Translate

Kamis, 16 Juli 2020

Surga & Neraka Yang Kita Ciptakan


Kesulitan, kesedihan atau penderitaan yang kita rasakan & yang kita alami, itu bisa terjadi karena kita memiliki persepsi yang salah, kita memiliki pengetahuan yang sangat kurang, pikiran kita masih sangat keliru, yang akhirnya membuat diri kita menderita sendiri.
Surga & Neraka itu ada di pikiran kita. Surga & Neraka yang diinformasikan dalam kitab suci sebagai alam kehidupan, itu semata-mata adalah suatu ruang atau tempat untuk mengakomodasi kualitas pikiran atau kualitas batin kita pada saat ini, atau tepatnya nanti setelah kita meninggal dunia. Kalau kualitas pikiran kita penuh dengan kemarahan, penuh dengan emosi-emosi negatif, maka sebenarnya hidup kita itu sudah terakomodasi di dalam Neraka. Demikian juga sebaliknya, kalau kualitas pikiran kita penuh dengan cinta kasih & welas-asih, murah hati, sabar, dan bijaksana, maka hidup kita telah terakomodasi di dalam Surga. Alam Surga itu hanyalah satu tempat saja untuk mengokomodasi segala sesuatu yang kita ciptakan sendiri, yaitu mengakomodasi ciptaan batin kita sendiri semasa kita hidup. Surga & Neraka itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang sangat penting jika dibandingkan dengan waktu yang kita punyai & perilaku kita pada saat ini. Jadi yang lebih penting itu adalah keadaan batin kita sendiri pada saat ini seperti apa.
Kalau kita menilai permasalahan kehidupan ini secara keliru, meratapi & menyesalinya, maka akhirnya akan memunculkan kesedihan secara psikologis, maka dengan demikian kita sebenarnya sudah hidup di dalam Neraka, dan secara Karma itu adalah benih untuk kita nanti terlahir di alam yang bisa memfasilitasi kesedihan-kesedihan tersebut untuk terus-menerus muncul. Inilah kehidupan sesungguhnya.
Sebaliknya kalau kita mempunyai pengetahuan yang benar, kemudian kita mengembangkan cinta kasih tanpa syarat, mengembangkan kewelasasihan tanpa syarat, murah hati, sabar & kemudian menjadi arif & bijaksana, maka lihatlah pada saat itu meskipun kita adalah seorang manusia, tapi kita adalah seorang manusia yang hidup di alam Surga, karena suasana hati kita sangat positif, sangat baik, sangat penuh cinta kasih, selfless, tidak mementingkan diri sendiri, senantiasa melakukan sesuatu untuk kebahagiaan semua makhluk, maka itu adalah Surga. Bahwa nanti setelah kehidupan ini nanti kita terlahir di Surga itu adalah alam saja, tapi yang lebih penting adalah suasana hati kita, betul tidak?
Jadi sekali lagi, jangan kawatir dengan Surga & Neraka. Kekawatiran itu tidak ada manfaatnya. Justru nanti akan bisa menyebabkan hal-hal buruk bagi kehidupan atau kondisi kita nanti setelah kita mati.
Orang yang telah sadar & bijaksana tidak pernah membebani dirinya dengan konsep Surga Neraka, mereka sudah tidak memelihara lagi ketakutan-ketakutan, karena Surga & Neraka adalah suasana batin, jadi untuk menciptakan Surga & mengindari Neraka, maka selama keidupan ini seyogyanya terus-menerus mengembangkan kualitas-kualias hati yang baik, memurnikan sila-sila yang sudah dipahami, yaitu memurnikan budi pekerti secara perlahan-lahan tetapi terus-menerus, dan mengindari perbuatan-perbuatan jahat. Jadi meskipun saat ini belum terlahir di surga, tapi hidup ini secara psikologis sudah hidup di dalam surga, yang tidak lain & tidak bukan adalah benih-benih untuk nanti terlahir di alam Surga. Jadi tidaklah penting memikirkan setelah ini kita akan hidup dimana, itu tidak penting, itu adalah future, tidak begitu pentinng. Yang penting adalah saat ini. Jadi anda lihat sekarang, point pentingnya itu kita harus memikirkan saat ini, memperhatikan apa yang kita lakukan pada saat ini, karena Surga & Neraka itu diciptakannya saat sekarang, bukan besuk, karena perilaku-perilaku kita saat ini akan menentukan kondisi-kondisi kita berikutnya.
Umumnya orang selalu memikirkan future, memikirkan masa yang akan datang. Mereka meyakini tidak apa-apa sekarang menderita, menjadi manusia miskin tidak apa-apa, dicaci maki orang tidak apa-apa, dikucilkan orang tidak apa-apa, karena dijanjikan nanti akan hidup di Surga.
Tidak seperti itu, itu artinya memperlakukan agama seperti opium kata Kalmark, religion is the opium of the message, karena memabukkan. Pada umumnya orang, semasa hidup sebagai manusia, mengalami kesusahan & menderita, tapi berkhayal tidak apa-apa menderita saat ini, karena  nanti masuk surga. No, religion is not for that. Hendaknya dipahami bahwa agama itu untuk merealisasi Surga di saat ini, kalau sekarang ini saja seseorang sudah merasa hidup di Neraka, bagaimana mungkin nanti dia masuk atau lahir di alam Surga, karena kehidupan nanti itu adalah efek dari suasana batin pada saat ini, efek dari timbunan suasana batin semasa hidup di dunia.
Agama itu sebenarnya bisa mendorong kita untuk menjadi manusia yang bermoral, tanpa menggantungkan kehidupan ini kepada makhluk lain, karena kehidupan kita adalah tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab makhluk lain dimanapun dia berada, jadi kita harus menciptakan kehidupan yang indah, kehidupan yang baik, dan syarat utama yang paling penting adalah kita harus mempunyai pengetahuan dari kitab suci secara benar, sehingga banyak beban-beban kehidupan yang bisa kita lepaskan. Hidup adalah present moment. Pahamilah hukum Karma, karena kita sebagai manusia, kebahagiaan & penderitaan kita secara mental itu sangat ditentukan oleh Karma-karma kita sendiri. Dengan memahami cara bekerjanya hukum Karma, maka kita akan bisa mendapatkan informasi yang lengkap, dan kemudian kita bisa memanfaatkannya untuk membebaskan diri dari penderitaan. 

Kamis, 02 Juli 2020

Kata Buku & Kata Logika


Manfaat Keuntungan Membaca Buku | Catatan SinineAdalah kata buku, terserah masing-masing, mau percaya dengan semua yang tertulis di dalam buku dimaksud atau tidak. Yang tertulis, yang diragukan itu logis atau tidak. Kalau terpaksa ada yang tidak bisa dipercaya karena tidak logis, asalkan jujur tidak masalah. Jangan sampai seperti orang buta sejak lahir, tapi percaya diri sekali menjelaskan warna pelangi. Lebih baik diam kalau tidak tahu persis. Atau kalau ingin berbicara atau sharing seperti saya ini, maka dengan ini saya ingatkan jangan langsung percaya dengan tulisan ini, pertimbangkanlah dengan baik & pikirkan lebih jauh, yang saya katakan ini benar atu tidak, bandingkan atau carilah informasi-informasi yang lebih banyak, yang lebih lengkap, yang sudah tersedia termasuk informasi dari orang-orang ahli yang bijaksana.
Mengapa aku ini ada & hidup? padahal aku tidak meminta? kalau boleh memilih aku lebih memilih tidak hidup alias tidak ada saja, tidak merasakan susah, tidak merasakan kesal dan lain-lain. Bukannya aku tidak berterima kasih kepada Tuhan, tapi ini jujur keluar dari hati nurani aku, boleh ya?
Yang lebih bisa diterima akal itu adalah jika aku ini ada & hidup karena ada potensi untuk itu, sehingga terjadi. Semuanya karena Hukum Alam yang tidak bisa ditawar-tawar. Seperti buah mangga, sebelum pohon mangga berbuah, bibit buahnya ada dimana? Di tanah, di akar, di batang, di dahan, di ranting, di daun atau dimana? Tentu tidak ada dimana-mana, tetapi potensi untuk berbuah pada pohon mangga tersebut ada, makanya berbuah. Hukum alamnya begitu, kecuali direkayasa oleh manusia, sehingga pohon tersebut menjadi tidak berbuah. Sama dengan kita yang kondisinya seperti ini; kita bisa merekayasanya untuk menjadi apa, namun masih tergantung juga dari parami (karma baik) yang kita timbun sebelumnya, atau parami kita selama ini seperti apa, mendukung atau tidak? Hukum Karma atau Hukum tabur-tuai adalah salah satu dari Hukum Alam yang Universal. Namun tidak semua karma baik atau karma buruk itu berbuah, masih tergantung dari perilaku kita selanjutnya, mau merawat karma tersebut atau tidak? Bingung? Penjelasan lebih lanjutnya ada, cuma perlu effort.
Hidup menjadi manusia adalah yang paling beruntung, tidak lama, tapi kalau bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka sangat beruntung. Karena bisa menjadi makhluk yang sempurna dengan cepat jika didukung oleh parami yang dimiliki, kalau tidak didukung oleh parami yang dimiliki, kemajuan yang sangat pesat bisa diraih, tergantung dari usahanya, akan tetapi hal ini tidak mudah. Dibanding hidup sebagai setan, sebagai iblis, sebagai dewa atau bahkan sebagai brahma sekalipun yang hidupnya sangat lama, tapi tidak leluasa berkreasi dengan baik & bermanfaat, karena mereka hanya bisa menikmati siksaan maupun menikmati kebahagiaan saja sampai jatahnya habis, dan menjadi makhluk lain termasuk terlahirkan kembali menjadi manusia, atau langsung padam (parinibbana) bagi makhluk-makhluk brahma tertentu, yang telah memiliki persyaratan yang diperlukan.