Translate

Rabu, 28 Maret 2018

Meditasi Samatha (Samatha Bhavana)

I. SAMATHA BHAVANA UNTUK MASUK JHANA 
Seseorang yang ingin memasuki Jhana harus melewati lima arus atau lima tangga; pertama-tama subjek berusaha memegang objek, selanjutnya objek terpegang dengan baik, timbul kegiuran, timbul kebahagiaan, dan muncul ketenangan, di dalam tenang subjek dan objek akan menyatu.
Apabila subjek dan objek menyatu inilah dinamakan Samadhi tercapai. Pengertian Samadhi sendiri adalah Sam = menjadi dan Adhi = satu, jadi Samadhi itu artinya menjadi satu atau bahasa Jawa nya Manunggal!
Kalau subjek dan objek sudah bisa Manunggal, perlahan-lahan pintu Jhana akan terbuka.
Ketika seseorang memasuki Jhana, subjek dan objek pun padam, nafas pun berhenti (Sangat halus tidak dapat dirasakan lagi baik oleh diri sendiri maupun orang lain), proses berpikir dan perasaan juga berhenti, Kesadaran ringan bagaikan kapas terbang melayang-layang mengitari tubuh. Kalau sudah ahli kesadaran dapat pergi ke alam lain dan pulang dengan kecepatan Cahaya!
Ketika seseorang keluar dari Jhana, pertama-tama yang timbul adalah pencerapan dan perasaan, kemudian nafas mulai terasa kembali, dan yang terakhir subjek akan kembali memegang objek atau istilahnya turun kembali ke upacara Samadhi!

II. LIMA ARUS ATAU LIMA TANGGA
Samantha Bhavana mempunyai 40 objek meditasi, disarankan kalau belum mempunyai guru secara langsung pakai saja objek yang paling netral dari semuanya yaitu objek nafas, kalau sudah mempunyai guru Meditasi langsung, Sang Guru akan memilihkan objek yang sesuai dengan karakter atau sifat yang bersangkutan. Sedangkan posisi meditasi ada 4 macam yaitu meditasi duduk, berdiri, jalan dan tidur! Biasanya orang awal mempelajari meditasi duduk dulu baru mempelajari yang lainnya untuk mendukung kemajuan di dalam meditasi. 

1. Berusaha memegang obyek.
Duduk dengan mata terpejam, posisi kaki disilangkan, mau silang penuh teratai boleh, mau silang setengah teratai boleh, mau silang tanpa tindihan boleh, yang penting bertahanlah pada satu posisi, jangan berganti-ganti posisi terus karena akan menghambat kemajuan.
Nafas masuk tahu nafasnya masuk menyentuh ujung hidung dan nafas keluar tahu nafasnya keluar juga menyentuh ujung hidung. Jadikanlah ujung hidung sebagai tempat mengetahui masuk keluarnya nafas. Berusahalah sungguh-sungguh konsentrasi seperti Anda sedang mengendarai mobil, kalau tidak konsentrasi akan bahaya tabrakan, begitu pula meditasi konsentrasilah sungguh-sungguh jangan melamun, ingatkan diri tentang bahaya tabrakan, kalau di meditasi tabrakannya adalah Anda tidak mendapat kemajuan kalau terus melamun atau pikiran dibiarkan berkeliaran. Kalau Anda sungguh-sungguh dalam waktu tiga bulan Arus pertama akan terlewati, Anda sudah bisa berkonsentrasi dengan baik, objek mulai jelas dan ini namanya Nimitta sudah tertangkap dgn baik.
Saat belajar memegang objek, bahayanya terletak pada sering melamun, ini bagaikan orang mengendarai mobil tanpa konsentrasi bisa kecelakaan, demikian juga kalau belajar meditasi harus konsentrasinya ditingkatkan dengan semangat agar memasuki kemajuan, kalau pikiran melayang cepat-cepatlah ditarik kembali pada objek. 

2. Memegang obyek dengan baik.
Kalau objek sudah terpegang dengan baik, bagaikan Satpam (Security) yang menjaga pintu masuk, setiap orang yang masuk dan keluar harus ditandai dan tahu, demikian pula nafas yang masuk dan keluar harus jelas tahu, dan persentuhan nafas dengan ujung hidung adalah pintunya, sedangkan kesadaran yang mengetahui adalah Satpam nya. Kalau itu diteruskan dengan baik maka nafas yang masuk bisa tahu sampai sejelas-jelasnya dari pertama masuk melalui ujung hidung, masuk tenggorokan, masuk ke dada, berputar di perut dan kembali ke dada, lalu keluar lagi melalui dada, tenggorokan dan kembali menyentuh ujung hidung. Ini namanya sudah dapat mempermainkan objek. Kalau objeknya adalah Cahaya lilin, maka cahaya lilin tersebut sudah bisa dibesarkan, dikecilkan, diletakkan di dalam kening sebagai kekuatan api! Ini namanya yogi (meditator) berada dalam upacara Samadhi!
Bahaya yang perlu dijaga pada kekuatan konsentrasi yang sudah terbentuk adalah jangan dipergunakan untuk konsentrasi objek yang bukan pada tempatnya. Misalnya dipergunakan untuk konsentrasi lawan jenis, karena orang yang kita konsentrasikan bisa gelisah dan terbayang-bayang terus, inilah kalau kekuatan baik diselewengkan! Pada tingkatan kekuatan konsentrasi yang sudah terpegang ini juga jangan dipusatkan pada suara. Seringkali yogi terkadang akan menerima seperti wangsit atau suruhan melalui suara yang masuk, pada tataran inilah biasanya para dukun bermain, yaitu berhubungan dengan makhluk-makhluk rendah. Jadi kalau mendengar suara apapun abaikan saja & kembalilah pada objek semula. Karena kita bukan mau jadi dukun atau paranormal!
Juga pada tingkatan ini kalau seseorang mempertajam konsentrasinya akan mendengar suara binatang, seseorang itu terkadang bisa menterjemahkan suara yang datang dari binatang, inilah Meditasi yang terselewengkan kalau tidak ada guru yang baik yang menuntun. Jadi jangan terbelokkan oleh apapun juga, kembali konsentrasi pada objek dan permainkan saja objek itu dengan baik! 

3. Tibul kegiuran atau Piti.
Apabila seseorang telah menangkap objek dengan baik, tidak diselewengkan, teguh dalam niat baik dan upaya benar, maka dia akan masuk ke arus ketiga atau tangga ketiga yaitu kegiuran atau piti, pada kondisi ini setiap orang mengalami pengalaman yang berbeda-beda, ada yang baru mengalami percikan piti tetapi ada pula yang mengalaminya penuh. Sensasinya bermacam-macam, ada yang seperti cahaya dari langit menghujam ke seluruh badan, sehingga tubuh mengalami getaran, ada pula yang melihat cahaya warna-warni yang indah sekali, ada pula yang tubuhnya merasa ringan sampai seperti terbang, ada pula yang merasa terangkat dari tempat duduknya, ada yang bulu kuduknya berdiri semua, ada yang merasa tubuhnya membesar atau sebaliknya tubuhnya mengecil. Pada semua kejadian ini seorang yogi tidak perlu takut, sadari saja dan kembalilah ke objek. Sering kali para pemula yang tidak mengerti merasa takut dan tidak berani meditasi lagi, padahal sesungguhnya inilah kemajuan dari meditasi yang akan dialami oleh meditator yang benar. Tidak apa-apa, tidak perlu khawatir, tidak perlu takut, lanjutkan terus meditasimu. Bahkan kalau merasa tubuh terangkat ke permukaan tidak usah terkejut dan buka mata, karena pada sebagian orang yang mempunyai Parami yang bagus untuk kekuatan batin, pada saat mengalami PITI tubuhnya terangkat ke atas, kalau dia takut dan buka mata, tubuhnya benar-benar naik ke atas, dan pada saat buka mata dia akan jatuh ke bawah kembali. Jadi kalau ini dialami, semuanya harus sadar bahwa sedang meditasi, kembali saja kepada objek agar meditasi anda melangkah maju ke tahap berikutnya. Selamat bermeditasi yang benar! 

4. Kebahagiaan atau Sukkha.
Pada saat seseorang mengalami kegiuran yang sebenarnya, bukan lagi percikan bunga api kegiuran, ia tidak merasa takut lagi, ia justru merasa takjub dan terpesona, seakan-akan melihat pemandangan yang begitu indah, ia sedang berada dipuncak kenikmatan yang luar biasa, bukan kenikmatan nafsu rendah yang hanya berlangsung sesaat, tetapi kenikmatan ini berlangsung cukup lama, ia benar-benar tergiur akan kejadian ini, selepas itu pikirannya ringan bagaikan kapas, ia merasa sangat bahagia dan senang, tidak ada beban lagi, tidak ada penderitaan lagi, pikirannya benar-benar bebas lepas. Tidak ada yang mengganjal lagi, ia bagaikan berada di Surga, inilah tangga arus ke-4 yang sedang ia alami. Ternyata kebahagiaan dan penderitaan hanya terletak dipikiran. Pikiran yang sudah diajak berlatih dengan tekun akan membersihkan noda-noda dan ketika dia dalam keadaan bersih, ia ringan bagaikan kapas, ia senang dan bahagia, ia tidak ada beban yang negatif lagi, rasa khawatir, gelisah, takut, kalut sebenarnya hanyalah noda-noda batin, tidak ada lagi bersemayam rasa penderitaan, ia benar-benar bebas lepas. Ini berlangsung sangat lama sekali, kalau yogi tidak berhenti dan meditasinya diteruskan, ia akan masuk tangga kelima yaitu Upekkha atau keseimbangan batin! 

5. Upekkha (Keseimbangan Batin).
Seperti menikmati sebuah pemandangan yang sungguh indah, pada saat pertama melihat kita terpesona, takjub (inilah Piti). Setelah itu timbul kegembiraan (inilah Sukkha). Setelah kedua proses ini batin mulai normal kembali dan seimbang (inilah Upekkha). Ada satu bahasa Zen yang mengungkapkan pencapaian Meditasi ini yaitu : Sebelum aku ke gunung, aku tahu gunung adalah gundukan bukit tinggi, setelah aku sampai ke gunung, gunung bukan lagi gunung (karena aku sudah berada di dalamnya). Setelah aku keluar dari gunung, gunung kembali menjadi gunung, artinya setelah suatu keterlibatan pencapaian dan kegembiraan, batin akan normal kembali, tetapi normalnya adalah normal orang yang sudah memahami dan mengerti! Pada taraf Upekkha ini batin tidak ada lagi bergejolak, ibarat air laut, tidak ada riak gelombang lagi. Batin benar-benar stabil dan subjek dengan objek sudah manunggal, tidak bisa dibedakan lagi mana subjek dan mana objek, ibarat perangko sudah melekat dengan kuat dan menyatu dengan sampul surat! Nafas adalah aku, aku adalah nafas! Hingga kedalamannya nanti nafas pun padam, pikiran, perasaan, pencerapan berhenti semua, dunia ini seakan sudah berhenti bergerak. Tenang, sunyi, senyap, bahkan kalau ada benda dijatuhkan ke dekat kita pun, suaranya terasa di seberang lautan! Kalau tahap ini sering sudah dialami maka pintu Jhana akan segera terbuka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar