Translate

Rabu, 19 Oktober 2022

Ketuhanan Yang Maha Esa

Tulisan ini berbagi mengenai pemahaman yang berbeda - jika Anda tidak sependapat - silahkan diabaikan saja dan lupakan. Pemahaman tersebut adalah sebagai berikut : Ketuhanan Yang Maha Esa itu berbeda dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dapat dipahami kalau Ketuhanan Yang Maha Esa itu merupakan Kata Sifat, sedangkan Tuhan Yang Maha Esa adalah Kata Benda. Menurut tulisan ini yang disebut Tuhan itu sebenarnya tak bisa dinalar, jadi tidak harus dipersepsikan dengan pemahaman tertentu. Buktinya ada banyak pemahaman yang berbeda-beda tentang Tuhan. Tidak bisa persis sama. Umumnya Tuhan dipersepsikan sebagai yang mempunyai kehendak, maha kuasa, menciptakan dan menentukan segalanya termasuk menghukum, mencobai dan memberi pahala. Jika demikian maka tidak bisa disangkal lagi bahwa Tuhan itu seperti manusia, yang memiliki nafsu keinginan. Menurut video ini pemahaman seperti itu adalah pemahaman harafiah - karena pemahaman yang sesungguhnya tidaklah mudah. Selain tidak mudah juga tidak terlalu penting untuk diusut-usut terus karena tidak akan memberikan manfaat, hanya akan mengundang perdebatan yang tiada henti. Pemehaman harafiah mengenai Tuhan itu di jaman dulu mungkin diperlukan untuk mendidik manusia agar memiliki perilaku yang baik, atau memiliki peradaban yang baik.

Persepsi tentang Tuhan itu terkait dengan tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia itu apa sih? Pastinya semua orang ingin bahagia selamanya bukan? OK sebelum hal ini dibahas, mari kita selesaikan dulu masalah pemahaman mengenai Tuhan tadi hingga dirasa cukup. Menurut tulisan ini - karena Tuhan itu dikatakan kekal - maka yang lebih tepat adalah sebutan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa - yang bukan Kata Benda melainkan Kata Sifat – karena yang disebut dalam kata benda itu tidak kekal. Maka oleh karena itu - yang mendekati kebenaran adalah : oleh karena Ketuhanan Yang Maha Esa maka semuanya ini ada, alam semesta ini ada, hukum yang berlaku menentukan seperti itu. Hukum yang berlaku atau Hukum Alamnya menyatakan bahwa semuanya ini telah ada, alam semesta ini telah ada, dan tak terkatakan kapan alam semesta ini mulai ada karena saking lamanya proses, perjalanan atau kejadian-kejadian yang telah berlalu – telah berlalu lama sekali. Katakanlah Alam Semesta ini keberadaannya tanpa awal dan tanpa akhir. Tidak mengenal adanya Causa Prima. Dengan cara atau dengan pengetahuan apapun awal adanya Alam Semesta ini tidak terlihat - karena saking lamanya. Demikian juga akhir dari Alam Semesta ini juga tidak bisa diketahui. Alam Semesta itu akan hancur – tetapi akan terbentuk kembali dalam waktu yang sangat lama sekali. Proses kehancuran dan juga terbentuknya kembali Alam Semesta itu memerlukan waktu yang sangat lama sekali – tak terhingga lamanya. Yang dapat diketahui atau dapat kita saksikan adalah bahwa alam semesta ini setiap saat mengalami perubahan. Bumi, Tatasurya, dan Galaksi kita ini akan hancur atau kiamat total, tetapi akan terbentuk kembali dengan memerlukan waktu yang sangat lama sekali. Benda-benda atau fenomena itu selalu berubah setiap saat, tidak tetap, tidak kekal, demikian juga dengan Alam Semesta selalu berubah, hancur atau kiamat dan akan terbentuk kembali. Itulah yang dinamakan selalu berubah tanpa awal dan tanpa akhir. Hukum Alam-nya begitu. Kalau ada penciptaan – maka siapakah yang menciptakan si pencipta? Karena sudah Hukum Alam maka semuanya ini ada. Hukum Alam itu Kata Sifat sehingga keberadaannya kekal, artinya Hukum Alam itu kekal. Apakah Hukum Alam adalah Tuhan atau Ketuhanan Yang Maha Esa? Mengenai masalah ini diserahkan kepada persepsi atau pemahaman masing-masing, tidak usah dipersoalkan karena akan mengundang perselisihan.

Ada suatu yang tak berkondisi - yang tidak dilahirkan - yang tidak menjelma - yang tidak tercipta - yang mutlak – yang demikian itu adalah Nirwana atau Nibbana - yaitu kondisi padam - kondisi damai - biasa disebut juga sebagai kondisi bahagia hakiki selamanya. Itulah Nibbana yang menjadi tujuan hidup semua makhluk.

Sekarang kita bahas secara singkat tetang tujuan hidup manusia yang ingin bahagia selamanya. Kebahagiaan inderawi atau kebahagiaan duniawi itu tidak kekal, akan berubah menjadi tidak bahagaia - karena segala sesuatu atau fenomena itu selalu berubah. Jadi kebahagiaan sejati itu datangnya bukan dari luar diri seseorang melainkan dari dalam diri. Kalau kita bisa mengelola nafsu keinginan di jalan tengah - yaitu menjadi seimbang - maka kita tidak akan terpengaruh dengan kondisi apapun di luar diri – artinya kita menjadi bahagia yang dapat bertahan lama atau selalu merasakan kebahagiaan. Makin tinggi kualitas batin kita, maka akan semakin bahagia dan semakin langgeng bahagia kita. Jika kita sudah berhasil memadamkan keinginan yang salah tanpa sisa – itu artinya telah berhasil merealisasi Nibbana - telah berhasil mencapai penerangan sempurna. Pencapaian penerangan sempurna itu merupakan hasil tertinggi dari berlatih meditasi vipassana atau meditasi pandangan terang, telah menjadi seorang Arahat atau orang suci yang sudah tidak mungkin mundur kembali melakukan hal-hal buruk, dan tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun, telah padam, telah merealisasi kebahagiaan kekal.

Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar