“Mengapa Tuhan tidak pernah menampakkan diri? Supaya para pemeluk agama-agama yang berbeda yang gemar saling
mengolok-olok,
saling membenarkan ajaran agamanya masing-masing tidak
lagi terjadi?
Supaya semua pertikaian antar pemeluk agama yang berbeda
bisa berakhir? Supaya dunia ini menjadi aman dan tentram? Kenapa Tuhan dalam menyampaikan
perintah dan
larangan tidak
berterus terang, melainkan melalui perantara wahyu kepada Nabi-nabi? Seperti apakah proses turunnya wahyu Tuhan
itu? Benarkah prosesnya seperti yang dikatakan orang? Kalau modelnya seperti itu, maka ada yang percaya dan ada pula yang tidak percaya dengan
kebenaran agama wahyu? Kenapa tidak dilakukan misalnya dari langit
Tuhan menampakkan diri dan berbicara kepada manusia menyampaikan perintah-perintah dan larangannya secara nyata? Kalau begitu kan dunia ini menjadi
aman dan
damai, karena banyak orang yang menyaksikan
bahwa Tuhan itu ada, dan karena semua orang mengikuti
perintahnya
dan
menjauhi larangannya sehingga semua manusia masuk surga? Mengapa tidak dilakukan oleh Tuhan? Mengapa oh mengapa? Atau benarkah bahwa wahyu Tuhan itu ada?” Demikianlah
pertanyaan-pertanyaannya.
Apalagi kalau turunnya wahyu itu kejadiannya
sudah ribuan tahun yang lalu, dan hingga saat ini tidak ada lagi kelanjutannya
yang terkait dengan hal tersebut. Dapat dikatakan saat ini Tuhan sudah tidak lagi
berhubungan dengan manusia. Kenapa demikian? Herannya mengapa sampai saat ini
masih banyak orang yang percaya bahwa Tuhan menurunkan kitab suci (menurunkan firman) melalui wahyu Tuhan?
Dengan semua pertanyaan tersebut diatas
mengapa tidak banyak orang yang memahami bahwa sebenarnya yang disebut Tuhan
itu tidak dapat dinalar atau tidak terpikirkan? Tidak dapat digambarkan dalam
bentuk apapun. Tuhan itu adalah yang mutlak. Lebih tepat kalimat Ketuhanan Yang
Maha Esa bukan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ideologi negara kita. Kalau
ada yang mutlak, maka ada kemungkinan manusia bisa terbebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, atau pemunculan dari sebab yang lalu, mencapai
kesempurnaan.
Mengapa tidak banyak manusia yang mencari
ajaran kesunyataan yang kitab sucinya sebanyak tiga lemari, yang menjelaskan
tentang seluk-beluk kehidupan manusia, bahkan kehidupan makhluk lain, tentang
alam semesta ini, dan lain sebagainya yang sudah ditemukan jawabnya oleh Guru Agung
kita, Guru Agung Manusia dan Dewa, yang semuanya logis dan bebas untuk
didiskusikan? Bahkan bebas juga untuk tidak dipercayai kebenarannya.
Akan tetapi tidak menjadi masalah ajaran apapun itu jika pada intinya mengajarkan kebaikan, mengajarkan untuk tidak serakah, tidak membenci dan tidak dungu atau tidak delusi, karena ajaran seperti inilah yang diperlukan oleh manusia agar hidupnya selamat sampai akhir dan tidak merugi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar