Kesulitan,
kesedihan atau penderitaan yang kita rasakan & yang kita alami, itu bisa
terjadi karena kita memiliki persepsi yang salah, kita memiliki pengetahuan yang
sangat kurang, pikiran kita masih sangat keliru, yang akhirnya membuat diri kita
menderita sendiri.
Surga &
Neraka itu ada di pikiran kita. Surga & Neraka yang diinformasikan dalam kitab
suci sebagai alam kehidupan, itu semata-mata adalah suatu ruang atau tempat untuk
mengakomodasi kualitas pikiran atau kualitas batin kita pada saat ini, atau
tepatnya nanti setelah kita meninggal dunia. Kalau kualitas pikiran kita penuh
dengan kemarahan, penuh dengan emosi-emosi negatif, maka sebenarnya hidup kita itu sudah
terakomodasi di dalam Neraka. Demikian juga sebaliknya, kalau kualitas pikiran
kita penuh dengan cinta kasih & welas-asih, murah hati, sabar, dan bijaksana,
maka hidup kita telah terakomodasi di dalam Surga. Alam Surga itu hanyalah satu
tempat saja untuk mengokomodasi segala sesuatu yang kita ciptakan sendiri, yaitu
mengakomodasi ciptaan batin kita sendiri semasa kita hidup. Surga & Neraka
itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang sangat penting jika dibandingkan dengan waktu yang
kita punyai & perilaku kita pada saat ini. Jadi yang lebih penting itu adalah
keadaan batin kita sendiri pada saat ini seperti apa.
Kalau kita
menilai permasalahan kehidupan ini secara keliru, meratapi & menyesalinya,
maka akhirnya akan memunculkan kesedihan secara psikologis, maka dengan demikian kita
sebenarnya sudah hidup di dalam Neraka, dan secara Karma itu adalah benih untuk kita
nanti terlahir di alam yang bisa memfasilitasi kesedihan-kesedihan tersebut untuk terus-menerus
muncul. Inilah kehidupan sesungguhnya.
Sebaliknya kalau kita mempunyai pengetahuan yang benar, kemudian kita mengembangkan cinta kasih tanpa syarat, mengembangkan kewelasasihan tanpa syarat, murah hati, sabar & kemudian menjadi arif & bijaksana, maka lihatlah pada saat itu meskipun kita adalah seorang manusia, tapi kita adalah seorang manusia yang hidup di alam Surga, karena suasana hati kita sangat positif, sangat baik, sangat penuh cinta kasih, selfless, tidak mementingkan diri sendiri, senantiasa melakukan sesuatu untuk kebahagiaan semua makhluk, maka itu adalah Surga. Bahwa nanti setelah kehidupan ini nanti kita terlahir di Surga itu adalah alam saja, tapi yang lebih penting adalah suasana hati kita, betul tidak?
Sebaliknya kalau kita mempunyai pengetahuan yang benar, kemudian kita mengembangkan cinta kasih tanpa syarat, mengembangkan kewelasasihan tanpa syarat, murah hati, sabar & kemudian menjadi arif & bijaksana, maka lihatlah pada saat itu meskipun kita adalah seorang manusia, tapi kita adalah seorang manusia yang hidup di alam Surga, karena suasana hati kita sangat positif, sangat baik, sangat penuh cinta kasih, selfless, tidak mementingkan diri sendiri, senantiasa melakukan sesuatu untuk kebahagiaan semua makhluk, maka itu adalah Surga. Bahwa nanti setelah kehidupan ini nanti kita terlahir di Surga itu adalah alam saja, tapi yang lebih penting adalah suasana hati kita, betul tidak?
Jadi sekali lagi,
jangan kawatir dengan Surga & Neraka. Kekawatiran itu tidak ada manfaatnya.
Justru nanti akan bisa menyebabkan hal-hal buruk bagi kehidupan atau kondisi kita
nanti setelah kita mati.
Orang yang telah
sadar & bijaksana tidak pernah membebani dirinya dengan konsep Surga Neraka,
mereka sudah tidak memelihara lagi ketakutan-ketakutan, karena Surga & Neraka adalah
suasana batin, jadi untuk menciptakan Surga & mengindari Neraka, maka selama
keidupan ini seyogyanya terus-menerus mengembangkan kualitas-kualias hati yang baik,
memurnikan sila-sila yang sudah dipahami, yaitu memurnikan budi pekerti secara
perlahan-lahan tetapi terus-menerus, dan mengindari perbuatan-perbuatan jahat. Jadi meskipun
saat ini belum terlahir di surga, tapi hidup ini secara psikologis sudah hidup di
dalam surga, yang tidak lain & tidak bukan adalah benih-benih untuk nanti terlahir di alam Surga. Jadi tidaklah penting memikirkan setelah ini kita akan hidup dimana, itu
tidak penting, itu adalah future, tidak begitu pentinng. Yang penting adalah saat
ini. Jadi anda lihat sekarang, point pentingnya itu kita harus memikirkan saat ini,
memperhatikan apa yang kita lakukan pada saat ini, karena Surga & Neraka itu
diciptakannya saat sekarang, bukan besuk, karena perilaku-perilaku kita saat ini akan
menentukan kondisi-kondisi kita berikutnya.
Umumnya orang
selalu memikirkan future, memikirkan masa yang akan datang. Mereka meyakini tidak apa-apa
sekarang menderita, menjadi manusia miskin tidak apa-apa, dicaci maki orang tidak apa-apa, dikucilkan
orang tidak apa-apa, karena dijanjikan nanti akan hidup di Surga.
Tidak seperti itu,
itu artinya memperlakukan agama seperti opium kata Kalmark, religion is the
opium of the message, karena memabukkan. Pada umumnya orang, semasa hidup
sebagai manusia, mengalami kesusahan & menderita, tapi berkhayal tidak apa-apa
menderita saat ini, karena nanti masuk surga. No, religion is not for that. Hendaknya
dipahami bahwa agama itu untuk merealisasi Surga di saat ini, kalau sekarang ini saja
seseorang sudah merasa hidup di Neraka, bagaimana mungkin nanti dia masuk atau lahir di
alam Surga, karena kehidupan nanti itu adalah efek dari suasana batin pada saat
ini, efek dari timbunan suasana batin semasa hidup di dunia.
Agama itu
sebenarnya bisa mendorong kita untuk menjadi manusia yang bermoral, tanpa menggantungkan
kehidupan ini kepada makhluk lain, karena kehidupan kita adalah tanggung jawab
kita, bukan tanggung jawab makhluk lain dimanapun dia berada, jadi kita harus
menciptakan kehidupan yang indah, kehidupan yang baik, dan syarat utama yang paling
penting adalah kita harus mempunyai pengetahuan dari kitab suci secara benar,
sehingga banyak beban-beban kehidupan yang bisa kita lepaskan. Hidup adalah present
moment. Pahamilah hukum Karma, karena kita sebagai manusia, kebahagiaan &
penderitaan kita secara mental itu sangat ditentukan oleh Karma-karma kita sendiri.
Dengan memahami cara bekerjanya hukum Karma, maka kita akan bisa mendapatkan informasi
yang lengkap, dan kemudian kita bisa memanfaatkannya untuk membebaskan diri dari
penderitaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar