Translate

Rabu, 21 Maret 2018

Empat Jenis Karma Berdasarkan Bobot.

1. Karma super berat.
Karma super berat memiliki kualitas kekuatan yang besar, kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya.
Karma super berat yang baik adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, sehingga setelah meninggal dunia, ia akan langsung terlahir kembali di Alam Brahma.
Karma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi Vipassana-Bhavana (meditasi megembangkan kesadaran) sehingga mencapai kesucian sempurna atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan ini.
Sedangkan karma super berat yang buruk ada 5 perbuatan yaitu : membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang Arahat, melukai Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha. Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici (Neraka paling rendah yang paling mengerikan).

2. Karma yang mengesankan.
Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan yang super berat terlebih dahulu. Apabila tidak ada perbuatan super berat yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya. Misalnya ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dharma atau teringat sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal saat mengingat kesan baik tersebut, maka ia akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.
Disebutkan dalam Dharma bahwa apabila seseorang telah mengunjungi dan melihat 4 tempat suci di India yaitu :
1). Tempat Pangeran Siddhattha dilahirkan,
2). Tempat Beliau mencapai kesucian sempurna dan menjadi Buddha,
3). Tempat Sang Buddha pertama kali membabarkan Dharma, serta
4.) Tempat Sang Buddha parinibbana (wafat).
Dan, ketika ia akan meninggal, ia dapat mengingat kesan baik saat berkunjung keempat tempat yang berkesan ini, maka ia akan dapat terlahir di alam bahagia.
Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.

3. Karma kebiasaan.
Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada saat menjelang ajal ia teringat atau mungkin tidak bisa ingat berhubung mengalami koma karena kecelakaan; maka dengan kebiasaannya itu, ia akan terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik sejak kecil.

4. Karma super ringan atau karma kecil.
Apabila hingga saat menjelang kematian, seseorang tidak mempunyai karma super berat, karma yang berkesan maupun karma kebiasaan, maka seseorang akan bisa teringat jenis karma super ringan atau sepele. Jika pada saat menjelang kematiannya seseorang teringat karma ini, misalnya teringat atas perbuatannya menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya maka ia dapat terlahir di alam bahagia.

Dari keterangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya SATU, namun, dari berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut waktu, menurut fungsi dan menurut bobotnya. Setiap kelompok terdiri dari empat bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, SATU karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.

Semoga uraian tentang berbagai jenis karma yang telah disampaikan dapat mendorong para pembaca agar kiranya setiap saat dalam mengarungi kehidupan ini bisa berbuat, berbicara dan berpikir yang baik. Kesimpulannya, jadikanlah perbuatan baik sebagai kebiasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar