Translate

Jumat, 14 Oktober 2022

Sudah Baik dan Pintarkah Anda?

Sebagai seorang pemeluk agama hendaknya kita ini tidak bodoh - mampu mengamalkan ajaran agama sendiri dengan baik sehingga bisa berperilaku baik – agar selamat dan bahagia hidup di dunia yang kita jalani sekarang ini - selamat dan bahagia di kehidupan berikutnya setelah meninggal dunia, di alam yang baru, yaitu masuk Surga atau masuk ke alam bahagia lainnya.

Agama itu banyak sekali, yang diakui di Indonesia ada 6 agama, semua memiliki pemeluknya masing-masing, pemeluknya memiliki karakter masing-masing. Sebenarnya agama itu apa sih? Menurut tulisan ini agama itu diciptakan untuk membimbing umatnya agar selamat dan bahagia hidupnya di dunia ini, dan setelah meninggal dunia bahagia di kehidupan berikutnya di alam yang baru. Surga dan Neraka adalah alam kehidupan baru setelah kematian. Karena agama itu banyak maka sudah barang tentu ajarannya berbeda-beda, sumbernyapun berbeda-beda. Kalau sumbernya hanya satu tentu agama itu hanya ada satu. Disini kita berbicara berdasarkan logika, tidak  terkait dengan ajaran agama tertentu karena akan tidak sesuai dengan ajaran agama lain.

Yang sudah jelas - artinya nyata - agama itu dibawa, disebarkan, atau berasal dari seorang manusia. Para pembawa agama memperoleh ajaran agama yang dibawanya itu berasal dari mana tentunya berbeda-beda. Beberapa pembawa agama menyatakan bahwa agama yang dibawanya berasal dari Tuhan. Yaitu berasal dari firman Tuhan atau berasal dari wahyu Tuhan. Beberapa agama lainnya dapat diketahui bahwa ajaran agama tersebut berasal dari si pembawa agama itu sendiri, merupakan temuan dari hasil pencariannya, dari hasil pemikiran atau mungkin pemikiran banyak orang - kemudian disebar luaskan oleh sang pembawa agama.

Tulisan ini tidak membahas misalnya tentang asal mula agama yang berasal dari satu Tuhan tapi mengapa ajarannya berbeda dan sebagainya, ataupun masalah-masalah sensitif lainnya dari aspek agama-agama yang berbeda. Tulisan ini hanya ingin mengajak pembaca untuk masuk ke pemikiran logis agar kita bisa menempatkan diri dengan baik dalam bermasyarakat demi terciptanya satu bangsa Indonesia yang bersatu, harmonis, kuat, sejahtera, dan maju. Harapannya masalah-masalah yang sensitif yang timbul dari aspek agama-agama yang berbeda bisa berkurang atau menjadi tidak ada.

Tidak bersaudara dalam iman tapi bersaudara dalam kemanusiaan, inilah yang menjadi pedoman kita semua agar hidup di dunia ini kita bisa rukun, saling bantu, hormat-menghormati satu sama lain, dan menghormati keyakinan lain. Kalau suatu agama dipahami sebagai membimbing umatnya agar selamat dan bahagia hidupnya di dunia yang sekarang ini, maka hendaknya kita sebagai umat beragama berperilakulah baik, berperilakulah bijaksana. Tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh - tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik sehingga tidak kita lakukan.

Semua pemeluk agama yang diakui di Indonesia itu mengakui adanya hukum tabur-tuai, oleh karena itu tulisan ini akan lebih banyak membicarakan mengenai Hukum Tabur-Tuai yang sudah dibenarkan oleh semua pemeluk agama. Hukum tabur-tuai sama dengan hukum sebab-akibat atau hukum karma. Kalau kita ingin selamat dan bahagia masuk di kehidupan berikutnya di alam yang baru setelah kematian, yaitu masuk Surga atau masuk ke alam bahagia lainnya, maka masuk akal kalau dalam hidup ini kita berperilaku baik, bajik dan bijaksana, tidak melanggar tata-krama sehingga tidak melaggar hukum – kita akan selamat, tidak berkelahi dan tidak masuk penjara. Kita akan selamat dan bahagia dalam menjalani hidup di dunia ini. Hidup yang baik yang tidak menyakiti dan atau tidak merugikan orang bahkan tidak menyakiti makhluk lain karena tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh sebagai sebab atau sebagai benih yang kita tabur - maka wajar sebagai akibatnya setelah kematian kita akan selamat masuk di alam kehidupan berikutnya - di alam kehidupan yang baru – di alam bahagia. Kalau suatu agama menjelaskan bahwa itu belum cukup dan harus mengikuti ketentuan lain dari agama yang dimaksud - silahkan perilaku dilengkapi dengan aturan menurut agama masing-masing. Hidup dengan kebersamaan di dunia ini yang paling penting perilaku baik hendaknya diutamakan.

Kita yang berbeda-beda ini, berbeda agama, suku, budaya dan golongan, sebagai satu bangsa yang sama yaitu bangsa Indonesia - marilah kita semua mengupayakan dapat berperilaku baik, yaitu tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh. Tidak dapat dimanfaatkan oleh politisi yang haus kekuasaan, yang tidak takut dosa, yang tidak memahami esensi ajaran agamanya sendiri.

Jika semasa hidup ini perilakunya baik - maka kehidupan berikutnya akan berada di alam yang baik. Jika perilakunya lebih baik lagi - maka kehidupan berikutnya akan berada di alam yang lebih baik lagi. Demikian seterusnya hingga menjadi manusia suci tanpa dosa - sehingga kondisi berikutnya setelah kematian tidak bertumimbal lahir di alam kehidupan manapun - yang artinya telah padam, telah merealisasi kebahagiaan sejati kekal selamanya, bukan kebahagiaan inderawi lagi. Kebahagiaan inderawi di alam manusia tidak kekal, selalu berubah. Perubahan itu menimbulkan ketidakpuasan, menimbulkan dukkha atau penderitaan. Kondisi yang membahagiakan yang tidak berubahpun akan mendatangkan penderitaan karena yang menikmatinya menjadi bosan, kali ini yang berubah adalah perasaan bahagianya. Kebahagiaan di alam-alam yang lebih tinggi dari alam manusia juga tidak kekal - akan berubah juga. Segala bentukan, benda-benda, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran, dan segala fenomena yang ada setiap saat berubah. Ini adalah hukum alam yang tidak bisa dirubah. Oleh karena itu mau atau tidak mau – kalau mau survive dan bahagia - kita harus menyesuaikan diri – yaitu menyikapi dengan baik dan benar berlakunya hukum alam.

Oleh karena semuanya selalu berubah maka yang namanya roh atau jiwa yang kekal itu tidak ada – karena selalu berubah. Kalau mau merealisasi kebahagiaan sejati - maka penyebab dukkha harus dipotong, harus dipadamkan. Kalau sebabnya padam maka akibatnyapun padam. Roh, jiwa, atau kesadarannya sudah menjadi bijaksana. Badan jasmani atau orangnya menjadi orang suci, kilesa atau kotoran bantinnya sudah berhasil dihancur-lemburkan tanpa sisa. Berhasil merealisasi Nibbana yang menjadi tujuan semua makhluk hidup, tidak bertumimbal lahir kembali di alam kehidupan manapun, telah merealisasi kebahagiaan sejati. Manusia suci yang istilah umumnya tanpa dosa itu ada, sudah banyak sekali yang berhasil mencapainya, yaitu telah berhasil menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan sukses, telah merealisasi hasil tertinggi dari Vipassana Bhavana.

Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar