Translate

Senin, 07 Februari 2022

Apa itu Perilaku diatas Umur?

Kebanyakan orang menginginkan umur panjang. Ketika sudah uzur dan mungkin dalam kondisi sakit kronis, tetap saja menginginkan umur yang masih panjang. Adakah kira-kira alasannya yang mantap sehingga dia masih menginginkan umur yang panjang? Atau tidak memiliki alasan? Pokoknya yang penting tidak mau mati? Padahal mati itu kapan saja bisa terjadi, bisa datang secara tiba-tiba. Apakah tidak lebih baik menyadari hal tersebut, sehingga sebelum kematian datang menjemput, yang bersangkutan sudah memiliki persiapan yang memadai? Apalagi kalau sudah sakit-sakitan pertanda maut sudah dekat. Persiapan seperti apa yang sudah dan akan terus dilakukan, tentunya masing-masing orang berbeda pemikiran. Tergantung dari pengalaman, pendidikan, kecerdasan, kualitas batin atau kualitas rokhani dan juga agama. Sebelum kematian tiba mungkin perlu menyiapkan surat wasiat kalau sebagai orang tua, yaitu surat wasiat pembagian harta warisan, atau mungkin pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak atau keluarga agar semuanya menjadi baik, aman, tidak kacau setelah ditinggal selama-lamanya oleh orang tua, atau mungkin juga ada pemberitahuan tentang harta simpanan, atau tabungan di Bank, dan lain-lain. Itu adalah persiapan umum sebelum kematian datang menjemput. Namun ada persiapan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua, supaya ketika dan setelah meninggal dunia wajah jenazah seperti tersenyum. Itu artinya apa? Artinya adalah bahwa yang bersangkutan meninggal dunia dengan tenang, dengan ikhlas, telah berhasil melepas semua urusan dunia, tidak memikirkannya lagi, tidak mengingat-ingat atau melekat kepada harta benda yang dia miliki, yang selama ini berhasil dia kumpulkan dan dia timbun. Atau mungkin semua hutang-hutangnya sudah berhasil dilunasi, pokoknya urusan dunia sudah diselesaikan semua dengan baik dan siap ditinggalkan. Nah itu adalah urusan duniawi, urusan materi. Masih ada lagi urusan yang bukan duniawi yaitu urusan spiritual, yang tidak bisa ditinggalkan di dunia, melainkan harus dibawa mati. Karena bekal spiritual tersebut mengikuti yang bersangkutan pergi setelah meninggal dunia dan masuk ke alam berikutnya yang baru. Bekal tersebut harus dinikmati di alam kehidupan yang baru, tidak bisa tidak. Surga dan Neraka adalah dua jenis alam kehidupan berikutnya setelah kematian. Dan masih ada 29 jenis alam kehidupan yang lain yang keberadaannya diatas dan diantara kedua alam tersebut. Bekal spiritual yang dimiliki adalah tiket ke alam mana seseorang akan masuk, ke salah satu alam kehidupan berikutnya yang sudah menanti, yaitu alam bahagia atau alam penderitaan, tergantung bekal yang dimiliki. Termasuk terlahir di alam manusia kembali. Alam manusia adalah alam bahagia sekaligus alam menderita, tergantung bagaimana batin seseorang mampu menyikapinya. Alam manusia adalah alam terbaik, karena di alam manusia seseorang bisa mengumpulkan bekal terbaik atau membuat tiket terbaik yang mampu dia buat, sesuai kemampuan masing-masing karena saking sulitnya. Terlahir di alam manusia itu sangat sulit karena harus memiliki bekal atau tiket yang tepat, memiliki tiket yang cocok. Selain alam manusia seseorang tidak bisa leluasa berbuat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan berikutnya. Karena di alam lain mereka cenderung hanya mengalami satu kondisi saja, yaitu penderitaan atau kebahagiaan. Terlebih di alam Neraka mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada kesempatan, tidak bisa berbuat baik karena selalu mengalami siksaan, mengalami siksaan melulu. Demikian pula di alam bahagia, di beberapa alam brahma, mereka hanya mengalami kebahagiaan saja, tidak ada kesempatan berbuat yang lain. Kembali ke persoalan menjelang kematian, apakah bekal spiritual yang dimiliki, yang sudah dikumpulkan sudah memadai atau belum? artinya sudah baik atau justru bekal yang buruk? Selama ini apa yang sudah diperbuat? Apakah kondisi batinnya sudah lumayan bersih? Apakah upaya mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasinya sudah lumayan baik? Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman yang memabukkan barulah cerminan dari batin yang bersih paling minimal dari hasil pengembangan kemoralan. Sebab untuk merealisasi batin yang bersih total tanpa noda, atau merealisasi Nibbana itu selain mengembangkan kemoralan, juga perlu mengembangkan kerelaan, contohnya adalah berdana, berdana bentuk apa saja boleh yang penting bermanfaat baik buat pihak lain, dan jangan lupa yang paling penting adalah berlatih meditasi secara benar, yang serius, pantang menyerah, terus-menerus, dan berkesinambungan dengan melalui banyak kehidupan. Merealisasi Nibbana adalah merealisasi kedamaian yang hakiki selamanya, dan tidak mungkin mundur kembali atau tidak mungkin degradasi. Jadi sekali lagi yang perlu diperhatikan dalam mengarungi kehidupan itu utamanya adalah persoalan mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi, yang akan menghasilkan tabungan berupa jasa baik dan pencapaian level tertentu dari konsentrasi atau meditasi, sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya, terlebih di masa-masa akhir kehidupan maka ketiga pengembangan tersebut harus lebih diutamakan, bukan umur yang panjang tapi tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat termasuk tekun berlatih meditasi. Judul tulisan ini adalah perilaku diatas umur, artinya jika ditinjau dari perspektif universal, yaitu dari sisi spiritual yang benar, dari sisi spiritual yang menguntungkan, adalah bahwa, perilaku baik itu lebih menguntungkan dibanding umur yang panjang. Kata kasarnya adalah, apa gunanya umur panjang jika perilakunya buruk, atau yang lebih soft apa gunanya umur panjang kalau tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang berguna buat pihak lain, bahkan buat semua makhluk. Lebih baik berumur pendek tapi perilakunya baik dibanding berumur panjang tapi tidak berbuat apa-apa. Demikianlah uraian singkat ini yang berjudul : Perilaku diatas umur. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar