Translate

Kamis, 07 April 2022

Kedamaian Abadi, Apakah Itu ???

Tulisan ini mempublikasikan sebagian dari pengetahuan Dhamma sebagai berikut :
Dhamma mengajarkan atau tepatnya memberitahu kepada kita bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia, bahkan kehidupan semua makhluk itu adalah kebebasan abadi, bebas dari segala penderitaan, kedamaian yang abadi. Dhamma juga memberitahukan bahwa semua yang ada ini atau semua fenomena itu tidaklah kekal. Segala sesuatu itu selalu berubah, berubahnya setiap saat. Perubahan terutama yang terjadi pada benda padat itu sangat kecil sekali sehingga mata kita tidak mampu menyaksikannya langsung. 
Perubahan itu menimbulkan penderitaan. Sesuatu yang membahagiakan akan berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan, yang menyengsarakan. Demikian pula sebaliknya. Perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menjadi tua, sakit, meninggal dunia dan kemudian terlahir kembali di alam lain. Namun bisa juga terlahir di alam manusia kembali tergantung dari perilaku semasa hidup sebelumnya. 
Perbuatan baik dan perbuatan baik yang benar di tingkat-tingkat berikutnya bisa menyebabkan terlahir di alam-alam bahagia atau alam-alam yang tinggi, yaitu di alam manusia, di 6 alam dewa, atau 6 alam surga, di 16 alam brahma berbentuk, atau terlahir kembali di 4 alam brahma yang tanpa bentuk. Sedangkan perbuatan buruk dan sangat buruk bisa menyebabkan terlahir kembali di 4 alam kemerosotan, yaitu alam neraka, alam setan, alam raksasa dan alam binatang. Sehingga sebagaimana yang sudah disebutkan tadi bahwa tujuan akhir dari rentetan kehidupan kita itu adalah kebebasan abadi, yaitu kedamaian abadi, bebas dari segala penderitaan, tidak terlahir kembali di alam manapun. Artinya telah padam, telah mencapai penerangan sempurna, telah merealisasi Nibbana. 
Kedamaian abadi atau Nibbana akan terealisasi apabila batin kita telah menjadi murni, tidak ada lagi kilesa yaitu tidak ada lagi kotoran batin. Kilesa telah berhasil di hancur-leburkan tanpa sisa. Untuk merealisasi Nibbana harus menyikapi dengan baik dan benar berlakunya hukum karma, yaitu harus banyak berbuat baik, berbuat baik yang lengkap dan benar. Caranya adalah dengan menapaki jalan Dhamma, yaitu terjun langsung menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan secara baik, benar, bersungguh-sungguh dan berkesinambungan melalui banyak sekali kehidupan di banyak alam kehidupan. Dan pastinya telah mempraktekkan secara terus-menerus Vipassana Bhavana hingga berhasil mencapai hasil yang tertinggi dari praktek Vipassana Bhavana yaitu mencapai penerangan sempurna, dimana Vipassana Bhavana termasuk unsur ke 8 dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Konsentrasi Benar.
Terkait dengan ajaran Dhamma, Atisha seorang guru spiritual Dhamma yang lahir pada tahun 980 di tempat yang saat ini bernama negara Bangladesh yang sebelum berangkat ke Tibet telah belajar selama 11 tahun di tanah kerajaan Sriwijaya Sumatra Indonesia, dalam menjawab pertanyaan dari muridnya beliau mengatakan sebagai berikut :  
Kepandaian tertinggi adalah membuang keakuan.
Kemuliaan tertinggi adalah menguasai pikiran sendiri.
Kebajikan tertinggi adalah memiliki keinginan untuk menolong makhluk lain.
Sila tertinggi adalah menjaga kewaspadaan terus menerus.
Obat tertinggi adalah menyadari ketidaknyataan segala sesuatu (Anatta).
Kebebasan tertinggi adalah tak terpengaruh oleh hal-hal duniawi.
Pencapaian tertinggi adalah mengurangi dan mengubah setiap keinginan.
Pemberian tertinggi terdapat dalam tanpa kemelekatan.
Latihan batin tertinggi adalah pikiran yang tenang.
Kesabaran tertinggi adalah kerendahan hati.
Usaha tertinggi adalah melepaskan keterikatan pada setiap kegiatan.
Meditasi tertinggi adalah pikiran tanpa keinginan.
Kebijaksanaan tertinggi adalah tidak melekat pada apa pun yang tampak.
Ketika meninggalkan bagian barat provinsi Nari, Atisha memberikan nasehat berikut kepada sekelompok siswanya, "Kawan, hingga engkau mencapai penerangan, seorang Guru sangat diperlukan, dengan demikian ikutilah Guru yang suci. Hingga engkau sungguh-sungguh menyadari kehampaan, engkau harus mendengarkan ajaran, untuk itu dengarkan dengan sungguh-sungguh ajaran dari Guru. Hanya memahami Dhamma tidak cukup untuk mencapai penerangan, engkau harus langsung mempraktekkannya. Jauhilah setiap tempat yang merugikan latihanmu, selalu tinggal di tempat yang membawa kebaikan. Kemewahan adalah hal yang merugikan sebelum engkau mencapai batin yang tenang, untuk itu tinggallah di tempat yang terpencil. Tinggalkan teman-teman yang menambah keterikatanmu pada keinginan, percayalah pada teman yang membuatmu meningkatkan perbuatan baik. Ingatlah hal ini di dalam pikiran. Tiada habisnya hal-hal yang harus dilakukan, untuk itu, maka batasilah kegiatanmu. Buktikan kebaikanmu siang dan malam, dan selalu dengan kewaspadaan".
Demikianlah uraian perihal Kedamaian Abadi. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar