Translate

Sabtu, 02 Juni 2018

Arsitek perancang bangunan kehidupan.


(Disalin dari tulisan Bhante Ashin Kheminda) :

Mengapa kita perlu belajar Dhamma? Karena Dhamma adalah hukum alam yang bekerja di kehidupan kita semua. Itulah mengapa memahami hukum-hukum yang bekerja di dalam kehidupan ini menjadi sangat penting.

Pemahaman tentang cara bekerja gaya gravitasi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menambah kebahagiaan Anda. Anda tidak akan melawan gaya gravitasi tersebut dengan misalnya melompat dari ketinggian, karena Anda tahu bahwa hal tersebut dapat membuat Anda menderita. Orang yang menderita akibat gaya gravitasi adalah orang yang tidak mengerti hukum gravitasi. Demikian pula yang terjadi ketika seseorang tidak memahami sifat api yang panas, dan mempunyai kekuatan untuk membakar. Pemahaman tentang sifat dari api membantu menghindarkan seseorang dari kesulitan dan penderitaan hidup. Selanjutnya, banyak kebahagiaan bisa tercipta melalui pengetahuan dan pemahaman cara bekerja api.

Apabila ada api yang sangat besar, dan kemudian seseorang memasukkan telapak tangannya ke dalam api, maka kesakitan yang timbul disebabkan oleh kebodohannya - oleh kurangnya pengetahuan tentang api. Ketika memasukkan tangan ke api, seseorang berdoa memohon tangannya tidak terbakar, maka apakah kira-kira doa tersebut akan terkabul? Untuk mendapatkan jawabannya, maka Anda bisa mencobanya sendiri di rumah.! Ilustrasi sederhana ini dipakai untuk memahami cara bekerja hukum kamma, kita adalah pencipta dari kehidupan, kebahagiaan dan penderitaan kita sendiri.!

Dengan cara yang sama, pengetahuan Dhamma bisa menghindarkan kita dari kesulitan hidup. Tidak hanya itu, tujuan saya membabarkan Dhamma adalah agar kita dapat mengerti hukum alam ini secara lebih baik, sehingga kita dapat menjadi manusia yang lebih bahagia dan bijaksana. Praktisi Dhamma bukanlah semata-mata agama, melainkan juga merupakan filsafat dan gaya hidup yang membebaskan kita dari segala opini, takhayul dan spekulasi yang membelenggu kebebasan kita.

Pemahaman atau doktrin agama sering dipahami secara keliru, dan akhirnya membelenggu manusia, menghalangi pembebasan dia dari segala bentuk kebodohan dan penderitaan. Banyak manusia yang berselisih paham hanya karena agama. Mereka terjebak pada kata-kata dan tidak mampu melampaui kata-kata yang diajarkan di dalam agama. Manusia bisa berselisih paham karena kedua belah pihak tidak mampu menembus makna di balik kata-kata. Saat berkunjung keluar negeri, saya mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu master meditasi dari aliran Mahayana tentang pengalaman meditasi. Beliau bercerita tentang meditasi dengan menggunakan istilah-istilah yang sama sekali tidak saya ketahui. Walaupun istilah-istilah tersebut asing buat saya tetapi ketika beliau menjelaskan kejadian yang terjadi di dalam meditasi maka saya bisa memhami-nya dengan baik. Jadi, istilah yang beliau pakai merupakan istilah asing, tetapi istilah-istilah tersebut merujuk pada pengalaman meditasi yang sama sekali tidak asing buat saya. Apabila saat itu saya melekat kepada istilah atau terminologi Theravada yang saya anut, maka pasti akan terjadi perdebatan. Akan tetapi hal itu tidak terjadi karena saya sadar bahwa perbedaan hanya ada di kata-kata saja, tetapi pengalaman yang ditunjukkan oleh kata-kata tersebut adalah pengalaman yang universal. Demikianlah yang terjadi apabila kita mampu menembus kata-kata.

Banyak pertengkaran mengatasnamakan agama, karena masing-masing pihak melekat pada kata-kata, dan tidak mampu menembus kedalam dari kata-kata tersebut. Sebagai contoh, orang Barat berbiacara tentang "rice" yang menurut kita adalah "beras". Apabila masing-masing bersikeras saling mempertahankan pendapatnya, maka pertengkaran akan terjadi. Bukankah meributkan mana yang benar "rice" atau "beras" adalah sia-sia belaka? Jadi, dengan mengetahui makna di balik kata-kata dengan baik, maka kita dapat menghindari pertengkaran, dan dapat hidup dengan damai. Demikianlah hendaknya kita memaknai agama masing-masing.

Jadi, sekali lagi, kalau Anda ingin meningkatkan kehidupan Anda, mencapai satu kehidupan dengan kualitas kehidupan yang bagus, maka Anda harus paham hukum apa saja yang bekerja di dalam kehidupan Anda. Apa saja yang bisa membuat Anda bahagia, atau bahkan sebaliknya, yang membuat Anda menderita.

Praktisi Dhamma tidak setuju dengan pandangan tentang adanya satu mahluk apa pun yang bisa menentukan kualitas kehidupan kita.  Dhamma mengajarkan kepada kita bahwa kita masing-masing adalah pencipta dari kehidupan kita sendiri. Oleh karena itu sudah seharusnya kita menjadi pencipta kehidupan yang baik bagi "bangunan" kehidupan kita sendiri. Seorang arsitek bisa menciptakan bangunan indah karena dia telah menempuh jenjang pendidikan yang cukup. Dia memiliki pengetahuan untuk membuat bangunan yang indah, dan sebaliknya menghindari bangunan yang buruk. Demikian pula yang terjadi ketika kita ingin membangun "bangunan" kehidupan kita. Kita harus belajar Dhamma (pariyati) dengan baik terlebih dahulu sebelum akhirnya mampu membangun "bangunan" kehidupan dengan indah.

Mereka yang menderita di kehidupan ini, adalah mereka yang tidak memahami hukum yang bekerja di kehidupan ini. Mereka bukan pencipta "bangunan" kehidupan yang baik. Mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik.

Jadi, jika Anda memahami hukum yang bekerja di kehidupan ini, maka sudah sewajarnya kalau kualitas kehidupan Anda akan semakin meningkat. Salah satu hukum yang bekerja di dalam kehidupan ini, dan boleh dikatakan yang terpenting adalah hukum kamma.

Hukum kamma menempati posisi yang sangat penting di dalam Ajaran Dhamma, karena kamma inilah yang terus menggerakan kita semua di alam Samsara. Kamma juga yang membuat kita menderita. Selama masih berada di dalam lingkaran tumimbal lahir (terlahir kembali berulang-ulang), di alam mana pun, akan selalu ada penderitaan. Mereka yang memiliki aspirasi untuk dilahirkan di alam surga karena ingin bahagia selama-lamanya, mereka belum memahami ciri kehidupan ini dengan baik dan benar. Ciri dari Samsara adalah penderitaan, dan apabila kita memiliki aspirasi untuk bisa mencapai kebahagiaan yang abadi maka kita harus keluar dari Samsara, mencapai Nibbana!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar