Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Selasa, 11 Oktober 2022
BOLEHKAH MENINGGALKAN KELUARGA BARU UNTUK MENJADI BHIKKHU?
Akar Segala Sesuatu
Tulisan ini menyampaikan intisari tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta. Mūlapariyāya Sutta - menceritakan ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Ukkaṭṭhā di Hutan Subhaga di bawah pohon sāla besar. Beliau memanggil para bhikkhu dan kemudian berkata bahwa beliau akan mengajarkan sebuah khotbah kepada Para bhikkhu tentang akar dari segala sesuatu.
Intisari dari ajaran Sang Bhagava yang disampaikan kepada para bhikkhu
tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta -
menurut tulisan ini adalah mengenai penguasaan pemahaman dan pencapaian tertinggi
dari praktik mengakhiri Dua belas mata rantai sebab-musabab yang saling
bergantungan (Paticcasamuppada) mulai dari orang biasa, Arahat sampai dengan
yang disebut Tathagata-2, dimana rincian singkatnya yang dikatakan oleh - Sang
Bhagava adalah sebagai berikut :
Orang biasa :
Orang biasa menganggap [dirinya sebagai] sesuatu, ia menganggap [dirinya]
dalam sesuatu, ia menganggap [dirinya terpisah] dari sesuatu, ia menganggap
sesuatu sebagai ‘milikku,’ ia bersenang dalam sesuatu, karena ia belum
sepenuhnya memahami sesuatu yang dimaksud. Dimana sesuatu tersebut adalah tentang
: tanah, air, api, dan udara yang membentuk Ruppa atau badan jasmani dan
mengenai : makhluk-makhluk, dewa-dewa, Pajāpati, Brahmā, para dewa dengan
Cahaya Gemerlap, para dewa dengan Keagungan Gemilang, para dewa dengan Buah
Besar, raja, landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas,
landasan kekosongan, landasan bukan persepsi juga bukan tanpa-persepsi, yang
terlihat, yang terdengar, yang terindra, yang dikenali, kesatuan, keberagaman,
keseluruhan, dan Nibbāna. Mengapa demikian? Karena seperti yang disebut tadi,
orang biasa itu belum sepenuhnya memahami tentang sesuatu itu : tanah, air, api
dan sebagainya sebagaimana mestinya.
Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi :
Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi seharusnya tidak menganggap [dirinya
sebagai] sesuatu dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Siswa Dalam Latihan
Yang Lebih Tinggi itu sudah dapat memahami sepenuhnya tentang sesuatu, yaitu
tanah, air, api dan seterusnya...
Arahat – 1 :
Arahat – 1 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant – 1 telah memahami
sepenuhnya tentang tanah, air, api dan seterusnya...
Arahat – 2 :
Arahat – 2 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant-2 telah terbebaskan
dari nafsu melalui hancurnya nafsu.
Arahat – 3 :
Arahat – 3 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahat-3 telah terbebaskan
dari kebencian melalui hancurnya kebencian.
Arahat – 4 :
Arahat – 4 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Arahant-4 telah terbebaskan
dari delusi melalui hancurnya delusi.
Tathāgata – 1 :
Tathāgata – 1 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Beliau telah memahami
sepenuhnya hingga akhir.
Tathāgata – 2 :
Tathāgata – 2 tidak menganggap [dirinya sebagai] sesuatu (tanah, air,
api...) dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena Tathagata-2 telah memahami
bahwa kesenangan adalah akar penderitaan, dan bahwa dengan penjelmaan [sebagai
kondisi] maka ada kelahiran, dan bahwa dengan apapun yang terlahir itu, maka
ada penuaan dan kematian. Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui kehancuran,
peluruhan, pelenyapan, penghentian, dan pelepasan ketagihan sepenuhnya, Sang
Tathāgata telah tercerahkan hingga pencerahan sempurna yang tertinggi.
Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Tetapi para bhikkhu itu
tidak bergembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
Demikianlah intisari tentang : “Akar Segala Sesuatu” dari Majjhima Nikaya – 1 : Mūlapariyāya Sutta. Semoga bermanfaat.
SEKELUMIT PERCAKAPAN MENARIK
Percakapan tersebut dimulai dari si A yang berkata demikian : Orang bodoh itu ternyata memiliki peran penting juga ya di dunia ini. Dibutuhkan oleh orang lain. Contoh : "kaum radikalis salah" - dimanfaatkan oleh elit politik untuk kepentingan pribadi dan golongan. Waspadalah.! jangan sampai kaum "radikal salah" tersebut dipelihara dan dilestarikan.!
Si B menimpali : Kalau itu menyangkut agama, sebetulnya agama bukan untuk
membodoh-bodohin orang, tapi sebaliknya... hhh...
Disambut oleh si C : Bila tidak ada orang bodoh, pastilah dunia ini
sangat sepi...
Kembali si A berkomentar : Hanya saja janganlah kita ini menjadi bagian dari
orang-orang bodoh yang dimaksud. Biarlah yang lain saja.
Akhirnya percakapan tersebut ditutup oleh si D sebagai berikut : Betul, betul, betul, setuju sekali... Bodoh itu tidak berarti tidak memiliki berlembar-lembar ijazah
hingga ijazah doktor. Tapi nalarnya saja yang tertutup oleh kepercayaan yang salah
yang dijejalkan oleh guru dan atau orang tua hingga otaknya seolah tercuci sedemikian
rupa. Sejak kecil didoktrin terus-menerus, tidak dibebaskan untuk bertanya secara
kritis. Contoh yang pernah terjadi adalah – dulu – kasus Dimas Kanjeng, yang
mampu menggandakan uang - dipercayai oleh seseorang yang berpendidikan PhD, pastilah
karena sejak kecil beliau itu dijejali oleh keyakinan dengan pemahaman yang
salah, salah tapi tidak boleh dibantah. Kini sudah tiba saatnya anak-anak itu
dibebaskan untuk bertanya apapun, dan jawablah sesuai kitab tapi yang logis - agar
jika terjadi diskusi – maka diskusinya baik, bebas tapi damai. Mengamalkan ajaran
agama apapun yang dipercayainya - yang diakui oleh negara itu - sangat
diperbolehkan, yang tidak boleh adalah jika amalannya itu menyakiti dan atau
memojokkan orang lain atau menyakiti hati orang yang berbeda keyakinan. Keyakinan
yang berbeda itu dapat terjadi karena masing-masing orang itu memiliki jodohnya
masing-masing yang bisa saja berbeda.
Demikianlah tulisan ini, semoga bermanfaat.
Diskusi Menarik (3)
Diskusi atau penyampaian pemahaman dalam video ini dimulai dengan pernyampaian si A sebagai berikut : SEMUA BENDA DAN SEGALA SESUATU PASTI ADA ORANG YANG MENCIPTAKAN ATAU MEMBUATNYA. DEMIKIAN JUGA ALAM SEMESTA YANG AGUNG DAN MULIA ITU JUGA PASTI ADA "PENCIPTANYA", YAITU TUHAN ALLAH YANG "MAHA KUASA", YANG TANPA "AWAL DAN AKHIR " DAN EKSISTENSINYA "DARI KEKAL SAMPAI KEKAL" KEBENARAN INI SANGAT JELAS TERTULIS DIDALAM ALKITAB YANG DIILHAMKAN / DIWAHYUKAN OLEH ALLAH SENDIRI. DAN "KEPASTIAN KESELAMATAN" BAGI SEMUA ORANG YANG BERIMAN KEPADA TUHAN ALLAH YESUS KRISTUS ITU JUGA DIJANJIKAN DAN DIJAMIN OLEH DIA. TERJADI ATAU BERAWALNYA ALAM SEMESTA JUGA SANGAT JELAS TERCANTUM DIDALAM ALKITAB YAITU DICIPTAKAN OLEH TUHAN ALLAH DAN AKAN DIMUSNAHKAN OLEH TUHAN JUGA PADA HARI KIAMAT - YAITU PADA WAKTU KEDATANGAN TUHAN YESUS KELAK. KARENA ITU - SEMOGA SEMUA ORANG BISA DENGAN RENDAH HATI UNTUK PERCAYA DAN BERIBADAH KEPADA DIA - TUHAN YANG MAHA KUASA - MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG - MAHA ADIL DAN MAHA HIDUP ITU - SUPAYA BISA SUNGGUH- SUNGGUH MEMPEROLEH KESELAMATAN, PENGHARAPAN, KEBAHAGIAAN DAN HIDUP KEKAL YANG DIJANJIKAN DAN DIJAMIN OLEH TUHAN ALLAH YESUS KRISTUS ITU.
Kemudian si B menyampaikan pandangannya pula sebagai berikut : Anda
menyampaikan pemahaman Anda dengan huruf kapital, tidak apa-apa, saya anggap
itu untuk memudahkan saja karena tidak harus pindah-pindah huruf kecil dan
besar. Saya tidak sependapat dengan pemahaman Anda. Sebenarnya saya bisa
mengabaikan pemahaman Anda itu dan melupakannya. Tapi baiklah mungkin ada
baiknya juga kita sedikit memberikan pandangan masing-masing dan mungkin teman
lain juga tertarik dengan diskusi ini. Saya sangat menghormati keyakinan Anda,
silahkan dijalani & semoga Anda berbahagia.
Agama itu banyak, demikian juga Kitab Suci itu banyak. Masing-masing
orang punya jodohnya masing-masing. Punya pilihan - mau memilih agama yang mana
untuk dipeluk, toh sudah diakui oleh negara 6 agama. Yang penting mereka mampu
bersosialisasi dengan baik dengan yang beragama lain. Mampu berbuat baik, mampu
saling membantu jika yang lain mengalami kesulitan dan lain sebagainya. Jika
kita tidak bersaudara dalam iman – kita tetap bersaudara dalam kemanusiaan.
Setiap benda ada yang menciptakan, pada banyak contoh OK. Alam semesta
yang terdiri dari milyaran galaksi – jadi berapa banyak tatasurya dan berapa
banyak planet dan bumi? Kita hanya berada dalam satu bumi yang dapat
diibaratkan setitik debu, masih banyak sekali bumi yang lain. Kalau Alam
Semesta yang tanpa batas ini diciptakan - lalu pertanyaannya siapa yang
menciptakan si pencipta? Kalau sang pencipta itu tanpa awal tanpa akhir - saya
lebih sependapat jika Alam Semesta yang tanpa batas ini adalah juga tanpa awal
dan tanpa akhir - meskipun selalu bergerak dan selalu berubah sesuai dengan
hukumnya - yaitu Hukum Alam. Alam semesta ini ada - terjadinya bukan karena
hanya satu sebab - melainkan karena banyak sekali sebab dan juga karena kondisi
yang mendukung. Kalau kondisinya tidak mendukung - sesuatu itu tidak bisa
terjadi. Contoh : kalau Anda memanen padi itu harus ada yang menanam padi,
harus ada tanah, harus ada pengairan, harus ada cuaca atau iklim yang baik,
tidak diserang tikus, harus ada yang merawat, yang merawat harus punya tenaga,
punya kemauan, harus makan dan minum dan lain sebagainya. Jadi tidak ada Causa
Prima - artinya tidak ada sebab yang tunggal, banyak sebabnya hingga sesuatu
itu terjadi. Tidak terlalu penting buat saya Alam Semesta itu diciptakan atau
tidak, sebab-sebabnya apa dengan kondisi yang bagaimana sehingga Alam Semesta
itu ada, dan lain sebagainya - tidak penting buat saya. Yang terpenting adalah
menyikapi dengan baik dan benar berlakunya Hukum Alam, kalau mau disebut Hukum
Tuhan juga boleh. Dimana salah satu dari Hukum Alam itu adalah Hukum
Sebab-Akibat, Hukum Tabur-Tuai atau Hukum Karma yang sebaiknya disikapi dengan
baik dan benar supaya selamat di dunia dan selamat setelah meninggal dunia.
Saya tidak sependapat kalau Tuhan itu mempunyai hajat menciptakan Alam
Semesta, dan memusnahkannya kembali pada hari kiamat. Untuk apa Tuhan memiliki
hajat seperti itu? Supaya memiliki pekerjaan? Tuhan menginginkan manusia untuk
beribadah kepadaNya, Tuhan kok memiliki keinginan yang remeh-temeh begitu? Maha
penyayang ; mengapa ada orang bisa masuk Neraka? Apalagi kalau masuk nerakanya
kekal itu kan sadis - tidak berperikemanusiaan. Dengan maha kasih, maha tahu,
maha kuasa - bukakah beliau bisa menyelamatkan seluruh umat manusia masuk ke
Surga? Katanya Tuhan menjamin, lalu dimana jaminannya? Tuhan tidak seperti itu,
seperti manusia saja sifatnya. Dan menciptakan produk gagal karena ada yang
masuk neraka. Kalau masuk neraka karena tidak menuruti perintah, kenapa Tuhan
bermain gambling begitu? Bukankah beliau maha tahu? Hukum Alam itu maha kuasa
juga, siapa yang bisa mengubah Hukum Alam yang salah satunya adalah Hukum
Tabur-Tuai, Hukum Sebab-Akibat atau Hukum Karma yang maha adil itu? Supaya kita
selamat di dunia dan selamat di alam berikutnya setelah meninggal dunia - maka
kita harus menyikapi dengan baik dan benar berlakunya Hukum Karma atau Hukum
Tuhan juga boleh - itu saja....
Sekali lagi saya menghormati keyakinan Anda dan juga keyakinan agama lain
yang diakui di Indonesia. Masing-masing orang mempunyai jodoh agama
masing-masing, silahkan dianut dan diamalkan dengan baik. Diskusi atau
penyampaian pandangan ini supaya kita mampu memiliki toleransi, memaklumi
keyakinan lain, dan juga kita bisa memiliki pengetahuan yang luas, itu saja...
Mari kita semua hidup rukun, saling menghormati, bantu-membantu satu sama lain.
Berbeda-beda itu indah. Indonesia bisa bersahabat dengan negara manapun karena
Indonesia memiliki warna dan potensi yang lengkap.
Si C menimpali kedua pandangan tadi sebagai berikut :
Betul saya setuju dengan argumen ibu. Kalau memang Tuhan itu maha
penyayang seperti yang disampaikan oleh bapak A itu, coba terangkan kenapa
masih banyak orang menderita. Katanya penyayang dan tidak pilih kasih - kenyataannya
di dunia seperti apa? Kalau memang Tuhan Yesus bisa membantu ; mengapa masih
ada orang yang menderita. Jadi kesimpulannya kita hidup di dunia jangan saling
merasa hebat dalam agama yang dianut. Ibarat kita beli mobil, saya suka-nya
mobil Pajero, tapi orang lain tidak suka, suka-nya Fortuner, jadi masing-masing
orang mempunyai kecocokan masing-masing dalam memilih agama. Tidak saling
merasa hebat dan benar. Tolong Anda renungkan.
Si A tetap menyampaikan pandangannya sendiri dengan tetap mempergunakan huruf
kapital sebagai berikut : PADA WAKTU TUHAN ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA DAN LAIN
LAIN, SEBENARNYA SEMUANYA BAIK-BAIK DAN "TANPA CACAT CELA" APAPUN.
NAMUN SAYANG SEKALI MEREKA ITU TIDAK TAHU BERSYUKUR - MALAHAN MELANGGAR
PERINTAH TUHAN DAN BERDOSA KEPADA TUHAN - ITULAH ASAL MULA KEJATUHAN MANUSIA
YANG MENGAKIBATKAN BANYAK CACAT CELA DAN HAL HAL YANG NEGATIF. BAHKAN
KESUSAHAN, KEJAHATAN DAN KEMATIAN BAGI UMAT MANUSIA. DAN BUKAN KARENA TUHAN
YANG MENGINGINKAN SEMUA HAL ITU TERJADI.
Si B menanggapi demikian : OK saya rasa sudah jelas pemikiran dan
pemahaman kita masing-masing. Silahkan saudara A teguh dengan keyakinan yang
dipilih dan silahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari saudara yang
disertai dengan banyak berbuat baik, tidak serakah dan tidak membenci. Semoga
saudara A memperoleh keselamtan, kebahagaiaan dan hidup kekal yang dijanjikan
dan dijamin oleh Tuhan Yesus.
Kemudian dengan mantapnya si A melanjutkan tanggapannya sebagai berikut :
TERIMA KASIH ATAS UCAPAN BERKAT YANG ANDA SAMPAIKAN KEPADA SAYA! SEMOGA ANDA
JUGA DIBERIKAN OLEH TUHAN YESUS KESELAMATAN, DAMAI, KEBAHAGIAAN DAN HIDUP KEKAL
YANG MULIA KELAK DIDALAM SORGA! SANGAT SENANG BERTEMAN DAN BERDISKUSI DENGAN
ANDA SEORANG INTELEKTUAL DAN BERPENGETAHUAN SECARA LOGIS DAN RASIONIL TENTANG
HAL-HAL YANG MUNGKIN BISA BERMANFAAT JUGA BAGI TEMAN TEMAN YANG LAIN SEPERTI
YANG ANDA KATAKAN DALAM KOMENTAR TADI!
Si B maklum dengan pemikiran dan pemahaman si A dengan tidak melanjutkan
diskusi. Diskusi selesai...
Demikianlah catatan diskusi yang berjudul : Diskusi Menarik (3) ini - Semoga bermanfaat.
Diskusi Menarik (2)
Badu memulai pembicaraan dengan menyampaikan sabda
Tuhan Yesus yang tertulis dalam Matius 18 ayat 2 sebagai berikut : Sebab dimana
dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada di tengah-tengah
mereka. Kemudian Badu melanjutkan perkataannya sebagai berikut : kita yakin
Tuhan Yesus menginginkan banyak orang berkumpul atau beribadah kepada Dia dalam
namaNya dan jiwa yang diselamatkan bisa makin bertambah di dalam Gereja! Namun
biarpun sedikit orang di dalam Gereja yang berkumpul – tetapi yang penting
ialah jemaat bisa dengan sungguh-sungguh – dan dengan segenap hati percaya – bersandar
dan mengasihi Tuhan, maka Tuhan juga akan berkenan dan memberkati. Tentu jemaat
juga harus lebih rajin dan semangat mengabarkan Injil.
Polan menjawab : Bukankah Tuhan Yesus itu maha kuasa yg berarti segala
sesuatu is OK, No Problem buat Tuhan, dan juga Tuhan maha kasih bukan? Tapi
mengapa pula untuk menyelamatkan manusia menurut pemahaman Anda Tuhan Yesus
mensyaratkan manusia harus berkumpul dan beribadah di dalam namaNya? -
bersandar dan mengasihi Tuhan? Ooo... Tuhan punya hajat / memiliki keinginan
yang remeh-temeh? Saya ulangi : maha kasih tapi memiliki syarat - dimana untuk
bisa selamat manusia harus berkumpul beribadah atas namaNya, bersandar dan
mengasihi Tuhan. Bukankah Tuhan maha kuasa, artinya apapun yang beliau inginkan
langsung bisa terwujud, termasuk untuk menyelamatkan manusia - ya selamatkan
saja tidak usah pakai syarat - memiliki keinginan - mempermainkan hingga
menyiksa manusia ciptaanya sendiri? Itu kesimpulan dari pemahaman Anda - saya
tidak menganggap Tuhan seperti itu. Menurut Anda Tuhan itu mirip manusia? -
punya hajat dan punya iseng. Dimana Tuhan akan memberkati manusia dengan syarat
dikasihi - seperti orang dagang saja. Saya rasa Anda salah dalam mempersepsikan
Tuhan, bisa berdosa mempersepsikan Tuhan seperti manusia! Akan lebih fair kalau
Tuhan itu adalah yang mutlak, sehingga kita ini yang tidak mutlak bisa menjadi
mutlak juga (abadi) dengan syarat bisa menghancur-leburkan hawa nafsu tanpa
sisa. Pemahaman Matius 18 ayat 12 Anda itu barangkali salah... bukan secara
harafiah begitu pemahamannya... Maaf ya brother kalau komentar saya ini tidak
menyenangkan Anda, saya hanya ingin berkomentar tidak ada maksud lain...
Badu berkata lagi : Betul, Matius 18 ayat 12 bukan tafsir secara harafiah,
jawabnya bisa dihubungkan dengan Matius 18 ayat 11 : karena anak manusia yaitu Yesus
Kristus datang untuk menyelamatkan umat manusia yang hilang. Semoga Anda juga
bisa diselamatkan dan diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus!
Polan berkata : OK jika demikian itu tanggapan Anda - saya menghargainya,
semoga Anda senantiasa berbahagia dan mampu banyak berbuat kebajikan.
Diskusi Menarik (1)
Badu memulai pembicaraan dengan mengutip surat Amsal nomor 22 ayat 2 yang bunyinya sebagai berikut : “Orang kaya dan orang miskin bertemu di dunia ini, dan mereka dijadikan oleh Tuhan”.
Oleh karena itu,
orang kaya tidak boleh sombong, tetapi harus dengan rendah hati bersyukur dan
menyembah Tuhan, karena Tuhan memiliki otoritas untuk memberi penghargaan dan
mengambil kembali!
Tetapi jika Anda
menjadi miskin, jangan salahkan orang lain. Jika Anda memiliki makanan dan
pakaian, Anda harus puas. Kedamaian dan kesehatan adalah berkat. Ini juga
merupakan anugerah dan berkat yang diberikan oleh Tuhan. Anda harus bersyukur
kepada Tuhan dan percaya kepada-Nya!
Polan
berkomentar : Mengapa Tuhan tidak adil? Jika saya punya pilihan, saya akan
memilih untuk dilahirkan dalam keluarga kaya.
Badu menanggapi
: Bukan Tuhan yang tidak adil! Mungkin banyak orang seperti Anda akan memilih
untuk lahir di keluarga kaya, tetapi fakta memberitahu kita bahwa banyak orang
kaya sebenarnya gelisah, tidak bahagia, kosong, tidak puas dan terganggu!
Seperti kata pepatah: "Hati manusia tidak cukup, ular menelan gajah."
Karena itu, "Aman dan sehat adalah berkah", kaya atau tidak bukan
yang terpenting. Lebih penting lagi, ketika kita masih hidup, kita dapat
percaya kepada Kristus, sehingga kita memiliki "pengharapan di kehidupan
ini dan harapan di kehidupan selanjutnya" dan dapat memperoleh kehidupan
kekal dan kebahagiaan yang Tuhan berikan kepada kita di surga. Hidup ini adalah
yang paling berarti dan berharga!
Polan
berkomentar : Saya tidak bisa menerima argumen anda. Yang anda sampaikan itu
adalah jika semuanya sudah terjadi, dimana kita sudah dilahirkan kemudian
menjadi seperti kita yang sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan saya itu adalah
pertanyaan yang selalu muncul dalam benak orang banyak, dan pasti selalu muncul
- sebelum jawaban yang sulit untuk dibantah diterima oleh yang bersangkutan.
Yang dipertanyakan adalah sebelum semuanya terjadi. Alasan apa yang melatar
belakangi mengapa kita ini ada yang dilahirkan dalam keluarga kaya, dalam
keluarga miskin, lahir dalam kondisi jasmani yang baik, wajah cantik, ganteng,
berkulit putih, berkulit hitam, terlahir dengan kondisi cacat, dan lain
sebagainya. Pasti ada alasan yang benar yang sulit untuk disanggah. Kalau hal
tersebut merupakan kehendak Tuhan harus ada keadilan disana, bukan tanpa sebab,
bukan tanpa alasan yang tidak bisa diterima oleh akal yang baik. Mohon maaf
saya meyakini kebenaran Hukum Sebab-Akibat. Ada baiknya anda juga mempelajari
keyakinan yang lain, keyakinan atas "kesunyataan" yang ada. Tanggapan
anda diatas sudah saya duga seperti itu.
Orang kaya yang
gelisah, tidak bahagia, kosong, tidak puas dan terganggu – itu adalah orang
kaya yang belum piawai bagaimana mengelola pikiran / batinnya secara benar. Dia
harus belajar tentang “Dhamma” atau hukum alam yang berlaku dan bagaimana cara
menyikapinya dengan baik dan benar. Kaya atau tidak memang bukan yang
terpenting, akan tetapi jika memiliki pilihan – pilihlah menjadi orang kaya
karena akan lebih mudah berbuat bajik – contoh : banyak-banyaklah berdana
kepada orang yang membutuhkan bantuan, misalnya memberi uang kepada orang
miskin – supaya di kehidupan berikutnya lebih baik lagi karena hukum sebab-akibat
itu nyata. Saya sependapat dengan pernyataan Anda bahwa hidup ini adalah yang
paling berarti dan berharga, tepatnya hidup sebagai manusia adalah yang paling
berharga dibanding misalnya hidup sebagai binatang ataupun sebagai setan.
Badu menanggapai
: Maaf, ijinkan saya untuk merespon sekedar hal yang saya rasa penting untuk
anda mengerti. Mengenai "perbedaan-perbedaan" yang terjadi dalam
kondisi kelahiran, kehidupan, pengalaman dan sebagainya bagi manusia didalam
dunia ini, menurut catatan Alkitab, pada mulanya ketika Tuhan Allah menciptakan
alam semesta dan segala isinya semuanya itu memang baik adanya, dan manusia
pertama yaitu suami isteri Adam dan Hawa sebenarnya juga adalah manusia yang
tanpa dosa, tanpa cacat cela apapun dan bisa menikmati hidup yang penuh
kebahagiaan dan kemuliaan, tanpa kekurangan dan kesusahan apapun didalam Taman
Eden yang Tuhan tempatkan mereka disana! Namun sangatlah sayang, karena
kemudian mereka melanggar perintah Tuhan Allah dan berdosa kepada Tuhan, maka
itulah "sebabnya yang mengakibatkan" mereka, termasuk semua
keturunannya kehilangan keadaan semula yang sangat bernilai itu, sehingga
akhirnya harus lahir, hidup serta mengalami berbagai masalah, kekurangan, cacat
dan tercela, kesusahan, penderitaan bahkan kematian! Tetapi syukur kepada Tuhan
yang tetap mengasihi manusia, sehingga turunlah Yesus Kristus dari sorga dan
rela menderita dan mati diatas kayu, supaya manusia yang mau percaya dan
menerima keselamatan-Nya itu masih diberikan kesempatan untuk mendapatkan
keselamatan, hidup yang damai, bahagia, penuh pengharapan, kebahagiaan dan
hidup yang kekal disorga kelak! Itulah sekedar respon saya terhadap argumen
yang anda sampaikan, mudah mudahan bisa bermanfaat bagi anda dan diberkati oleh
Tuhan!
Polan
berkomentar : Taman Eden itu posisinya dimana? Dan saya tidak sependapat kalau
orang tua yang melanggar perintah Tuhan Allah dan berdosa kepada Tuhan, maka
anak-anaknya apalagi semua keturunannya harus lahir, dan hidup dengan berbagai
masalah, seperti kekurangan, cacat cela, kesusahan, dan penderitaan? Kalau yang
berdosa adalah orang tua – mengapa pula keturunannya harus terseret ikut
menderita? Itu tidak adil. Karena hukum alam yang salah satunya adalah hukum
sebab & akibat itu murni - bekerja secara adil. OK - untuk sementara saya
cukupkan sampai disini dulu. Ketahuilah bahwa sekarang ini hampir semua
persoalan ataupun pertanyaan dapat ditemukan solusi dan jawabannya yang benar
di media-media yang ada, yang sudah tersedia banyak sekali. Tapi harus ingat
jangan kita lupa menggunakan akal sehat kita - supaya tidak salah mengerti dan
tidak terprovokasi oleh berita-berita atau jawaban yang salah yang masih bisa
dibantah.
Demikianlah Diskusi Menarik (1) ini - Semoga bermanfaat.
Kamis, 22 September 2022
Dimanakah Sang Buddha?
Tulisan ini disunting dari Ven. K. Sri Dhammananda.
Ke
manakah Sang Buddha pergi atau di manakah beliau sekarang tinggal? Ini adalah
pertanyaan yang sangat sulit dijawab bagi mereka yang belum mengembangkan jalan
hidup spiritual, karena mereka berpikir mengenai hidup dengan cara pandang
duniawi, suatu hal yang sulit bagi orang-orang untuk memahami konsep tentang
Buddha. Beberapa misionaris agama tertentu mendatangi umat Buddha dan berkata
bahwa Sang Buddha bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. Beliau telah mati dan
menghilang. Bagaimana seseorang mendapatkan manfaat dari menyembah orang yang
sudah mati? Tetapi kita memahami bahwa Sang Buddha disebut sebagai Satthà
deva-manussànang, guru para dewa dan manusia. Sewaktu Sang Buddha masih hidup,
kapan saja para dewa memiliki masalah, mereka dapat mendatangi Sang Buddha
untuk mendapatkan nasihatnya. Para misionaris tersebut mengklaim Tuhan mereka
adalah Tuhan yang hidup dan itulah kenapa setiap orang harus menyembahnya.
Menurut
ilmu pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi manusia untuk mengembangkan
pikiran dan pemahamannya. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya berkembang,
mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam bekerja.
Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya alam itu bekerja, mereka
mulai berpikir pastilah ada suatu sosok yang menciptakan dan memelihara alam
dimaksud. Untuk membantu yang lain memahami konsep tersebut, mereka mengubah
energi menjadi suatu bentuk untuk mewakili secara fisik berupa patung-patung
dan lukisan-lukisan. “Roh-roh” atau kekuatan-kekuatan tersebut begitu penting
untuk membuat manusia melakukan sesuatu yang baik dan tidak melakukan sesuatu
yang buruk, untuk memberi mereka pahala jika mereka melakukan hal yang baik.
Mereka memiliki rasa takut, khawatir, curiga, ketidakamanan, sehingga
membutuhkan suatu sosok untuk bergantung dan melindunginya.
Demikianlah
mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang tinggal
di surga dan abadi. Hal itu memuaskan kehausan mereka akan kehidupan kekal.
Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan
adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan. Ketika kita menganalisa
kehidupan Sang Buddha, kita melihat Ia tidak pernah memperkenalkan dirinya
sebagai anak Tuhan atau pembawa pesan, melainkan sebagai guru agama yang
tercerahkan. Pada saat yang sama Sang Buddha juga tidak memperkenalkan dirinya
sebagai inkarnasi dari Buddha lain. Sang Buddha tidak diciptakan oleh Buddha
yang lain, jadi Buddha bukanlah reinkarnasi dari Buddha yang lain. Beliau
adalah seorang individu yang bekerja dalam periode waktu yang lama, mengembangkan
kehidupan setelah kehidupan, dan menanam semua kualitas, kebajikan dan
kebijaksanaan agung yang kita sebut sebagai pàramità atau kesempurnaan. Ketika
Beliau menyempurnakan semua kualitas yang baik; beliau mencapai pencerahan yang
merupakan pemahaman sempurna akan bagaimana alam semesta bekerja.
Orang-orang
bertanya bagaimana Sang Buddha dapat mencapai pencerahan? Umat Buddha
mempertahankan bahwa setiap individu dapat mengembangkan pikiran untuk memahami
segalanya. Arti kata “manussa”, dalam berbagai bahasa berarti manusia. Arti
dari kata “mana” adalah pikiran. Oleh karena itu “manussa” adalah manusia yang
dapat membangun dan mengembangkan pikirannya menuju ke kesempurnaan. Selain
manusia tidak ada makhluk-makhluk hidup yang lain di alam semesta ini yang
dapat mengembangkan pikirannya sampai sedemikian luas untuk mencapai
pencerahan. Bahkan tidak ada makhluk-makhluk adikuasa yang bisa menjadi Buddha
karena mereka tidak bisa mengembangkan pikirannya sedemikian luas. Mereka
memiliki sensualitas duniawi, kedamaian, kehidupan yang sejahtera, tetapi
kekuatan pikiran mereka sangat lemah. Hanya manussa atau manusia yang bisa
menjadi Buddha atau “Yang Tercerahkan”. Ketika orang-orang mengatakan bahwa
Buddha bukanlah Tuhan, kita tidak perlu juga membuktikan bahwa beliau adalah Tuhan. Jika kita mencoba membuktikan hal ini maka sebenarnya kita merendahkan
konsep pencerahan.
Suatu
hari, seorang pendeta Kristiani bersama dengan pengikutnya datang menemui saya
(Ven. K. Sri Dhammananda) untuk berdiskusi mengenai Buddhisme dan bertanya,
“Sebenarnya dapatkah anda mengatakan kepada saya apa yang umat Buddha
percayai?” Kemudian saya mengatakan kepadanya yang sebenarnya, bahwa umat
Buddha tidak “percaya” apapun. Kemudian ia menunjuk pada buku saya “What
Buddhists Believe” dan ia bertanya “Mengapa anda menulis buku ini?” Saya
mengatakan kepadanya, “Itulah mengapa saya menulis buku itu, untuk anda
membacanya, untuk melihat apakah ada sesuatu yang anda percayai.” Saya
mengatakan kepadanya, Sang Buddha telah memberikan jawaban atas pertanyaan itu,
Sang Buddha telah menasehati kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Daripada
mempercayai, seseorang seharusnya berlatih pariyatti, patipatti dan pativedha.
Ada
tiga cara untuk berlatih. Sang Buddha mengatakan, bahwa kita harus mencoba
untuk memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun
yang tidak dapat kita pahami. Dalam ajarannya mengenai “Jalan Mulia Berunsur
Delapan”, hal yang pertama adalah Sammàditthi atau pemahaman benar. Sang Buddha
memulai misinya dengan meminta kepada pengikutnya untuk mengembangkan
pengertian, bukan iman atau kepercayaan yang membuta. Setelah belajar kita
mendapatkan pengetahuan yang luar biasa mengenai Sang Buddha dan
ajaran-ajarannya. Anda harus melatih apa yang telah anda pelajari. Jika anda
belum memahaminya anda akan mencoba menciptakan ide-ide berdasarkan imajinasi
anda sendiri. Nasihat beliau adalah melatih apa yang telah anda pelajari dengan
pemahaman. Setelah berlatih anda akan mengalami hasil atau efeknya. Inilah tiga
metode yang Sang Buddha ajarkan, yaitu belajar, memahami, dan berlatih. Inilah
jalan untuk hidup di dunia ini untuk terlepas dari penderitaan. Dalam
memperkenalkan agama; Sang Buddha tidak meminta kita untuk percaya apapun,
tetapi untuk belajar, memahami, berlatih, dan mengalami hasilnya.
Sebagai
contoh, Sang Buddha mengatakan bahwa anda harus berbaik hati, anda harus jujur.
Ketika anda telah melakukannya maka setelah itu setiap orang menghormati anda
karena mereka mengetahui bahwa anda sangat baik hati, sangat jujur. Tak seorang
pun ingin mengganggu anda atau menyalahkan anda, tetapi mereka menghormati
anda. Itulah hasil yang baik yang anda alami. Pada saat yang sama Sang Buddha
mengatakan bahwa anda harus mencoba untuk memahami sesuai dengan tingkat pengalaman
anda sendiri. Anda dapat melakukan test atas hasil latihan anda. Anda memahami
mengapa beberapa hal adalah salah dan mengapa beberapa hal adalah benar, anda
tidak mengikuti perintah yang datang dari surga. Anda memiliki pemikiran dan
akal sehat untuk memahami. Pemahaman dan pengalaman pribadi kita cukup untuk
memahami mengapa sesuatu itu salah atau benar. Sang Buddha menasihati kita
untuk tidak menghancurkan kehidupan makhluk lain. Beliau tidak memperkenalkan
hal ini sebagai hukum agama karena pemahaman manusia pasti dapat mengetahui
bahwa membunuh itu adalah kejam. Tidaklah sukar bagi kita untuk memahami
mengapa hal ini buruk, karena ketika orang lain datang dan mencoba membunuh
kita, pastilah kita tidak akan menyukainya. Lagi, beliau mengatakan bahwa ketika
anda memiliki sesuatu yang berharga telah dicuri oleh seseorang, bagaimanakah
perasaan anda? Dalam cara yang sama ketika kita mencuri milik orang lain mereka
juga tidak menyukainya. Tidaklah diperlukan bagi kita untuk menerima perintah
dari Tuhan manapun atau dari Buddha atau Yesus untuk memahami konsep sederhana
ini. Guru-guru agama itu muncul di dunia untuk mengingatkan kita apa yang telah
kita lalaikan. Pengalaman dan pemahaman pribadi anda sendiri lebih dari cukup
untuk mengetahui mengapa hal-hal tertentu adalah benar atau salah.
Sang
Buddha menasehati kita untuk berpikir dan memahami. Kita memiliki pikiran yang
beralasan. Kita memiliki akal sehat, tidak seperti makhluk hidup lainnya yang
juga memiliki pikiran tetapi tidak dapat berpikir secara rasional. Pikiran
mereka terbatas untuk mencari makanan, tempat bernaung, perlindungan dan
kenikmatan sensual. Mereka tidak meningkatkan pikiran mereka lebih luas. Tetapi
manusia memiliki pikiran untuk berpikir dan memahami sampai tahap maksimal.
Inilah kenapa para ilmuwan telah menyelidiki dan menemukan berbagai hal yang
belum pernah kita dengar sebelumnya. Tidak ada makhluk hidup lain di dunia ini
yang dapat mengembangkan pikiran seluas pikiran manusia. Karena itulah maka
hanya manusia yang dapat menjadi Buddha. Dengan mengembangkan pikiran, manusia
dapat mencapai pencerahan.
Sang
Buddha mengatakan kepada kita agar bertindak sesuai dengan pengalaman. Kemudian
kita mengetahui hasilnya. Pengikut dari semua agama lain, memberi salam kepada
yang lain, dengan mengucapkan, “Tuhan memberkatimu”, tetapi umat Buddha sangat
jarang memberi salam kepada yang lain dengan mengucapkan Buddha memberkatimu.
Tetapi mereka membaca berulang “Buddhang Saranang Gacchàmi” yang artinya : Saya
berlindung kepada Buddha. Jika mereka percaya bahwa mereka mendapatkan
perlindungan dari Buddha mengapa mereka tidak memberi salam kepada yang lain
dengan mengatakan, “Sang Buddha memberkatimu”. Sang Buddha juga menasehati
orang-orang untuk mengingat Sang Buddha ketika mereka merasa takut. Jadi, “Di
Manakah Sang Buddha?” adalah topik kita. Dapatkah kita katakan bahwa Ia berada
di surga atau Ia tinggal di dalam Nibbana atau Ia tinggal di suatu tempat yang
lain? Ke manakah beliau pergi? Kita harus mengingat bahwa apapun yang kita
tanyakan adalah bentuk dari sudut pandang keduniawian. Setelah mencapai
pencerahan Sang Buddha berkata, “ayam antimà jàti, natthi dàni punabbavo”, yang
artinya : “inilah kelahiranku yang terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir. ” Aku
telah menghentikan tumimbal lahir yang tidak ada habisnya di dunia
ini, dari kehidupan ke kehidupan, dan mengalami penderitaan yang tidak ada
akhirnya. Kenikmatan atau hiburan yang manusia alami merupakan kepuasan emosi
sementara yang akan menghilang dalam waktu singkat. Hal ini menciptakan ketidakpuasan.
Sepanjang hidup, secara batin dan fisik kita mengalami penderitaan,
kekhawatiran, permasalahan, kesakitan, kesukaran, bencana, dan ketidakpuasan
yang sangat besar. Tak seorang pun di dunia ini yang mengatakan bahwa ia
senantiasa puas dengan kehidupan ini. Semua orang pernah mengeluh dan
menggerutu tentang masalah fisik ataupun batin.
Dengan
memahami kondisi itu Sang Buddha telah menghentikan tumimbal lahir. Hal
tersebut disebut sebagai keselamatan. Keselamatan berarti bebas dari
penderitaan fisik maupun batin. Dengan berada dalam wujud fisik kita tidak
dapat mengatasi penderitaan fisik dan batin. Oleh karena itu jika kita tidak
mau menderita, hal yang terbaik adalah menghentikan kelahiran. Kita haus akan
perwujudan atau keberadaan. Kehausan dan kemelekatan ini sangat kuat dalam
pikiran kita.
Kita
jengkel dengan penderitaan, kesedihan, kesakitan dan bermacam masalah lainnya
karena kehausan dan kebodohan kita. Sekarang lihatlah apa yang terjadi di dunia
ini. Seluruh dunia adalah medan pertempuran, orang-orang di seluruh dunia
menciptakan kekerasan dan pertumpahan darah, perang dan kehancuran. Berbeda
dengan hewan, mereka tidak menciptakan masalah untuk menderita. Ketika mereka
lapar mereka menangkap dan memakan makhluk hidup lain untuk menghilangkan rasa
lapar mereka dan kemudian pergi tidur. Tetapi manusia tidak puas tanpa haus
terhadap banyak hal. Kehausan, kemelekatan sangat kuat dalam pikiran manusia.
Kecemburuan, permusuhan, kemarahan, kekejaman dan kejahatan muncul. Makhluk
hidup lain tidak mengembangkan kekejaman mereka sampai sedemikian besar.
Manusia
memiliki agama. Agama bukan sekedar menyembah dan berdoa tetapi melakukan suatu
pelayanan kepada makhluk hidup lain dengan menjauhkan diri dari pikiran buruk
sehingga dapat melayani makhluk lain. Aspek pemujaan dalam agama adalah penting
tetapi tidak akan bisa mengembangkan pikiran untuk mencapai pemahaman yang
semestinya dan bijaksana. Sebelum Sang Buddha mangkat, banyak orang menyerahkan
bunga-bunga dan menghormati beliau. Sang Buddha meminta mereka untuk pulang ke
rumah. Beliau mengatakan bahwa jika mereka benar-benar ingin menghormatinya,
selain dengan bunga-bunga dan pemujaan, mereka harus melatih setidaknya satu
dari nasihat-nasihat yang pernah beliau berikan. Dengan demikian mereka
benar-benar menghormati Sang Buddha.
Sekarang
anda dapat memahami apa yang Sang Buddha inginkan. Jalan hidup keagamaan bukan
hanya untuk berdoa tetapi meneladani beberapa nasihat yang diberikan oleh
beliau. Suatu ketika seorang bhikkhu bernama Bakkula datang dan duduk di
hadapan Sang Buddha dan memandanginya setiap hari. Suatu hari Sang Buddha
bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan di sini?” ia menjawab, ” Ketika
saya melihat tubuh fisik Sang Bhagava, hal itu memberikanku banyak
kebahagiaan.” Kemudian Sang Buddha berkata, “Bakkula, dengan memandangi tubuh
fisik yang kotor, menjijikkan, tidak kekal ini, apa yang kau dapatkan? Engkau
hanya menyenangkan perasaanmu saja, engkau tidak akan pernah mencapai
pengetahuan atau pemahaman tetapi menyenangkan perasaanmu. Engkau tidak dapat
melihat Buddha yang sesungguhnya melalui tubuh fisik. Buddha bukanlah tubuh
fisik.” Kemudian Sang Buddha berkata, “Hanya ia yang memahami Dhamma yang
diajarkan oleh Sang Buddha melihat Buddha yang sebenarnya.” Buddha yang
sesungguhnya muncul di dalam pikiran ketika kita memahami apa yang Sang Buddha
ajarkan. Di sini anda dapat memahami bahwa Sang Buddha bukanlah seputar masalah
tubuh fisik. Ketika anda belajar sejarah India, dalam hampir 500 tahun setelah
Sang Buddha parinibbàna tidak ada satu pun rupang yaitu patung atau gambar Sang
Buddha - karena Sang Buddha tidak menganjurkan setiap orang untuk mendirikan
rupang dirinya. Adalah bangsa Yunani yang menciptakan rupang Sang Buddha dan
bentuk-bentuk simbol keagamaan lainnya. Sekarang tentu saja bentuk-bentuk
rupang Sang Buddha yang berbeda-beda telah menyebar ke seluruh dunia.
Penganut
beberapa agama lain mengutuk umat Buddha sebagai pemuja berhala. Padahal mereka
tidak mengetahui apa yang umat Buddha pahami. Untuk menjelaskan mengenai rupang
Buddha, dapatlah kita ikuti kisah berikut ini : Tiga ratus tahun setelah
kehidupan Sang Buddha, ada seorang bhikkhu terkenal yang dipanggil Upagutha. Ia
adalah seorang penceramah yang sangat terkenal. Ketika ia memberikan ceramah
ribuan orang berkumpul. Màra si jahat sangat tidak senang karena lebih banyak
lagi orang yang menjadi religius. Màra tidak saja diidentikkan sebagai makhluk
jahat tetapi juga kilesa, waktu dan kematian yang membelenggu, yang dapat
menghalangi seseorang menuju ke jalan kehidupan spiritual. Màra
tersebut mulai menampilkan pertunjukkan, tarian, nyanyian, kesukariaan yang
menarik di depan Vihàra. Kemudian para pendengar ceramah bhikkhu Upagutha
perlahan-lahan mulai beralih untuk melihat Mara hingga akhirnya tak seorang pun
yang mendengarkan ceramah Upagutha.
Upagutha
memutuskan untuk memberikan pelajaran yang baik kepada Màra, ia pergi melihat
pertunjukkan itu. Ketika pertunjukkan itu berakhir, Upagutha mengatakan bahwa
ia sangat menghargainya. “Untuk menghargai pertunjukkanmu saya ingin menaruh
rangkaian kalung bunga ini ke lehermu.” Màra sangat bangga. Ketika Upagutha
menaruh rangkaian kalung bunga, Màra merasa kalung bunga itu membelit di
sekitar lehernya seperti seekor ular python. Ia berusaha melepaskannya tetapi
tidak bisa. Kemudian ia pergi menemui Sakka, raja para dewa dan meminta
kepadanya untuk melepaskan kalung tersebut. Sakka berusaha sekuat tenaga tetapi
ia tidak bisa melepaskannya. Kemudian Màra pergi menemui Brahma yang pada masa
itu dipandang sebagai tuhan pencipta dan meminta kepadanya untuk melepaskan
kalung itu. Brahma mencoba melepaskannya tetapi tidak berhasil. Kemudian Brahma
mengatakan kepada Màra bahwa hanya orang yang meletakkannya yang bisa
melepaskannya. Lalu Màra harus kembali ke Yang Mulia Upagutha dan memohon kepadanya
untuk melepaskannya kalau tidak Màra akan mati. Kemudian Upagutha berkata,
“Tidaklah sukar tetapi saya hanya dapat melakukannya dengan 2 kondisi. Pertama,
engkau harus berjanji di masa yang akan datang engkau tidak akan mengganggu
apapun terhadap kegiatan keagamaan kami.” Màra setuju. “Hal kedua yaitu engkau
telah melihat Sang Buddha dan dalam beberapa kesempatan kau berusaha mengganggu
Sang Buddha. Kau memiliki kekuatan batin untuk menampilkan tubuh fisik Sang
Buddha.” Kemudia Màra berkata, “Ya, saya akan melakukannya jika anda berjanji
untuk tidak menyembahku ketika aku muncul sebagai Sang Buddha karena aku
bukanlah orang yang suci.” Kemudian Yang Mulia Upagutha berkata, “Saya tidak
akan menyembahmu.” Namun ketika Màra muncul sebagai wujud Sang Buddha, Yang
Mulia Upagutha segera menghormatinya. Kemudian Màra berteriak, “Engkau berjanji
untuk tidak menyembah.” Kemudian Upagutha berkata, ”Saya tidak menyembah Màra
tetapi menghormati Sang Buddha.”
Hal
tersebut adalah contoh yang baik bagi orang-orang untuk menjelaskan kepada yang
lain arti dari menghormati rupang Buddha. Anda juga dapat menggunakan rupang
Buddha sebagai objek meditasi. Hal ini bukanlah bentuk penyembahan berhala,
tetapi anda mengundang Sang Buddha ke dalam pikiran anda melalui simbol ini.
Itu adalah simbol keagamaan. Bagaimana rupang Sang Buddha berdaya tarik bagi
pikiran manusia juga dapat dipahami melalui salah satu peristiwa berikut ini.
Mr.
Nehru, mantan Perdana Menteri India, dahulu pernah ditangkap oleh pemerintah
Inggris. Ketika ia berada di tahanan ia memiliki rupang kecil Buddha di dalam
sakunya. Ia mengeluarkan rupang itu dan menaruhnya di atas meja dan
memandangnya serta berpikir, “Meskipun banyak gangguan, permasalahan dan
kesulitan di dunia ini, jika Sang Buddha dapat menjaga wajahnya tersenyum,
mengapa kita tidak meneladani manusia agung ini?”
Namun
rupang bukanlah hal yang terpenting. Banyak orang yang dapat berlatih ajaran
Sang Buddha tanpa rupang apapun. Bukanlah suatu kewajiban mereka harus memiliki
rupang. Kita tidak menyembah, kita tidak berdoa, kita tidak memohon apapun dari
rupang tetapi kita memuja, kita memberi penghormatan kepada sosok seorang
manusia spiritual agung.
Ada
pula peristiwa yang lain sebagai berikut : salah satu umat Buddha telah
menyimpan rupang Buddha selama 45 tahun di dalam rumahnya. Suatu hari beberapa
misionaris dari agama lain datang dan mengatakan kepadanya bahwa ia menyembah
iblis. Ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Hal ini mengejutkan karena setelah
45 tahun ia telah menyembah rupang itu tapi tidak tahu apa yang harus dikatakan
ketika orang lain mengutuknya. Ini adalah kelemahan dari beberapa umat Buddha.
Mereka mengikuti tradisi, memuja, berdoa, melakukan persembahan, dan chanting
tetapi mereka tidak memahami ajaran Sang Buddha.
Dari
2 peristiwa tadi, sekarang anda dapat memahami bahwa dengan atau tidak dengan
rupang Buddha anda bisa berlatih ajaran Sang Buddha. Karena tubuh fisik
bukanlah Sang Buddha.
Terkait
dengan topik. Orang-orang bertanya di manakah Sang Buddha. Untuk berlatih
Buddhisme tidak perlu bagi kita untuk mengetahui di manakah Sang Buddha, atau
ke manakah beliau telah pergi. Lihatlah perilaku lazim berikut ini :
1. Kita memiliki listrik yang ditemukan
oleh seseorang. Apakah penting bagi kita untuk mengetahui orang yang menemukan
listrik, di manakah dia dan dari negara mana dia datang dan siapa namanya?
Tugas kita adalah menggunakan listrik itu.
2. Mereka yang menemukan energi atom,
energi tersebut dapat digunakan untuk tujuan pembangunan atau penghancuran.
Tugas kita adalah menggunakan energi atom untuk tujuan yang baik. Tidaklah
perlu untuk mengetahui sesungguhnya siapa yang menemukan energi
atom.
3. Manusia telah menemukan komputer dan
televisi tetapi bukanlah hal yang penting bagi kita untuk mengetahui nama dan
hal-hal mendetail lainnya dari mereka, tugas kita adalah menggunakannya.
Dengan
cara yang sama janganlah bertanya di manakah Sang Buddha, atau ke manakah
beliau telah pergi. Jika Dhamma, apa yang beliau ajarkan adalah benar,
tersedia, dan efektif mengapa perlu untuk mengetahui di mana Sang Buddha. Sang
Buddha juga tidak pernah mengatakan bahwa beliau dapat memasukan kita ke dalam
surga atau ke neraka. Sang Buddha memberitahu kita apa yang dapat dilakukan dan
apa yang tidak dilakukan untuk mencapai keselamatan, itulah satu-satunya yang
Sang Buddha lakukan. Beliau tidak dapat melakukan apapun untuk anda. Tugas kita
adalah berlatih apa yang Sang Buddha ajarkan kepada kita. Orang lain mengatakan
bahwa tuhan mereka bisa menghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesalahan yang diciptakan
oleh seseorang dapat dihapus oleh orang lain, oleh Buddha, oleh dewa atau oleh
tuhan. Ketika seseorang hendak meninggal dan berkata ia percaya akan tuhan,
atas semua kesalahan yang telah dilakukannya dapatkah tuhan menghapus
kesalahan-kesalahannya?
Sebagai perumpamaan mungkin anda
adalah seorang yang bertemperamen sangat tinggi, dan anda tahu hal ini adalah
salah tetapi anda tidak tahu bagaimana menyingkirkannya. Lalu anda pergi berdoa
kepada tuhan dan memohon kepada Tuhan untuk menghilangkan keburukan dalam
pikiran anda, apakah anda pikir tuhan manapun dapat melakukannya? Anda boleh
pergi menyembah Sang Buddha dan meminta kepada Sang Buddha untuk menyingkirkan
keburukan anda. Tapi Sang Buddha tidak
dapat menyingkirkan keburukan anda yang bertemperamen sangat tinggi. Sang
Buddha hanya dapat memberitahukan anda bagaimana memindahkan kemarahan anda
dengan usaha anda sendiri. Tak seorang pun dapat menolong anda, melainkan diri
anda sendiri melalui pemahaman anda. Diri anda sendirilah yang harus menyadari,
“Kemarahan ini berbahaya, dapat menimbulkan banyak masalah, menyakiti dan
mengganggu orang lain. Kita harus berusaha mengurangi rasa marah dengan
kekuatan batin kita dan menimbulkan keinginan kuat untuk menghilangkan
kemarahan dari pikiran.” Jadi Sang Buddha ataupun tuhan tidak dapat menghapus
kesalahan yang kita buat, kita sendirilah yang dapat melakukannya. Ada nasihat
yang baik yang diberikan oleh Sang Buddha. Siapapun yang telah melakukan
perbuatan buruk atau kamma buruk, mereka tidak dapat menghapus dampaknya dengan
berdoa kepada tuhan atau kepada Buddha. Ketika mereka mengetahui bahwa mereka
telah melakukan perbuatan buruk, maka mereka harus menghentikan melakukan
perbuatan buruk lagi. Mereka harus memiliki tekad yang kuat dalam pikiran untuk
menciptakan lebih dan lebih banyak lagi kamma baik atau perbuatan bajik. Ketika
kita mengembangkan perbuatan bajik, dampak dari kamma buruk yang kita perbuat
sebelumnya akan dapat teratasi oleh kamma baik.
Contoh mengenai kamma buruk dan kamma
baik itu adalah kisah tentang
Angulimàla, seorang pembunuh yang membunuh hampir seribu manusia. Ketika Sang
Buddha mengetahuinya Beliau datang menemuinya. Angulimàla ingin membunuh Sang
Buddha karena ia telah menyelesaikan 999 pembunuhan. Ia bersumpah untuk
membunuh seribu orang, sehingga ia sangat senang ketika ia melihat Sang Buddha
dan ia berusaha untuk menangkapnya. Mengetahui bahwa sukar untuk mengajar orang
ini, sekali-kali Sang Buddha menunjukkan sedikit keajaiban. Sang Buddha
berjalan secara normal dan membiarkan Angulimàla untuk lari mengejar. Meskipun
Angulimàla telah berlari hampir 4 mil, ia tidak dapat mendekati Sang Buddha.
Kemudian Angulimàla meminta kepada Sang Buddha untuk berhenti dan Sang Buddha
mengetahuinya bahwa sudah saatnya bagi Sang Buddha untuk berbicara kepada
Angulimàla. Sang Buddha berkata, “Saya telah berhenti, engkaulah yang berlari.”
Angulimàla berkata, “Bagaimana engkau bisa katakan bahwa kau telah berhenti,
saya melihatmu berjalan.” Sang Buddha menjawab, “Saya telah berhenti berarti
saya telah berhenti membunuh atau menghancurkan kehidupan makhluk hidup. Kau
yang berlari berarti kau masih melakukan kejahatan. Jika kau berhenti berlari
maka kau dapat menangkapku.” Kemudian Angulimàla berkata, “Saya tidak dapat
memahami apa yang kau katakan.” Kemudiaan Sang Buddha berkata, “Saya telah
berhenti membunuh dan kau masih melakukannya, itulah artinya berlari. Kau
berlari dalam saüsàra.” Lalu Angulimàla mengetahui bahwa ia bersalah dan
memutuskan untuk mengikuti Sang Buddha dan ia menjadi bhikkhu dan mulai
bermeditasi. Kemudian ia mencapai tingkat kesucian arahat dan menggapai
Nibbana. Kamma buruk tidak memiliki kesempatan untuk datang kepadanya. Ia
mengembangkan kamma baik sehingga kamma buruk tidak memiliki kesempatan untuk
berbuah padanya. Itulah yang Sang Buddha telah katakan. Sang Buddha mengajarkan metode ini untuk mengatasi dampak dari
kamma buruk bukan dengan berdoa kepada tuhan manapun tetapi dengan melakukan
lebih dan lebih banyak perbuatan bajik.
Kembali
ke topik, Sang Buddha tidak tinggal di salah satu bagian dari alam semesta
dalam wujud fisik. Apakah itu artinya ketidakadaan? Yang lebih tepat adalah
akhir dari penderitaan fisik dan batin dan pengalaman Nibbana atau pembebasan.
Tidak benar juga jika kita mengatakan bahwa Sang Buddha hidup atau tidak. Lebih
dari cukup bagi kita jika doktrin atau ajaran Sang Buddha bermanfaat bagi kita
untuk mengalami kedamaian dan kepuasan dalam kehidupan. Sebagai contoh seorang
dokter yang menemukan obat yang sangat efektif. Jika obat itu bermanfaat, dapat
menyembuhkan penyakit, tidaklah perlu bagi kita untuk mengetahui di mana dokter
ini dan apakah ia masih hidup atau tidak? Hal yang penting adalah kita sembuh
dari penyakit dengan meminum obat tersebut. Demikian pula halnya ajaran Sang
Buddha lebih dari cukup bagi kita untuk menyingkirkan segala penderitaan kita.
Sang Buddha telah memberikan kita hak untuk berpikir bebas dalam memahami
apakah suatu hal adalah salah dengan menggunakan akal sehat kita sebagai dasar
bagi kita untuk memahami hakikat sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada.
Tidak
ada satupun yang eksis di bagian alam semesta manapun yang tanpa mengalami
perubahan, tanpa kelapukan dan tanpa kehancuran karena semuanya ini adalah
perpaduan dari unsur-unsur, energi dan kekuatan batin dan kekuatan kamma. Oleh
karena itu mustahil bagi energi-energi dan unsur-unsur atau kekuatan batin dan
kekuatan kamma untuk tetap selamanya tanpa perubahan. Jika anda bisa memahami
hal ini maka ajaran Sang Buddha akan membantu anda untuk memahami bagaimana
menghadapi permasalahan dan kesukaran anda, untuk mengatasi ketidakpuasan kita.
Jika tidak, maka kita akan menghadapi penderitaan fisik dan batin,
ketidakpuasan dan kekecewaan. Kita perlu bertindak dengan bijaksana untuk
menyingkirkan permasalahan kita. Adalah sulit bagi kita untuk menyingkirkan
penderitaan kita hanya dengan berdoa, menyembah kepada siapa saja, tetapi
dengan melalui pemahaman akan permasalahan dan kesulitan yang sebenarnya, kita
akan mampu menyingkirkan berbagai permasalahan.
Banyak orang bertanya ke mana Sang Buddha pergi? Jika seseorang mengatakan bahwa Sang Buddha pergi ke Nibbana maka mereka berpikir bahwa Nibbana itu adalah suatu tempat. Nibbana bukanlah suatu tempat, Nibbana merupakan kondisi batin bagi kita yang mencapai pengalaman akan pembebasan akhir. Kita tidak bisa mengatakan bahwa Sang Buddha telah pergi ke suatu tempat atau Sang Buddha tetap ada tetapi ia mengalami Nibbana atau tujuan akhir dalam hidup. Atas pertanyaan “Di Manakah Sang Buddha?” Maka jawaban terbaiknya adalah bahwa Sang Buddha berada dalam pikiran anda yang telah merealisasikan Kebenaran Tertinggi.
Demikianlah uraian ini, semoga bermanfaat.