Translate

Selasa, 11 Oktober 2022

Akar Segala Sesuatu

Tulisan ini menyampaikan intisari tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta. Mūlapariyāya Sutta - menceritakan ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Ukkaṭṭhā di Hutan Subhaga di bawah pohon sāla besar. Beliau memanggil para bhikkhu dan kemudian berkata bahwa beliau akan mengajarkan sebuah khotbah kepada Para bhikkhu tentang akar dari segala sesuatu.

Intisari dari ajaran Sang Bhagava yang disampaikan kepada para bhikkhu tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta - menurut tulisan ini adalah mengenai penguasaan pemahaman dan pencapaian tertinggi dari praktik mengakhiri Dua belas mata rantai sebab-musabab yang saling bergantungan (Paticcasamuppada) mulai dari orang biasa, Arahat sampai dengan yang disebut Tathagata-2, dimana rincian singkatnya yang dikatakan oleh - Sang Bhagava adalah sebagai berikut :


Orang biasa :

Orang biasa menganggap [dirinya sebagai] sesuatu, ia menganggap [dirinya] dalam sesuatu, ia menganggap [dirinya terpisah] dari sesuatu, ia menganggap sesuatu sebagai ‘milikku,’ ia bersenang dalam sesuatu, karena ia belum sepenuhnya memahami sesuatu yang dimaksud. Dimana sesuatu tersebut adalah tentang : tanah, air, api, dan udara yang membentuk Ruppa atau badan jasmani dan mengenai : makhluk-makhluk, dewa-dewa, Pajāpati, Brahmā, para dewa dengan Cahaya Gemerlap, para dewa dengan Keagungan Gemilang, para dewa dengan Buah Besar, raja, landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, landasan bukan persepsi juga bukan tanpa-persepsi, yang terlihat, yang terdengar, yang terindra, yang dikenali, kesatuan, keberagaman, keseluruhan, dan Nibbāna. Mengapa demikian? Karena seperti yang disebut tadi, orang biasa itu belum sepenuhnya memahami tentang sesuatu itu : tanah, air, api dan sebagainya sebagaimana mestinya.


Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi :

Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi seharusnya tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi itu sudah dapat memahami sepenuhnya tentang sesuatu, yaitu tanah, air, api dan seterusnya...


Arahat – 1 :

Arahat – 1 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant – 1 telah memahami sepenuhnya tentang tanah, air, api dan seterusnya...


Arahat – 2 :

Arahat – 2 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant-2 telah terbebaskan dari nafsu melalui hancurnya nafsu.


Arahat – 3 :

Arahat – 3 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahat-3 telah terbebaskan dari kebencian melalui hancurnya kebencian.


Arahat – 4 :

Arahat – 4 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant-4 telah terbebaskan dari delusi melalui hancurnya delusi.


Tathāgata – 1 :

Tathāgata – 1 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Beliau telah memahami sepenuhnya hingga akhir.


Tathāgata – 2 :

Tathāgata – 2 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air, api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Tathagata-2 telah memahami bahwa kesenangan adalah akar penderitaan, dan bahwa dengan penjelmaan [sebagai kondisi] maka ada kelahiran, dan bahwa dengan apapun yang terlahir itu, maka ada penuaan dan kematian. Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui kehancuran, peluruhan, pelenyapan, penghentian, dan pelepasan ketagihan sepenuhnya, Sang Tathāgata telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi.


Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Tetapi para bhikkhu itu tidak bergembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

Demikianlah intisari tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta. Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar