Translate

Senin, 25 Juni 2018

Berdoa.

 
Kesalahan serius pada umumnya manusia adalah mengandalkan doa & menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Enak amat. Memangnya usaha bisa berhasil hanya dengan banyak berdoa tanpa bekerja secara benar? Enak amat. Biarpun bekerja secara benar, bisakah berhasil tanpa banyak berbuat baik? Ciptakanlah sebab-sebab yang baik & benar, supaya akibatnya (hasilnya) juga baik.

Kamis, 21 Juni 2018

Fokus & sadar.



Selalu bersyukur itu mudah diucapkan, tapi pelaksanaannya bagaimana? Marilah kita berupaya menjalani hidup ini, pekerjaan ini, dengan ikhlas & suka cita. Marilah kita selalu setiap saat, menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara dibanding kita. Marilah setiap saat kita bisa fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan. Pikiran yang fokus, akan menghasilkan hasil pekerjaan yang baik, bahkan sempurna. Pikiran yang sadar akan menjadikan kita waspada & bijaksana, akan tahu lebih awal, tidak akan pernah terlambat menyadari ketika kita akan melakukan kesalahan dalam bertindak dan berucap, bahkan ketika akan berpikiran negatif. Kalau sudah mampu melakukan hal-hal tersebut diatas, maka semua yang kita kerjakan akan berjalan lancar, menuai hasil yang baik, dan kebahagiaan akan selalu menyertai kita. Lama-kelamaan yang selalu kita lakukan tersebut, "fokus dan sadar setiap saat", akan menjadi kebiasaan (habit). Kita akan menjadi orang yang bersahaja, tenang, seimbang, tahan banting, ulet dan menyejukkan orang-orang disekitar kita.
Jangan lupa kalau ada kelebihan materi, makanan dan lain-lain, mau membantu orang lain yang sangat membutuhkan, bantulah dengan ikhlas.
Meskipun kita tahu bahwa memberi itu adalah merupakan tabungan kita untuk masa depan, dan atau masa depan setelah kita mati, dan kita sendiri yang akan menerima buahnya, namun hendaknya jangan menghitung-hitung buah yang akan kita terima, karena hal tersebut bisa mengurangi lebatnya buah. Berbagilah tanpa memikirkan hasilnya. Orang lain yang senang menerima pemberian kita, hal tersebut sudah merupakan kebahagiaan tersendiri buat kita bukan? Itu merupakan kebahagiaan yang langsung kita terima.

Selasa, 19 Juni 2018

Multi Agama.


Kenapa agama wahyu demikian? Karena si sumber agama (Tuhan) tidak bisa dimintai penjelasannya, tanggung jawabnya.
Agama itu buatan manusia, jadi kalau ada yang kurang tepat, mestinya bisa diperbaiki, direvisi atau disempurnakan. Masak disempurnakan tidak boleh? Kalau boleh disempurnakan terus-menerus, maka akhirnya nanti hanya akan ada satu agama, atau adanya ajaran-ajaran spiritual yang selaras, yang bersesuaian, yang mirip-mirip saja, tidak jauh-jauh beda, hehe... Agama itu kan baik, tapi jangan sampai memabukkan dong, harus tetap sadar & waras.
Saya melihat, jika ada upaya-upaya dari kelompok-kelompok agama tertentu, yang ingin mengotak-atik eksistensi "Empat Pilar Kebangsaan" kita; Indonesia, pemerintah menggunakan strategi, yang saya namakan "Gebug (pukul) & Redam". Strategi ini membutuhkan pengorbanan, tidak mudah untuk diimplementasikan. Tapi itu harus dilakukan, demi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. Drama politik yang dahsyat ini, dengan eksis-nya multi agama, suku, ras & antar golongan, ditambah lagi adanya para politikus busuk haus kekuasaan, maka upaya-upaya mengotak-atik empat pilar tersebut diatas masih akan terus berlangsung.
Sedikit tentang ajaran agama, banyak orang bilang "takdir". Padahal jodoh, umur, sehat, sakit itu semua sudah pas untuk kita, sesungguhnya kita sendiri kreatornya, Tuhan (Yang Maha Kuasa) tidak pernah salah. Seyogyanya kita positive thinking saja dengan semuanya itu (terima dengan ikhlas & tidak putus asa, selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, dengan cara yang baik). Jaga / usahakan : pikiran, semangat, ucapan, usaha & perbuatan menuju kearah yang baik, nanti kebahagiaan & keberhasilan akan mengikuti kita, sebagaimana bayangan yang selalu mengikuti kemana kita pergi, semoga...

Senin, 18 Juni 2018

Mencari Kebenaran.


Faktanya banyak yang bilang bahwa Tuhan itu maha ini, maha itu, atau begini & begitu, itu adalah kata manusia / buku. Orang ini bilang begini, orang itu bilang begitu, buku ini bilang begini, buku itu bilang begitu.
Menyikapi hal-hal tersebut diatas, disarankan sebagai berikut :
1.      Banyak-banyaklah membaca buku, atau dengan meng-global-nya IT sekarang ini, maka banyak-banyak-lah browsings internet, dengan syarat, ketika membaca, fokus, dan gunakanlah akal sehat (akal jernih).
2.      Banyak-banyaklah bertanya banyak hal, secara kritis, kepada ahli-ahli di bidang masing-masing.
Kedua hal diatas dilakukan, supaya tahu persis mana yang benar, mana yang kurang benar, dan mana yang delusi. Agar yang kita kerjakan (praktekkan) sehari-hari adalah hal-hal yang bermanfaat, bukan yang sia-sia belaka.

Sabtu, 16 Juni 2018

Mengapa kita dilahirkan?

Mengapa kita dilahirkan? Karena kita membuat proses kelahiran, kita membuat karma yang bermacam-macam untuk mempertahankan keterikatan kita pada kenikmatan, sehingga kemudian setelah mati dilahirkan kembali dan sengsara kembali. Mengapa kita membuat karma yang bermacam-macam? Karena kita mempertahankan kemelekatan kita, kita melekat, karena kita memiliki hawa nafsu (tanha). Itulah yang menyebabkan kita terikat, melekat pada kenikmatan. Mengapa bisa timbul hawa nafsu? Karena kita bisa merasakan nikmat dan senang, maka kita ingin menikmati kenikmatan dan kesenangan itu berulang-ulang, yang menimbulkan kemelekatan, kemudian kita berjuang mati-matian dengan menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kemelekatan itu. Perbuatan inilah yang memperpanjang proses penderitaan, menyebabkan kita dilahirkan kembali, sengsara, menderita, dan akhirnya mati kembali. Mengapa kita bisa merasakan nikmat? Karena kita bisa kontak dengan dunia luar, timbul perasaan senang dan nikmat, kenikmatan ini menimbulkan keinginan yang berulang-ulang menyebabkan kita melekat. Keterikatan dan keterpikatan ini menyebabkan kita melakukan segala usaha dan cara untuk mempertahankannya. Inilah sebab musabab kita menderita.

Mengapa kita bisa kontak? Karena kita mempunyai indera; mata, hidung, telinga, lidah, tubuh (kulit) dan pikiran.

Patticca Samuppada (Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan) merupakan Penemuan yang spektakuler. Penemuan ini dipersembahkan kepada kita. Dan sekarang kita bercermin dan berpikir apakah kewajiban kita? Kewajiban kita, pada saat mata, telinga, lidah, hidung, tubuh dan pikiran kita kontak dengan dunia luar, saat itu kita harus waspada. Inilah kewajiban kita. Jika kita tidak waspada, maka akan timbul hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong kita untuk menikmati kenikmatan yang berulang-ulang.

Sementara orang mengatakan, sekarang ini agama sangat sulit dijalankan, sekarang ini Dhamma sulit dilaksanakan. Kalau sulit, bukankah agama atau Dhamma sudah tidak sesuai lagi dengan zaman? Sesungguhnya, bukan salah agama atau Dhamma; bukan agama-agama atau Dharma itu yang sulit dilaksanakan, tetapi karena manusia sudah terlalu besar hawa nafsunya, sehingga rasanya terlalu 'sulit' untuk melaksanakan Dhamma. Kalau ilmu pengetahuan dan teknologi maju, sedangkan kehidupan spritual dilupakan, maka kemajuan materi yang tidak diimbangi dengan kemajuan spritual / rohani, akan mendorong kita untuk mencari kenikmatan murahan. Kenikmatan murahan adalah kenikmatan spontan. Tetapi manusia lupa, bahwa kenikmatan yang spontan adalah kenikmatan yang murahan.

Mengapa orang mencari kenikmatan dalam minuman keras, dalam makanan yang berlebihan, di dalam seks, pakaian yang berlebihan, kekuasaan yang berlebihan?

Sesungguhnya ada kenikmatan yang lebih tinggi! Orang bijaksana akan meninggalkan kenikmatan murahan seperti itu, untuk merebut dan meraih kenikmatan yang lebih tinggi. Mengapa engkau mencari kenikmatan di dalam minuman keras? Mengapa engkau tidak bermeditasi? Sesungguhnya kenikmatan bermeditasi ini jauh... jauh lebih nikmat ketimbang kenikmatan minum minuman keras. Alangkah bedanya, seperti langit dan bumi, kalau kita bandingkan. Tinggalkan kenikmatan murahan, mari kita berjuang untuk mencapai kenikmatan yang lebih tinggi. Inilah tugas dan kewajiban kita. Inilah yang membuat sukses manusia Sidharta! Kalau dia tidak rela meninggalkan kenikmatan murahan, Sidharta tidak mungkin dikenal sampai saat ini. Hingga sejarah tidak mungkin melupakan putranya yang terbaik, Sang Buddha Gotama. Sepanjang masa, nama-Nya tetap harum, tidak lain karena Beliau telah meninggalkan kenikmatan murahan untuk meraih kenikmatan yang lebih tinggi. Enam tahun Sidharta sengsara, seujung rambut pun tidak ragu, maju terus, untuk merebut pengetahuan dan Penerangan Sempurna.
(Tulisan tanpa video oleh Yang Mulia Bhante Sri Pannavaro Mahathera).