? Karena meluruskan pandangan orang lain yang keliru itu memerlukan pemahaman yang cukup tentang Dhamma terlebih dahulu, sehingga mampu menyebarkan Dhamma yang merupakan urutan kesembilan.

Sampai disini dapat disimpulkan bahwa ternyata karma baik itu bukan saja perbuatan baik yang dilakukan terhadap pihak lain, tetapi juga perbuatan baik yang berguna bagi diri sendiri, contohnya adalah meditasi. Terlebih meditasi adalah satu-satunya jalan untuk merealisasi Nibbana.

Dari uraian tadi juga dapat sedikit menambah bukti bahwa ajaran Dhamma itu memang sempurna adanya, ucapan Tathagata selalu benar, sangat runtut dan rapi, pokoknya sempurna, sesempurna beliau yang telah merealisasi penerangan sempurna itu sendiri. 

Sebagai tambahan, telepas dari tujuan utama dari meditasi yang adalah pengembangan batin seperti yang sudah disebutkan pertama tadi, maka meditasi juga mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia di jaman modern ini. Kebisingan, stress dan ketegangan sebagai ciri dari era sekarang yang dapat menimbulkan banyak kerugian melalui berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung, penyakit lambung, ketegangan saraf dan susah tidur. Kebanyakan penyakit ini disebakan oleh kecemasan, ketegangan syaraf, tekanan ekonomi dan kegelisahan emosi. Selain itu ritme hidup yang cepat, membuat energi manusia modern terperah habis, sehingga menimbulkan kelelahan fisik dan rohani, manusia menjadi mudah tersinggung, konsentrasi melemah, efisiensi menurun, dan perselisihan menjadi sering terjadi. Salah satu cara ampuh untuk mengatasi hal ini adalah dengan meditasi.

Demikianla uraian mengenai meditasi yang menempati urutan ketiga dari sepuluh karma baik. Semoga bermanfaat.

Kupas Tuntas Agama

Di mana-mana di dunia ini termasuk di Indonesia perselisihan agama itu terjadi. Agama menjelma menjadi seseuatu yang sangat sensitif, berbahaya, mengerikan & sangat menakutkan. Mestinya tidak demikian, justru harus sebaliknya, memberikan kedamaian dan kesejukan. Jika masalah tersebut tabu untuk dicarikan solusi secara benar dan tuntas, kapan masalah tersebut bisa selesai? Solusi tepat untuk menuntaskan masalah kesensitifan agama itu kalau menurut saya adalah dengan cara buka-bukaan, yaitu bertanya sepuasnya dan dijawab dengan baik tanpa disertai oleh rasa benci & nafsu amarah. Hal ini secara teori dan mestinya bisa dilakukan oleh pemuka-pemuka agama, yang dalam hal ini sudah dipastikan terlebih dahulu telah memiliki karakter yang arif & bijaksana. 

Tidak ada agama yang sesat. Yang ada adalah ketidak cocokan agama. Dan karena agama itu berasal dari katanya, kata orang, kata orang tua, kata guru dan kata kitab suci, maka agama itu disebut sebagai keyakinan atau kepercayaan. 

Kenyatannya yang disebut Tuhan itu diam saja bukan? Sebab kalau Tuhan atau tepatnya Yang Maha Kuasa itu tidak diam, bisa  berkomunikasi, maka pamor Tuhan akan jatuh dan ketahuan rahasia dapurnya. Manusia akan menganggap Tuhan sebagai makhluk dan teman meskipun maha kuasa. Akhirnya akan tidak ada manusia yang jatuh ke Neraka, karena dengan kemaha kuasaan Tuhan itu, manusia tahu persis apa yang harus dilakukannya. Kalau sekarang ini manusia rasanya hanya berilusi, berilusi telah bertemu Tuhan, padahal mungkin hanya bertemu dengan makhluk dewa atau makhluk Brahma saja meskipun hal seperti itu kemungkinannya sangat kecil sekali, karena sangat susah, harus memiliki kemampuan batin yang sangat tinggi, yang suci. Manusia merasa doanya telah dijawab oleh Tuhan. Padahal itu terkait dengan hukum tabur-tuai, hukum sebab-akibat atau hukum karma. Manusia telah mempersepsikan Tuhan atau Yang Maha Kuasa itu macam-macam, sebab kitab suci yang ada juga macam-macam. Oleh karena itu, nyata bahwa manusia mempunyai otak untuk berpikir, gunakanlah otak atau pikiran itu dengan sangat baik sehingga tidak bingung dengan ada banyaknya kitab suci, mana yang benar, tapi semuanya baik, yang tidak baik adalah kelakuan pemeluknya. Selain otak, manusia juga memiliki mulut dan telinga yang bisa digunakan untuk bertanya, mendengar dan berpikir, lalu apa lagi?

Indonesia secara teori dan mestinya bisa membudayakan acara bertanya dan dijawab dengan baik dan sabar terkait dengan adanya 6 agama yang diakui. Bisa juga mempelajari agama lain secara mendalam kalau baru tahu kulit-kulitnya saja, karena kulit yang dilihatnya belum tentu dapat menggambarkan isi dalam yang sebenarnya. Jangan cuma persepsi sendiri tentang ajaran agama lain, kemudian sengaja menistakannya. Ayo rakyat yang bersatu dan supaya persatuan itu kokoh adakan budaya buka-bukaan, adakan budaya bertanya sepuasnya dan dijawab sebaik dan segamblang mungkin tanpa disertai oleh rasa benci dan nafsu amarah. Pertanyaan yang belum mampu dijawab saat itu bisa dijawab di waktu lain setelah memperoleh jawaban, termasuk jawaban yang berasal dari bantuan teman seprofesi atau teman sejawat. Adakan acara tanya jawab sampai puas secara ikhlas dan tulus, bukan didasari kebencian, untuk mencari tahu seluk beluk agama lain. Carilah pemahaman tentang agama lain secara mendalam, supaya tahu persis ajaran agama lain yang dipeluk oleh sesama kita sebagai sesama warga negara Indonesia. Supaya akhirnya tahu seluk beluk agama lain dan tahu seluk beluk mengapa teman sesama itu memeluk agama tersebut. Supaya akhirnya kita bisa maklum dengan pilihan-pilihan sesama kita, tidak membencinya, tidak mencela, tidak menista ataupun mempengaruhinya, biarkan mereka bebas merdeka menjalankan perintah agamanya dengan baik dan benar yang dapat menciptakan suasana yang sejuk dan damai. 

Tanya jawab agama sebaiknya dibudayakan, misalnya dilakukan di suatu acara Televisi yang dilakukan oleh pemuka-pemuka agama yang ahli dalam teori dan praktek agama. Seperti acara mimbar agama di televisi itu, tapi ini dilakukan oleh 2 agama yang berbeda. Satu team yang satu khusus bertanya kepada team kedua soal ajaran agama yang dipeluk oleh team kedua. Satu team misalnya terdiri dari 3 orang. Pemuka-pemuka agamanya adalah pemuka agama yang ahli, yang telah menguasai dengan baik seluk beluk agamanya, yang menguasai dengan baik ajaran agamanya teori & prkatek. Tanya jawab agama di acara televisi tersebut bisa ditonton oleh jutaan orang. Hal ini juga dimaksudkan untuk pendidikan kepada masyarakat banyak. Tapi harus dapat memberi contoh tanya jawab yang baik, sabar, berbobot, gamblang serta mencerahkan. Share atau dokumentasikan juga acara tanya jawab agama tersebut di kanal youtube. Saya ulangi, kelompok pertama melulu bertanya tentang ajaran agama yang dipeluk oleh kelompok kedua. Kelompok kedua melulu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kelompok pertama. Dilain waktu setelah tidak ada pertanyaan-pertanyaan lagi dari kelompok pertama, maka kelompok kedua gantian bertanya tentang ajaran agama yang dipeluk oleh kelompok pertama. Dalam bertanya dan menjawab, kalau ada anggota team yang tidak sabar maka moderator harus mengelimirnya dan diganti dengan orang lain yang sudah disiapkan. Kalau di kubu yang sama sampai ada 3 kali penggantian, maka yang keempat dengan terpaksa acara tanya jawab harus dihentikan dan dilanjutkan di waktu yang sudah ditentukan berikutnya. Masyarakat pastinya akan menikmati acara tersebut, masyarakat bisa menilai dan memahami apa yang sudah dipertanyakan dan dijawab. Sehingga tidak ada lagi yang bilang bahwa di salib itu ada jin kafir dan segala macam. Di lain waktu dilakukan lagi diskusi tanya jawab dengan agama yang berbeda lagi, sampai semua 6 agama bisa berkontribusi dalam acara bertanya dan dijawab tersebut. Kalau ada agama yang tidak bersedia berdiskusi karena merasa tidak ada kepentingannya, merasa tidak mempunyai masalah apapun dengan agama lain meski sudah dinista misalnya, tapi ini demi pencerahan kepada rakyat Indonesia, jadi mesti bersedia berkontribusi dalam acara bertanya dan dijawab tersebut. Sehingga pada gilirannya nanti akan terwujud kerukunan yang hakiki, yaitu hilangnya perseteruan antar agama, karena masing-masing kaum bisa memaklumi dan menerima dengan baik keberadaan agama lain yang diyakini dan dipeluk oleh kaum lain.

Sekarang ini ada perselisihan agama karena masing-masing membenarkan ajaran agama sendiri, yang lain salah dan perlu dibuat benar, atau dihilangkan saja. Mereka itu melihat sesuatu itu dengan memakai kacamata berwarna milik masing-masing yang berbeda-beda warna, mestinya tidak memakai kacamata, agar yang dilihat adalah hal-hal yang sebenarnya, apa adanya, tidak termarjinalisasikan oleh warna-warna tertentu. 

BATIN MANUSIA

Sumber : The essense of Buddha Abhidhamma oleh Dr. Mehm Tim Mon. 

Para ahli filsafat biasanya merujuk pada batin dan materi sebagai dua prinsip dasar dari dunia kehidupan. Tetapi mereka tidak berhasil membuat keputusan bersama tentang apakah batin itu. 

Para ahli psikologi memulai pekerjaan mereka dengan menelusuri sifat batin. Dan ketika mereka tidak dapat merinci dan mengkarakterisasi batin, mereka beralih menelusuri perilaku binatang dan manusia. Sehingga psikologi menjadi pembelajaran tingkah laku dari ilmu pengetahuan tentang batin.

Saat ini ilmu pengetahuan belum memiliki alat yang mampu mendeteksi batin. Sehingga para ilmuwan cenderung menolak keberadaan batin, dan menganggap bahwa otaklah yang berfungsi sebagai batin. Akan tetapi teori itu tidak dapat menjelaskan atas fenomena khusus dari batin yang disebut telepati, kewaskitaan atau kemampuan mengindera dengan kekuatan batin, pencerapan ekstra sensorik, psikokinesis, eksperimen kemampuan diluar jasmani, kehidupan setelah kematian, dan sebagainya, yang mana saat ini ilmu pengetahuan tidak bisa membantah. Disamping otak, penyelidikan telah membuktikan bahwa, meskipun otak berfungsi bagaikan superkomputer, ia masih memerlukan agen luar untuk menjalankannya, seperti halnya sebuah komputer yang biasanya masih butuh diprogram oleh manusia.

Abhidhamma mendeskripsikan batin sebagai kombinasi dari kesadaran (Citta) dan faktor-faktor mental (Cetasika). Ada 52 faktor mental yang mana beberapa dapat mencemari batin, beberapa dapat memurnikan batin dan beberapa bersifat netral.

Jumlah keseluruhan dan kemungkinan kombinasi antara kesadaran dan faktor-faktor mental adalah 121. Kombinasi ini merupakan variasi keadaan batin. Mereka menjelaskan secara lengkap mengapa batin kadang-kadang buruk dan kadang-kadang baik, kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang jahat, kadang-kadang mulia dan sebagainya.

Didalam aspek pelatihan dari ajaranNya, Sang Budha menjelaskan beberapa cara untuk pengembangan konsentrasi mental  (Samadhi). Ketika faktor-faktor mental yang tidak bajik seperti keserakahan (Lobha), kemarahan (Dosa), kerisauan (Uddhacca), penyesalan (Kukkucca), keragu-raguan (Vicikiccha), kemalasan dan kelambanan (Thina-Middha) diredam untuk tidak muncul didalam batin, sehingga batin dalam keadaan tidak galau, sangat damai dan tenang. Ini adalah keadaan dari konsentrasi mendekati atau konsentrasi akses (upacara-samadhi), artinya ia dekat dengan penyerapan (Jhana).

Pada keadaan konsentrasi akses, oleh karena kotoran batin tidak hadir didalam batin, ia menikmati ketenangan dan kedamaian yang tidak tertandingi oleh kesenangan indriya. Kebahagiaan yang lebih tinggi dinikmati ketika ia dapat mencapai tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi Jhana. Didalam keadaan Jhana, batin berdiam terfokus dan menancap pada subjek meditasi selama berjam-jam.

Setelah mengembangkan empat Rupa Jhana dan empat Arupa Jhana, ia dapat menuju langkah selanjutnya untuk mengembangkan pengetahuan supranatural (Abhinna). Ada lima kemampuan supranatural (Lokiya) :

1, Kemampuan surgawi (Iddhi -vidha). 2, Telinga surgawi (Dibba-sota). 3, Mata surgawi (Dibba-cakkhu). 4, Kemampuan menembus pikiran orang lain (Ceto-pariya-nana) dan 5, dapat mengingat kehidupan-kehidupan lampau (Pubbe-nivasanussati).

Kemampuan-kemampuan supranatural ini jauh melampaui kemampuan telepati, kewaskitaan, psikokinesis, dan sebagainya. Dengan kemampuan surgawi (Iddhi-vidha Abhinna) seseorang dapat menembus tembok dan gunung tanpa rintangan, menyelam kedalam bumi, berjalan diatas permukaan air dan terbang di angkasa. Dengan mata surgawi seseorang dapat melihat alam yang menyedihkan dan juga alam surga dari para dewa dan brahma dan makhluk yang mati dan terlahir kembali di 31 alam kehidupan sesuai dengan karma atau tindakan yang disertai niat mereka masing-masing. Dengan Ceto-pariya-nana, seseorang dapat melihat batin orang lain dan mengetahui apa yang mereka pikirkan.

Pencapaian dari kekuatan supranatural ini bukanlah tujuan dari agama Buddha. Kemampuan penembusan batin yang ditemani oleh konsentrasi akses atau konsentrasi Jhana digunakan untuk menyelidiki muncul dan lenyapnya mentalitas (kesadaran dan konkurennya) dan materialitas (materi hakiki) didalam jasmani. Mentalitas dan materialitas ini tidak tampak meskipun dibawah mikroskop elektron tetapi mereka dapat dilihat melalui mata batin yang terkonsentrasi.

Melalui meditasi pada tiga karakteristik umum dari mentalitas dan materialitas yakni ketidakkekalan (Anicca), penderitaan (Dukkha) dan bukan diri (Anatta), dan juga hubungan sebab antara mentalitas dan materialitas, seseorang yang mengikuti Jalan Ariya Berunsur Delapan cepat atau lambat akan mencapai Magga dan Phala (Kesadaran Jalan dan Buah) yang pertama. Kemudian ia akan menjadi pemenang arus (orang suci) yang dapat menikmati kebahagiaan yang unik dari Nibbana selama mungkin dan dijamin sepenuhnya tidak akan pernah terlahir kembali di alam menyedihkan lagi.

Pemenang arus (Sotapanna) dapat menikmati kedamaian yang sangat luar biasa dari Nibbana ketika diinginkannya. Jika ia melanjutkan dengan meditasi Vipassana (meditasi pandangan terang), ia akan merealisasi ketiga kebijaksanaan jalan dan tiga kebijaksanaan buah yang lebih tinggi dan tentu saja akan menjadi seorang Arahat (seorang yang sempurna) dalam kehidupan ini. Meskipun tidak melanjutkan meditasi Vipassana, pemenang arus secara otomatis selanjutnya akan menjadi seorang Arahat sesuai dengan halauannya.

Didalam diri seorang Arahat semua kotoran batin telah secara lengkap tercabut dan dihancurkan. Oleh karena kotoran batin ini menjadi sebab utama dari semua penderitaan, mereka secara total dihancurkan, berarti kebahagiaan yang tinggi dan kedamaian abadi bagi seorang Arahat.

Maka melalui pemurnian batin dari semua kotoran batin yang mengakibatkan penderitaan dan merendahkan seseorang, ia dapat menjadi Arahat diantara orang-orang suci di dunia para manusia dan dewa, dan ia dapat menikmati kedamaian tertinggi Nibbana untuk selamanya.

Jadi untuk menjadi seorang Arahat adalah merupakan tujuan yang benar dari para manusia dan para dewa, dan tujuan yang tertinggi dalam kehidupan ini yang hanya dapat dicapai melalui analisa yang benar dan pengertian yang benar tentang batin dan materi seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha didalam Abhidhamma.

Ini seharusnya ditekankan disini, bahwa apapun yang telah Buddha ajarkan kepada kita melalui kemahatahuan dan pengalamanNya, dapat dicoba dan diverifikasi oleh setiap orang yang piawai melalui pengalaman mereka sendiri.

Demikianlah uraian mengenai batin ini, semoga bermanfaat. 

Kedamaian Abadi, Apakah Itu ???

Tulisan ini mempublikasikan sebagian dari pengetahuan Dhamma sebagai berikut :
Dhamma mengajarkan atau tepatnya memberitahu kepada kita bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia, bahkan kehidupan semua makhluk itu adalah kebebasan abadi, bebas dari segala penderitaan, kedamaian yang abadi. Dhamma juga memberitahukan bahwa semua yang ada ini atau semua fenomena itu tidaklah kekal. Segala sesuatu itu selalu berubah, berubahnya setiap saat. Perubahan terutama yang terjadi pada benda padat itu sangat kecil sekali sehingga mata kita tidak mampu menyaksikannya langsung. 
Perubahan itu menimbulkan penderitaan. Sesuatu yang membahagiakan akan berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan, yang menyengsarakan. Demikian pula sebaliknya. Perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menjadi tua, sakit, meninggal dunia dan kemudian terlahir kembali di alam lain. Namun bisa juga terlahir di alam manusia kembali tergantung dari perilaku semasa hidup sebelumnya. 
Perbuatan baik dan perbuatan baik yang benar di tingkat-tingkat berikutnya bisa menyebabkan terlahir di alam-alam bahagia atau alam-alam yang tinggi, yaitu di alam manusia, di 6 alam dewa, atau 6 alam surga, di 16 alam brahma berbentuk, atau terlahir kembali di 4 alam brahma yang tanpa bentuk. Sedangkan perbuatan buruk dan sangat buruk bisa menyebabkan terlahir kembali di 4 alam kemerosotan, yaitu alam neraka, alam setan, alam raksasa dan alam binatang. Sehingga sebagaimana yang sudah disebutkan tadi bahwa tujuan akhir dari rentetan kehidupan kita itu adalah kebebasan abadi, yaitu kedamaian abadi, bebas dari segala penderitaan, tidak terlahir kembali di alam manapun. Artinya telah padam, telah mencapai penerangan sempurna, telah merealisasi Nibbana. 
Kedamaian abadi atau Nibbana akan terealisasi apabila batin kita telah menjadi murni, tidak ada lagi kilesa yaitu tidak ada lagi kotoran batin. Kilesa telah berhasil di hancur-leburkan tanpa sisa. Untuk merealisasi Nibbana harus menyikapi dengan baik dan benar berlakunya hukum karma, yaitu harus banyak berbuat baik, berbuat baik yang lengkap dan benar. Caranya adalah dengan menapaki jalan Dhamma, yaitu terjun langsung menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan secara baik, benar, bersungguh-sungguh dan berkesinambungan melalui banyak sekali kehidupan di banyak alam kehidupan. Dan pastinya telah mempraktekkan secara terus-menerus Vipassana Bhavana hingga berhasil mencapai hasil yang tertinggi dari praktek Vipassana Bhavana yaitu mencapai penerangan sempurna, dimana Vipassana Bhavana termasuk unsur ke 8 dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Konsentrasi Benar.
Terkait dengan ajaran Dhamma, Atisha seorang guru spiritual Dhamma yang lahir pada tahun 980 di tempat yang saat ini bernama negara Bangladesh yang sebelum berangkat ke Tibet telah belajar selama 11 tahun di tanah kerajaan Sriwijaya Sumatra Indonesia, dalam menjawab pertanyaan dari muridnya beliau mengatakan sebagai berikut :  
Kepandaian tertinggi adalah membuang keakuan.
Kemuliaan tertinggi adalah menguasai pikiran sendiri.
Kebajikan tertinggi adalah memiliki keinginan untuk menolong makhluk lain.
Sila tertinggi adalah menjaga kewaspadaan terus menerus.
Obat tertinggi adalah menyadari ketidaknyataan segala sesuatu (Anatta).
Kebebasan tertinggi adalah tak terpengaruh oleh hal-hal duniawi.
Pencapaian tertinggi adalah mengurangi dan mengubah setiap keinginan.
Pemberian tertinggi terdapat dalam tanpa kemelekatan.
Latihan batin tertinggi adalah pikiran yang tenang.
Kesabaran tertinggi adalah kerendahan hati.
Usaha tertinggi adalah melepaskan keterikatan pada setiap kegiatan.
Meditasi tertinggi adalah pikiran tanpa keinginan.
Kebijaksanaan tertinggi adalah tidak melekat pada apa pun yang tampak.
Ketika meninggalkan bagian barat provinsi Nari, Atisha memberikan nasehat berikut kepada sekelompok siswanya, "Kawan, hingga engkau mencapai penerangan, seorang Guru sangat diperlukan, dengan demikian ikutilah Guru yang suci. Hingga engkau sungguh-sungguh menyadari kehampaan, engkau harus mendengarkan ajaran, untuk itu dengarkan dengan sungguh-sungguh ajaran dari Guru. Hanya memahami Dhamma tidak cukup untuk mencapai penerangan, engkau harus langsung mempraktekkannya. Jauhilah setiap tempat yang merugikan latihanmu, selalu tinggal di tempat yang membawa kebaikan. Kemewahan adalah hal yang merugikan sebelum engkau mencapai batin yang tenang, untuk itu tinggallah di tempat yang terpencil. Tinggalkan teman-teman yang menambah keterikatanmu pada keinginan, percayalah pada teman yang membuatmu meningkatkan perbuatan baik. Ingatlah hal ini di dalam pikiran. Tiada habisnya hal-hal yang harus dilakukan, untuk itu, maka batasilah kegiatanmu. Buktikan kebaikanmu siang dan malam, dan selalu dengan kewaspadaan".
Demikianlah uraian perihal Kedamaian Abadi. Semoga bermanfaat.