Satu siklus lengkap dari kehancuran hingga pembentukan kembali Dunia disebut satu mahākappa (kalpa agung), dan lamanya tidak bisa dihitung secara pasti, hanya dikatakan sebagai waktu yang sangat-sangat panjang. Dalam tradisi Buddhis Theravāda, satu mahākappa mencakup empat fase utama, masing-masing berlangsung selama satu asaṅkheyya kappa (kalpa tak terhitung).
Menurut penjelasan dalam teks-teks Buddhis seperti Visuddhimagga dan kitab
komentar Theravāda, satu siklus dunia terdiri dari empat fase, yang masing-masingnya
sangat Panjang, yaitu :
1. Fase Vivattakappa, lamanya 1 asaṅkheyya kappa : proses dunia mulai
terbentuk, makhluk mulai terlahir, hingga bumi menjadi utuh dan stabil (proses
terbentuknya dunia).
2. Fase Samvattavivattakappa, lamanya 1 asaṅkheyya kappa : dunia
stabil, makhluk hidup berkembang, muncul ajaran Buddha (dunia stabil).
3. Fase Samvattakappa, lamanya 1 asaṅkheyya kappa : proses dunia
mulai mengalami kehancuran secara bertahap (bisa oleh api, air, atau angin)
hingga hancur total (proses hancurnya dunia).
4. Fase Samvattavivattakappa, lamanya 1 asaṅkheyya kappa : dunia
dalam masa transisi antara kehancuran dan pembentukan kembali (transisi dari
hancurnya dunia lama ke terbentuknya dunia yang baru).
Jadi, satu
siklus penuh = 4 asaṅkheyya kappa = 1 mahākappa. Untuk memberi gambaran 1 mahākappa,
Sang Buddha pernah menggunakan analogi : Jika ada batu padat berukuran satu mil
kubik, dan setiap 100 tahun seseorang menggosoknya sekali dengan sehelai kain
sutra, maka batu itu akan habis lebih cepat daripada satu mahākappa.” Artinya :
· Satu mahākappa jauh melampaui jutaan atau bahkan miliaran tahun.
· Tidak ada angka pasti, karena konsep waktu dalam Buddhisme bersifat kualitatif
dan simbolik, bukan kuantitatif.
Siklus mahākappa tersebut berulang tanpa awal dan tanpa akhir. Dunia mulai
terbentuk, Dunia stabil, Dunia mulai hancur, Dunia dalam transisi dari hancur
ke terbentuk kembali – itu terjadi dipengaruhi oleh karma kolektif makhluk
hidup, dan dalam setiap mahākappa, bisa muncul satu
hingga lima Buddha, tergantung kondisi spiritual umat.
Setiap siklus
mahākappa tidak selalu identik, tergantung pada :
· Kondisi karma kolektif makhluk-makhluknya.
· Jenis kehancuran sebelumnya (oleh api, air, atau angin).
· Tingkat kemerosotan moral yang terjadi dalam siklus tersebut.
Hubungan antara Karma Kolektif
dan Kondisi Dunia :
Dalam ajaran Buddhis, Karma tidak hanya bersifat individual, tetapi juga
bisa bersifat kolektif, yaitu hasil dari tindakan, pikiran, dan kebiasaan yang
dilakukan oleh banyak makhluk secara bersama-sama. Ini memengaruhi :
1.
Kondisi sosial dan moral masyarakat
2.
Stabilitas alam dan lingkungan
3.
Terjadinya bencana besar atau kehancuran dunia
Karma kolektif dapat menjelaskan mengapa suatu komunitas mengalami
penderitaan bersama, seperti perang, wabah, atau bencana alam. Dalam skala
kosmis, ini juga mencakup kehancuran dan pembentukan kembali Dunia. Ini bukan
hukuman dari kekuatan eksternal, tetapi konsekuensi alami dari hukum
sebab-akibat (Kamma-vipāka). Kesimpulannya, kondisi bumi sangat
dipengaruhi oleh kualitas spiritual makhluk hidup, terutama manusia. Dengan
meningkatkan kualitas batin dan perilaku, manusia ikut menjaga keseimbangan
dunia secara sosial, ekologis, dan spiritual.
Tentang Kelahiran Kembali-nya para makhluk terkait
hancurnya Dunia :
Dalam ajaran Buddhis Theravāda,
kelahiran kembali terjadi langsung setelah kematian, tanpa jeda waktu. Ketika
Dunia hancur, Alam Apaya, Alam Manusia, dan Alam Dewa juga hancur. Makhluk-makhluknya
terutama manusia sesuai Karmanya masing-masing akan terlahir di Alam-alam Brahma
yang tidak ikut hancur. Yang tidak terlahir di alam-alam tersebut akan terlahir
kembali di alam yang baru.
Dalam
teks-teks Abhidhamma dan komentar / penjelasan di Visuddhimagga, tertulis mengenai Keahiran Kembali itu sebagai berikut :
· Kelahiran kembali (paṭisandhi citta) terjadi seketika setelah kematian.
· Jika alam tujuan belum tersedia, maka kesadaran
kelahiran kembali akan muncul saat alam itu terbentuk kembali, bukan
sebelumnya.
Tidak ada “penundaan” dalam arti waktu linear seperti yang kita pahami.
· Kelahiran kembali adalah proses sebab-akibat yang terjadi saat kondisi
memungkinkan.
Kelahiran kembali
di alam kehidupan yang baru bukan merupakan penundaan kelahiran, kelahiran terjadi
pada momen pertama ketika kondisi yang sesuai tersedia.
Analogi Sederhana : benih karma seperti biji yang siap tumbuh, jika
tanah belum tersedia, biji tidak akan tumbuh. Jika alam manusia sudah terbentuk,
sudah memadai, maka sesuai dengan Karmanya ada manusia yang terlahir kembali. Tidak
ada “kesadaran mengambang” atau makhluk yang menunggu secara sadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar