Sebagai seorang pemeluk agama hendaknya kita ini tidak bodoh - mampu mengamalkan ajaran agama sendiri dengan baik sehingga bisa berperilaku baik – agar selamat dan bahagia hidup di dunia yang kita jalani sekarang ini - selamat dan bahagia di kehidupan berikutnya setelah meninggal dunia, di alam yang baru, yaitu masuk Surga atau masuk ke alam bahagia lainnya.
Agama itu banyak
sekali, yang diakui di Indonesia ada 6 agama, semua memiliki pemeluknya
masing-masing, pemeluknya memiliki karakter masing-masing. Sebenarnya agama itu
apa sih? Menurut tulisan ini agama itu diciptakan untuk membimbing umatnya agar
selamat dan bahagia hidupnya di dunia ini, dan setelah meninggal dunia bahagia
di kehidupan berikutnya di alam yang baru. Surga dan Neraka adalah alam
kehidupan baru setelah kematian. Karena agama itu banyak maka sudah barang
tentu ajarannya berbeda-beda, sumbernyapun berbeda-beda. Kalau sumbernya hanya
satu tentu agama itu hanya ada satu. Disini kita berbicara berdasarkan logika,
tidak terkait dengan ajaran agama
tertentu karena akan tidak sesuai dengan ajaran agama lain.
Yang sudah jelas
- artinya nyata - agama itu dibawa, disebarkan, atau berasal dari seorang
manusia. Para pembawa agama memperoleh ajaran agama yang dibawanya itu berasal
dari mana tentunya berbeda-beda. Beberapa pembawa agama menyatakan bahwa agama
yang dibawanya berasal dari Tuhan. Yaitu berasal dari firman Tuhan atau berasal
dari wahyu Tuhan. Beberapa agama lainnya dapat diketahui bahwa ajaran agama
tersebut berasal dari si pembawa agama itu sendiri, merupakan temuan dari hasil
pencariannya, dari hasil pemikiran atau mungkin pemikiran banyak orang -
kemudian disebar luaskan oleh sang pembawa agama.
Tulisan ini tidak
membahas misalnya tentang asal mula agama yang berasal dari satu Tuhan tapi
mengapa ajarannya berbeda dan sebagainya, ataupun masalah-masalah sensitif
lainnya dari aspek agama-agama yang berbeda. Tulisan ini hanya ingin mengajak
pembaca untuk masuk ke pemikiran logis agar kita bisa menempatkan diri dengan
baik dalam bermasyarakat demi terciptanya satu bangsa Indonesia yang bersatu,
harmonis, kuat, sejahtera, dan maju. Harapannya masalah-masalah yang sensitif
yang timbul dari aspek agama-agama yang berbeda bisa berkurang atau menjadi
tidak ada.
Tidak bersaudara
dalam iman tapi bersaudara dalam kemanusiaan, inilah yang menjadi pedoman kita
semua agar hidup di dunia ini kita bisa rukun, saling bantu, hormat-menghormati
satu sama lain, dan menghormati keyakinan lain. Kalau suatu agama dipahami
sebagai membimbing umatnya agar selamat dan bahagia hidupnya di dunia yang
sekarang ini, maka hendaknya kita sebagai umat beragama berperilakulah baik,
berperilakulah bijaksana. Tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh - tahu
mana yang baik dan mana yang tidak baik sehingga tidak kita lakukan.
Semua pemeluk
agama yang diakui di Indonesia itu mengakui adanya hukum tabur-tuai, oleh
karena itu tulisan ini akan lebih banyak membicarakan mengenai Hukum Tabur-Tuai
yang sudah dibenarkan oleh semua pemeluk agama. Hukum tabur-tuai sama dengan
hukum sebab-akibat atau hukum karma. Kalau kita ingin selamat dan bahagia masuk
di kehidupan berikutnya di alam yang baru setelah kematian, yaitu masuk Surga
atau masuk ke alam bahagia lainnya, maka masuk akal kalau dalam hidup ini kita berperilaku
baik, bajik dan bijaksana, tidak melanggar tata-krama sehingga tidak melaggar
hukum – kita akan selamat, tidak berkelahi dan tidak masuk penjara. Kita akan
selamat dan bahagia dalam menjalani hidup di dunia ini. Hidup yang baik yang
tidak menyakiti dan atau tidak merugikan orang bahkan tidak menyakiti makhluk
lain karena tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh sebagai sebab atau
sebagai benih yang kita tabur - maka wajar sebagai akibatnya setelah kematian
kita akan selamat masuk di alam kehidupan berikutnya - di alam kehidupan yang
baru – di alam bahagia. Kalau suatu agama menjelaskan bahwa itu belum cukup dan
harus mengikuti ketentuan lain dari agama yang dimaksud - silahkan perilaku
dilengkapi dengan aturan menurut agama masing-masing. Hidup dengan kebersamaan
di dunia ini yang paling penting perilaku baik hendaknya diutamakan.
Kita yang
berbeda-beda ini, berbeda agama, suku, budaya dan golongan, sebagai satu bangsa
yang sama yaitu bangsa Indonesia - marilah kita semua mengupayakan dapat berperilaku
baik, yaitu tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh. Tidak dapat
dimanfaatkan oleh politisi yang haus kekuasaan, yang tidak takut dosa, yang
tidak memahami esensi ajaran agamanya sendiri.
Jika semasa
hidup ini perilakunya baik - maka kehidupan berikutnya akan berada di alam yang
baik. Jika perilakunya lebih baik lagi - maka kehidupan berikutnya akan berada
di alam yang lebih baik lagi. Demikian seterusnya hingga menjadi manusia suci
tanpa dosa - sehingga kondisi berikutnya setelah kematian tidak bertumimbal
lahir di alam kehidupan manapun - yang artinya telah padam, telah merealisasi
kebahagiaan sejati kekal selamanya, bukan kebahagiaan inderawi lagi.
Kebahagiaan inderawi di alam manusia tidak kekal, selalu berubah. Perubahan itu
menimbulkan ketidakpuasan, menimbulkan dukkha atau penderitaan. Kondisi yang
membahagiakan yang tidak berubahpun akan mendatangkan penderitaan karena yang
menikmatinya menjadi bosan, kali ini yang berubah adalah perasaan bahagianya.
Kebahagiaan di alam-alam yang lebih tinggi dari alam manusia juga tidak kekal -
akan berubah juga. Segala bentukan, benda-benda, perasaan, bentuk-bentuk
pikiran, kesadaran, dan segala fenomena yang ada setiap saat berubah. Ini
adalah hukum alam yang tidak bisa dirubah. Oleh karena itu mau atau tidak mau –
kalau mau survive dan bahagia - kita harus menyesuaikan diri – yaitu menyikapi
dengan baik dan benar berlakunya hukum alam.
Oleh karena
semuanya selalu berubah maka yang namanya roh atau jiwa yang kekal itu tidak
ada – karena selalu berubah. Kalau mau merealisasi kebahagiaan sejati - maka
penyebab dukkha harus dipotong, harus dipadamkan. Kalau sebabnya padam maka
akibatnyapun padam. Roh, jiwa, atau kesadarannya sudah menjadi bijaksana. Badan
jasmani atau orangnya menjadi orang suci, kilesa atau kotoran bantinnya sudah
berhasil dihancur-lemburkan tanpa sisa. Berhasil merealisasi Nibbana yang
menjadi tujuan semua makhluk hidup, tidak bertumimbal lahir kembali di alam
kehidupan manapun, telah merealisasi kebahagiaan sejati. Manusia suci yang
istilah umumnya tanpa dosa itu ada, sudah banyak sekali yang berhasil
mencapainya, yaitu telah berhasil menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan
sukses, telah merealisasi hasil tertinggi dari Vipassana Bhavana.
Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar