Translate

Kamis, 07 April 2022

BATIN MANUSIA

Sumber : The essense of Buddha Abhidhamma oleh Dr. Mehm Tim Mon. 

Para ahli filsafat biasanya merujuk pada batin dan materi sebagai dua prinsip dasar dari dunia kehidupan. Tetapi mereka tidak berhasil membuat keputusan bersama tentang apakah batin itu. 

Para ahli psikologi memulai pekerjaan mereka dengan menelusuri sifat batin. Dan ketika mereka tidak dapat merinci dan mengkarakterisasi batin, mereka beralih menelusuri perilaku binatang dan manusia. Sehingga psikologi menjadi pembelajaran tingkah laku dari ilmu pengetahuan tentang batin.

Saat ini ilmu pengetahuan belum memiliki alat yang mampu mendeteksi batin. Sehingga para ilmuwan cenderung menolak keberadaan batin, dan menganggap bahwa otaklah yang berfungsi sebagai batin. Akan tetapi teori itu tidak dapat menjelaskan atas fenomena khusus dari batin yang disebut telepati, kewaskitaan atau kemampuan mengindera dengan kekuatan batin, pencerapan ekstra sensorik, psikokinesis, eksperimen kemampuan diluar jasmani, kehidupan setelah kematian, dan sebagainya, yang mana saat ini ilmu pengetahuan tidak bisa membantah. Disamping otak, penyelidikan telah membuktikan bahwa, meskipun otak berfungsi bagaikan superkomputer, ia masih memerlukan agen luar untuk menjalankannya, seperti halnya sebuah komputer yang biasanya masih butuh diprogram oleh manusia.

Abhidhamma mendeskripsikan batin sebagai kombinasi dari kesadaran (Citta) dan faktor-faktor mental (Cetasika). Ada 52 faktor mental yang mana beberapa dapat mencemari batin, beberapa dapat memurnikan batin dan beberapa bersifat netral.

Jumlah keseluruhan dan kemungkinan kombinasi antara kesadaran dan faktor-faktor mental adalah 121. Kombinasi ini merupakan variasi keadaan batin. Mereka menjelaskan secara lengkap mengapa batin kadang-kadang buruk dan kadang-kadang baik, kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang jahat, kadang-kadang mulia dan sebagainya.

Didalam aspek pelatihan dari ajaranNya, Sang Budha menjelaskan beberapa cara untuk pengembangan konsentrasi mental  (Samadhi). Ketika faktor-faktor mental yang tidak bajik seperti keserakahan (Lobha), kemarahan (Dosa), kerisauan (Uddhacca), penyesalan (Kukkucca), keragu-raguan (Vicikiccha), kemalasan dan kelambanan (Thina-Middha) diredam untuk tidak muncul didalam batin, sehingga batin dalam keadaan tidak galau, sangat damai dan tenang. Ini adalah keadaan dari konsentrasi mendekati atau konsentrasi akses (upacara-samadhi), artinya ia dekat dengan penyerapan (Jhana).

Pada keadaan konsentrasi akses, oleh karena kotoran batin tidak hadir didalam batin, ia menikmati ketenangan dan kedamaian yang tidak tertandingi oleh kesenangan indriya. Kebahagiaan yang lebih tinggi dinikmati ketika ia dapat mencapai tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi Jhana. Didalam keadaan Jhana, batin berdiam terfokus dan menancap pada subjek meditasi selama berjam-jam.

Setelah mengembangkan empat Rupa Jhana dan empat Arupa Jhana, ia dapat menuju langkah selanjutnya untuk mengembangkan pengetahuan supranatural (Abhinna). Ada lima kemampuan supranatural (Lokiya) :

1, Kemampuan surgawi (Iddhi -vidha). 2, Telinga surgawi (Dibba-sota). 3, Mata surgawi (Dibba-cakkhu). 4, Kemampuan menembus pikiran orang lain (Ceto-pariya-nana) dan 5, dapat mengingat kehidupan-kehidupan lampau (Pubbe-nivasanussati).

Kemampuan-kemampuan supranatural ini jauh melampaui kemampuan telepati, kewaskitaan, psikokinesis, dan sebagainya. Dengan kemampuan surgawi (Iddhi-vidha Abhinna) seseorang dapat menembus tembok dan gunung tanpa rintangan, menyelam kedalam bumi, berjalan diatas permukaan air dan terbang di angkasa. Dengan mata surgawi seseorang dapat melihat alam yang menyedihkan dan juga alam surga dari para dewa dan brahma dan makhluk yang mati dan terlahir kembali di 31 alam kehidupan sesuai dengan karma atau tindakan yang disertai niat mereka masing-masing. Dengan Ceto-pariya-nana, seseorang dapat melihat batin orang lain dan mengetahui apa yang mereka pikirkan.

Pencapaian dari kekuatan supranatural ini bukanlah tujuan dari agama Buddha. Kemampuan penembusan batin yang ditemani oleh konsentrasi akses atau konsentrasi Jhana digunakan untuk menyelidiki muncul dan lenyapnya mentalitas (kesadaran dan konkurennya) dan materialitas (materi hakiki) didalam jasmani. Mentalitas dan materialitas ini tidak tampak meskipun dibawah mikroskop elektron tetapi mereka dapat dilihat melalui mata batin yang terkonsentrasi.

Melalui meditasi pada tiga karakteristik umum dari mentalitas dan materialitas yakni ketidakkekalan (Anicca), penderitaan (Dukkha) dan bukan diri (Anatta), dan juga hubungan sebab antara mentalitas dan materialitas, seseorang yang mengikuti Jalan Ariya Berunsur Delapan cepat atau lambat akan mencapai Magga dan Phala (Kesadaran Jalan dan Buah) yang pertama. Kemudian ia akan menjadi pemenang arus (orang suci) yang dapat menikmati kebahagiaan yang unik dari Nibbana selama mungkin dan dijamin sepenuhnya tidak akan pernah terlahir kembali di alam menyedihkan lagi.

Pemenang arus (Sotapanna) dapat menikmati kedamaian yang sangat luar biasa dari Nibbana ketika diinginkannya. Jika ia melanjutkan dengan meditasi Vipassana (meditasi pandangan terang), ia akan merealisasi ketiga kebijaksanaan jalan dan tiga kebijaksanaan buah yang lebih tinggi dan tentu saja akan menjadi seorang Arahat (seorang yang sempurna) dalam kehidupan ini. Meskipun tidak melanjutkan meditasi Vipassana, pemenang arus secara otomatis selanjutnya akan menjadi seorang Arahat sesuai dengan halauannya.

Didalam diri seorang Arahat semua kotoran batin telah secara lengkap tercabut dan dihancurkan. Oleh karena kotoran batin ini menjadi sebab utama dari semua penderitaan, mereka secara total dihancurkan, berarti kebahagiaan yang tinggi dan kedamaian abadi bagi seorang Arahat.

Maka melalui pemurnian batin dari semua kotoran batin yang mengakibatkan penderitaan dan merendahkan seseorang, ia dapat menjadi Arahat diantara orang-orang suci di dunia para manusia dan dewa, dan ia dapat menikmati kedamaian tertinggi Nibbana untuk selamanya.

Jadi untuk menjadi seorang Arahat adalah merupakan tujuan yang benar dari para manusia dan para dewa, dan tujuan yang tertinggi dalam kehidupan ini yang hanya dapat dicapai melalui analisa yang benar dan pengertian yang benar tentang batin dan materi seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha didalam Abhidhamma.

Ini seharusnya ditekankan disini, bahwa apapun yang telah Buddha ajarkan kepada kita melalui kemahatahuan dan pengalamanNya, dapat dicoba dan diverifikasi oleh setiap orang yang piawai melalui pengalaman mereka sendiri.

Demikianlah uraian mengenai batin ini, semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar