Tulisan ini berbagi mengenai pemahaman yang berbeda
- jika Anda tidak sependapat - silahkan diabaikan saja dan lupakan. Pemahaman
tersebut adalah sebagai berikut : Ketuhanan Yang Maha Esa itu berbeda dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Dapat dipahami kalau Ketuhanan Yang Maha Esa itu merupakan
Kata Sifat, sedangkan Tuhan Yang Maha Esa adalah Kata Benda. Menurut tulisan
ini yang disebut Tuhan itu sebenarnya tak bisa dinalar, jadi tidak harus
dipersepsikan dengan pemahaman tertentu. Buktinya ada banyak pemahaman yang
berbeda-beda tentang Tuhan. Tidak bisa persis sama. Umumnya Tuhan dipersepsikan
sebagai yang mempunyai kehendak, maha kuasa, menciptakan dan menentukan
segalanya termasuk menghukum, mencobai dan memberi pahala. Jika demikian maka
tidak bisa disangkal lagi bahwa Tuhan itu seperti manusia, yang memiliki nafsu
keinginan. Menurut video ini pemahaman seperti itu adalah pemahaman harafiah -
karena pemahaman yang sesungguhnya tidaklah mudah. Selain tidak mudah juga
tidak terlalu penting untuk diusut-usut terus karena tidak akan memberikan
manfaat, hanya akan mengundang perdebatan yang tiada henti. Pemehaman harafiah
mengenai Tuhan itu di jaman dulu mungkin diperlukan untuk mendidik manusia agar
memiliki perilaku yang baik, atau memiliki peradaban yang baik.
Persepsi tentang Tuhan itu terkait dengan tujuan hidup manusia. Tujuan
hidup manusia itu apa sih? Pastinya semua orang ingin bahagia selamanya bukan?
OK sebelum hal ini dibahas, mari kita selesaikan dulu masalah pemahaman
mengenai Tuhan tadi hingga dirasa cukup. Menurut tulisan ini - karena Tuhan itu
dikatakan kekal - maka yang lebih tepat adalah sebutan tentang Ketuhanan Yang
Maha Esa - yang bukan Kata Benda melainkan Kata Sifat – karena yang disebut
dalam kata benda itu tidak kekal. Maka oleh karena itu - yang mendekati
kebenaran adalah : oleh karena Ketuhanan Yang Maha Esa maka semuanya ini ada,
alam semesta ini ada, hukum yang berlaku menentukan seperti itu. Hukum yang
berlaku atau Hukum Alamnya menyatakan bahwa semuanya ini telah ada, alam
semesta ini telah ada, dan tak terkatakan kapan alam semesta ini mulai ada
karena saking lamanya proses, perjalanan atau kejadian-kejadian yang telah
berlalu – telah berlalu lama sekali. Katakanlah Alam Semesta ini keberadaannya
tanpa awal dan tanpa akhir. Tidak mengenal adanya Causa Prima. Dengan cara atau
dengan pengetahuan apapun awal adanya Alam Semesta ini tidak terlihat - karena
saking lamanya. Demikian juga akhir dari Alam Semesta ini juga tidak bisa
diketahui. Alam Semesta itu akan hancur – tetapi akan terbentuk kembali dalam
waktu yang sangat lama sekali. Proses kehancuran dan juga terbentuknya kembali
Alam Semesta itu memerlukan waktu yang sangat lama sekali – tak terhingga
lamanya. Yang dapat diketahui atau dapat kita saksikan adalah bahwa alam
semesta ini setiap saat mengalami perubahan. Bumi, Tatasurya, dan Galaksi kita
ini akan hancur atau kiamat total, tetapi akan terbentuk kembali dengan
memerlukan waktu yang sangat lama sekali. Benda-benda atau fenomena itu selalu
berubah setiap saat, tidak tetap, tidak kekal, demikian juga dengan Alam
Semesta selalu berubah, hancur atau kiamat dan akan terbentuk kembali. Itulah
yang dinamakan selalu berubah tanpa awal dan tanpa akhir. Hukum Alam-nya
begitu. Kalau ada penciptaan – maka siapakah yang menciptakan si pencipta?
Karena sudah Hukum Alam maka semuanya ini ada. Hukum Alam itu Kata Sifat
sehingga keberadaannya kekal, artinya Hukum Alam itu kekal. Apakah Hukum Alam
adalah Tuhan atau Ketuhanan Yang Maha Esa? Mengenai masalah ini diserahkan
kepada persepsi atau pemahaman masing-masing, tidak usah dipersoalkan karena
akan mengundang perselisihan.
Ada suatu yang tak berkondisi - yang tidak dilahirkan - yang tidak
menjelma - yang tidak tercipta - yang mutlak – yang demikian itu adalah Nirwana
atau Nibbana - yaitu kondisi padam - kondisi damai - biasa disebut juga sebagai
kondisi bahagia hakiki selamanya. Itulah Nibbana yang menjadi tujuan hidup
semua makhluk.
Sekarang kita bahas secara singkat tetang tujuan hidup manusia yang ingin
bahagia selamanya. Kebahagiaan inderawi atau kebahagiaan duniawi itu tidak
kekal, akan berubah menjadi tidak bahagaia - karena segala sesuatu atau
fenomena itu selalu berubah. Jadi kebahagiaan sejati itu datangnya bukan dari
luar diri seseorang melainkan dari dalam diri. Kalau kita bisa mengelola nafsu
keinginan di jalan tengah - yaitu menjadi seimbang - maka kita tidak akan
terpengaruh dengan kondisi apapun di luar diri – artinya kita menjadi bahagia
yang dapat bertahan lama atau selalu merasakan kebahagiaan. Makin tinggi
kualitas batin kita, maka akan semakin bahagia dan semakin langgeng bahagia
kita. Jika kita sudah berhasil memadamkan keinginan yang salah tanpa sisa – itu
artinya telah berhasil merealisasi Nibbana - telah berhasil mencapai penerangan
sempurna. Pencapaian penerangan sempurna itu merupakan hasil tertinggi dari
berlatih meditasi vipassana atau meditasi pandangan terang, telah menjadi
seorang Arahat atau orang suci yang sudah tidak mungkin mundur kembali
melakukan hal-hal buruk, dan tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun,
telah padam, telah merealisasi kebahagiaan kekal.
Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar