Translate

Kamis, 31 Maret 2022

Fanatisme Bijaksana, apakah itu ???

Kita berbicara tentang fanatisme, itu biasanya menyangkut kepercayaan atas suatu agama. Percayanya penuh dan bulat tak tergoyahkan. Mengapa fanatik? Karena agama adalah kepercayaan, kebenaran ajaran agama pada umumnya hanya bisa diyakini. Dan karena agama-agama itu tidak sama, maka masing-masing agama itu ada kelebihan dan ada kekurangannya, ini logis jadi sulit untuk disanggah. Masing-masing agama itu memiliki bagian-bagian ajarannya yang baik dan benar. Dan secara keseluruhan atau jika disimpulkan atau jika ditarik benang merahnya maka semua agama yang ada di Indonesia ini mengajarkan kebaikan. Namun jangan salah, pemeluk agama yang tidak bijaksana, yang tidak mengedepankan akal sehat, dia bisa terjebak dalam kesesatan bertindak, atau keblinger dalam menjalankan ajaran agamanya. Sehingga agama yang mengajarkan kebaikan hasilnya adalah pemeluk-pemeluk agama yang berperangai buruk terhadap pemeluk agama lain. Mereka menjalankan ajaran agamanya secara salah. Mereka tidak berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya. Hal tersebut bisa terjadi karena fanatik sempit atau fanatik buta.

Logikanya, ajaran agama yang 100% benarpun dengan berjalannya waktu yang ribuan tahun lamanya maka bisa saja menjadi bias, bisa terbelah menjadi beberapa sekte, beberapa aliran, dalam agama yang sama ada berbagai organisasi, atau dari agama yang sama memiliki tradisi yang berbeda-beda. 

Apakah bagian-bagian dan semua bagian dari ajaran suatu agama itu bisa dibuktikan kesunyataanya bagaimana? Bisa, tapi karena harus melalui cara-cara khusus yang lumayan sulit, memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan, maka setiap waktu di dunia ini sangat sedikit yang berhasil membuktikannya. Pada akhirnya semua manusia bahkan semua makhluk akan berhasil membuktikan kesunyataan yang ada dan berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya yang berulang-ulang di berbagai alam kehidupan di 26 hingga 31 alam kehidupan, baik itu alam penderitaan maupun alam kebahagiaan, hal tersebut bisa terjadi sangat tergantung dari perilaku di kehidupan sekarang dan di kehidupan sebelumnya, karena berlaku hukum karma, hukum tabur-tuai atau hukum sebab-akibat. Sampai dengan saat ini sudah sangat banyak yang berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya tersebut. Semua makhluk termasuk manusia pernah menjalani sebagai bermacam-macam makhluk hidup dari makhluk hantu, iblis, binatang, manusia, makhluk dewa, makhluk brahma dan lain-lain sebagainya. Rentetan kehidupan sebelum berhasil merealisasi tujuan akhir itu memerlukan waktu yang nyaris tak terhingga lamanya. Surga dan Neraka itu adalah alam kehidupan. Alam Surga adalah alam dewa yang merupakan alam kebahagiaan, ada 6 tingkat, sedangkan alam Neraka yang terdiri dari 16 tingkat itu merupakan alam penderitaan. Neraka Avici adalah alam penderitaan yang paling mengerikan. Kecuali alam binatang dan alam manusia maka alam-alam lainnya ada beberapa tingkat atau beberapa macam.

Kalau kita ini diciptakan, maka tidak fair kalau ada yang masuk Neraka selamanya tanpa akhir. Kalau kita ini dan makhluk lainnya itu ada karena hukum alam menentukan bahwa semua harus ada, maka jika semua makhluk itu pada akhirnya akan berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki, padam dan tidak akan terlahir lagi di alam manapun maka itu adalah fair.

Kembali kita ke persoalan Fanatisme Bijaksana, fanatik itu perlu tapi harus bijaksana. Tidak boleh fanatik dengan mengajak paksa orang lain untuk memeluk agama yang kita peluk. Tidak boleh main hakim sendiri menghukum orang lain yang bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama kita. Tidak boleh menyalah-nyalahkan ajaran agama lain. Fanatik sempit atau fanatik buta menyembabkan benci kepada pemeluk agama lain dan berperilaku buruk. Membicarakan kebenaran agama sendiri hendaknya dilakukan secara internal. Jika ada orang lain atau kelompok lain yang mendengarnya dan kemudian membenci, marah atau tidak setuju itu adalah salah sendiri. Oleh karena itulah maka setiap pemeluk agama hendaknya berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya, sehingga mampu berbudi pekerti baik, bertatakrama dan sopan santun agar tidak memicu kerusuhan.

Kenyataan bahwa seseorang meyakini kebenaran suatu agama dan memeluknya, itu adalah karena jodoh, dan tidak jodoh dengan agama lain. Jangan digugat atau dipersoalkan. Di kehidupan berikutnya jika berhasil hidup sebagai manusia kembali, dia bisa saja memeluk agama yang lain, yaitu agama yang merupakan jodoh berikutnya. Itu saja, harap hal ini dimaklumi dengan sebaik-baiknya. Mari kita hormati agama lain, mari kita hormati para pemeluk agama lain. Mari kita bergotong royong, saling bantu-membantu satu sama lain. Mari kita rukun, mari kita wujudkan kebersamaan dan bekerjasama demi Indonesia maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar