Karma super berat memiliki kualitas kekuatan yang besar,
kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya.
Karma super berat yang baik adalah hasil dari
melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai
Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, sehingga setelah meninggal
dunia, ia akan langsung terlahir kembali di Alam Brahma.
Karma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang
telah melatih meditasi Vipassana-Bhavana (meditasi megembangkan kesadaran)
sehingga mencapai kesucian sempurna atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya
Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah
ia meninggal di kehidupan ini.
Sedangkan karma super berat yang buruk ada 5 perbuatan
yaitu : membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang Arahat, melukai
Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha. Apabila seseorang melakukan salah
satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal
dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici (Neraka paling
rendah yang paling mengerikan).
2. Karma yang mengesankan.
Pada saat
seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan yang
super berat terlebih dahulu. Apabila tidak ada perbuatan super berat yang
pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu
perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya. Misalnya ia teringat kesan baik
ketika ia mendengarkan Dharma atau teringat sering bertemu dengan para bhikkhu.
Apabila ia meninggal saat mengingat kesan baik tersebut, maka ia akan terlahir
di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik,
maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.
Disebutkan dalam
Dharma bahwa apabila seseorang telah mengunjungi dan melihat 4 tempat suci di
India yaitu :
1). Tempat
Pangeran Siddhattha dilahirkan,
2). Tempat
Beliau mencapai kesucian sempurna dan menjadi Buddha,
3). Tempat Sang
Buddha pertama kali membabarkan Dharma, serta
4.) Tempat Sang
Buddha parinibbana (wafat).
Dan, ketika ia
akan meninggal, ia dapat mengingat kesan baik saat berkunjung keempat tempat
yang berkesan ini, maka ia akan dapat terlahir di alam bahagia.
Ini pula
sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan
paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang
akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah
dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk
terlahir di alam bahagia.
3. Karma kebiasaan.
Kalau di dalam
proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat
berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan
fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang
menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan
bermain musik, apabila pada saat menjelang ajal ia teringat atau mungkin tidak bisa ingat berhubung mengalami koma karena kecelakaan; maka dengan kebiasaannya
itu, ia akan terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat
bermain musik sejak kecil.
4. Karma super
ringan atau karma kecil.
Apabila hingga saat
menjelang kematian, seseorang tidak mempunyai karma super berat, karma yang
berkesan maupun karma kebiasaan, maka seseorang akan bisa teringat jenis karma super
ringan atau sepele. Jika pada saat menjelang kematiannya seseorang teringat karma
ini, misalnya teringat atas perbuatannya menyingkirkan paku agar tidak ada
orang lain yang terluka karenanya maka ia dapat terlahir di alam bahagia.
Dari keterangan
di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya SATU, namun, dari
berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut
waktu, menurut fungsi dan menurut bobotnya. Setiap kelompok terdiri dari empat
bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, SATU karma yang dimiliki oleh
seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi
satu kesatuan.
Semoga uraian
tentang berbagai jenis karma yang telah disampaikan dapat mendorong para pembaca
agar kiranya setiap saat dalam mengarungi kehidupan ini bisa berbuat, berbicara
dan berpikir yang baik. Kesimpulannya, jadikanlah perbuatan baik sebagai
kebiasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar