Pertanyaan diatas dibuatnya suka suka, jadi jawabnya susah. Senang terus, bahagia terus itu tidak ada, karena susah dan penderitaan itu mau ditaruh dimana? Kalau kemauan manusia dituruti semua; semuanya akan menjadi rusak. Sudah benar kondisi yang nyata sekarang. Sudah benar takdir manusia itu ada senang ada susah. Kita tidak bisa merubah dunia. Tapi kita bisa menyikapinya secara tepat guna. Yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri, supaya yang namanya nasib itu menjadi baik. Dan kalau nasib sudah jadi baik, yang namanya pak Takdir itu sudah ompong giginya, tidak berpengaruh lagi. Damai itu ada, damai itu bukan senang dan bukan pula susah, tapi seimbang. Senang itu bisa berubah, susah juga bisa berubah. Damai bisa tidak berubah kalau sudah mantab. Sehingga damai abadi itu ada. Damai abadi adalah tujuan akhir semua makhluk hidup. Syaratnya untuk manusia adalah batin yang bersih. Jangan suka mengotori batin sendiri dengan sering berbuat serakah, membenci, dan dungu yaitu tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Sebelum damai abadi disana, yaitu kondisi damai selamanya, damai dululah di bumi. Supaya enak, anda tidak harus setuju dengan uraian ini. Silahkan tulis komentar anda untuk melengkapi pengetahuan kita semua.
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Rabu, 09 Maret 2022
Seneng Terus, Bahagia Terus ???
Paritta Buddhis, Apakah Itu ???
Paritta berbeda dengan doa. Doa pada umumnya berupa permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk dapat dikabulkan. Dalam Buddhisme; yang dikatakan doanya terkabul itu adalah bahwa yang bersangkutan sedang memetik buah Karma Baik yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam Paritta tidak ditemukan kalimat yang dapat diartikan sebagai permohonan kepada Yang Maha Kuasa, melainkan berupa niatan dan janji untuk berperilaku di jalan Dhamma dengan menyatakan berlindung pada Tiratana, dan berupa harapan-harapan yang tujuannya baik. Buddhisme mengetahui bahwa Yang Maha Kuasa atau katakanlah Hukum Universal buat Alam Semesta beserta isinya itu bekerja secara adil, bekerja berdasarkan sebab dan kondisi, tidak bisa dirubah atau dipengaruhi oleh kemauan manusia. Akan tetapi manusia dapat menyikapi Hukum Universal tersebut dengan benar agar apa yang diinginkannya bisa terwujud, dengan lain perkataan manusia dapat mewujudkan harapannya jika mampu menciptakan penyebab dari terwujudnya hasil yang dapat diperoleh. Oleh karena hukum universal menentukan bahwa perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan atau menyebabkan keinginannya terwujud, dimana perbuatan jahat akan menyebabkan penderitaan atau menyebabkan keinginannya tidak terwujud. Maka yang harus dilakukan oleh manusia adalah memperbanyak perbuatan baik, mengurangi perbuatan jahat serta berupaya menyucikan hati dan pikiran.
Berikut ini adalah dua contoh Paritta dari banyak paritta yang sudah diterjemahkan dari bahasa autentik aslinya bahasa Pali,
1. Paritta Abhinhapaccavekkhana Patha atau Paritta Kalimat Perenungan kerap Kali, terjemahannya sebagai berikut :
"Aku wajar mengalami usia tua. Aku takkan mampu menghindari usia tua. Aku wajar menyandang penyakit. Aku takkan mampu menghindari penyakit. Aku wajar mengalami kematian. Aku takkan mampu menghindari kematian. Segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku. Aku adalah pemilik perbuatanku sendiri, mewarisi perbuatanku sendiri, lahir dari perbuatanku sendiri, berkerabat dengan perbuatanku sendiri, bergantung pada perbuatanku sendiri. Perbuatan apapun yang akan kulakukan, baik atau pun buruk; perbuatan itulah yang akan kuwarisi. Demikian hendaknya kerap kali kita renungkan".
2. Paritta Brahmaviharapharana atau Paritta Pemancaran Brahmawihara, terjemahannya sebagai berikut:
"Semoga aku berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari penyakit, bebas dari kesukaran. Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari kebencian, bebas dari kesakitan, bebas dari kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan. Semoga semua makhluk tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh. Semua makhluk memiliki kammanya sendiri, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, terlindung oleh kammanya sendiri, apapun kamma yang diperbuatnya baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya".
Yang menyebabkan pembacaan paritta tidak bisa memberikan dampak kepada perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan adalah karena halangan kamma, yaitu adanya kamma-kamma tertentu yang tidak dapat dihalangi dengan kekuatan apapun, karena halangan batin yang kotor dimana batin orang yang dibacakan paritta atau batin orang yang membaca paritta diliputi oleh keragu-raguan, oleh nafsu, bisa juga karena kurang yakin terhadap manfaat paritta, dan lain-lain sebagainya.
Demikianlah uraian singkat tentang Paritta Buddhis, semoga bermanfaat.
Sabtu, 19 Februari 2022
Dhamma, Apakah Itu ???
Dhamma berasal dari bahasa Pali, bahasa Sanskerta nya : Dharma, yang berarti Hukum atau Aturan dalam agama Buddha.
Dhamma berarti
Kesunyataan Mutlak, atau Hukum Abadi. Dhamma tidak hanya ada
dalam hati sanubari manusia dan pikirannya, tetapi juga dalam seluruh alam
semesta. Seluruh alam semesta terliputi olehnya. Bulan yang timbul atau
tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, hal ini tidak lain
disebabkan oleh Dhamma. Dhamma merupakan Hukum Abadi yang meliputi alam
semesta, yang membuat segala sesuatu bergerak sebagai dinyatakan oleh ilmu
pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, hayat, astronomi, psikologi, dan
sebagainya.
Dhamma adalah
kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk.
Sedangkan sifat Dhamma adalah abadi. Ia tidak dapat berubah atau diubah.
Dengan demikian
Buddha Dhamma adalah Dhamma yang disadari dan dibabarkan oleh Yang mulia Buddha
Gotama. Ada atau tidak ada Buddha, Hukum Abadi (Dhamma) itu akan tetap ada
sepanjang jaman. Guru agung Buddha bersabda : “O para Bhikkhu, apakah para Tathagata
muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang
abadi” (Dhammaniyama Sutta).
Bila manusia
berada dalam Dhamma, ia akan dapat melepaskan dirinya dari penderitaan, menjadi
Arahat dan mencapai Nibbana. Yaitu mencapai kedamaian abadi, yang sudah
tidak mungkin mundur kembali, atau tidak mungkin terdegradasi. Sudah pasti Nibbana
itu bisa dialami ketika masih hidup, dan setelah mati tidak akan terlahir
kembali di alam manapun. Nibbana tidak dapat dicapai dengan cara sembahyang,
mengadakan upacara-upacara atau memohon kepada para Dewa. Sembahyang dan ritual
keagamaan itu bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kotoran batin. Berdoa itu
hendaknya tidak memohon, karena manusia telah memiliki akal dan daya; yang bisa
digunakan untuk mewujudkan keinginan baiknya. Yang berlaku itu adalah Hukum
Sebab-akibat, Hukum Menabur-Menuai, atau Hukum Karma. Doa terbaik adalah berbuat
baik, termasuk berdoa atau tepatnya berharap yang baik. Contoh harapan tersebut
adalah demikian : "Semoga jasa kebajikan saya ini mengalir ke arah kehancuran noda-noda
batin. Semoga jasa kebajikan saya ini menjadi kondisi untuk realisasi Nibbana.
Saya membagikan bagian kebajikan ini kepada semua makhluk, semoga mereka semua
mendapatkan bagian kebajikan yang sama dengan saya." Jadi, harapan itupun
diucapkan setelah kita berbuat kebajikan.
Jadi, Nibbana
atau mengakhiri penderitaan itu hanya dapat dicapai dengan meningkatkan
perkembangan batin hingga mencapai hasil maksimal, yaitu mencapai penerangan
sempurna (Enlightened). Bhikkhu, Bhikkhuni atau seseorang yang telah berhasil
mencapai Nibbana itu artinya telah berhasil menghancurleburkan Kilesa, yaitu berhasil menghancurleburkan kotoran batin tanpa sisa. Segala macam daya upaya yang
ditempuh oleh seseorang untuk mencapai Nibbana; sudah pasti dibarengi dengan berlatih
meditasi Samatha dan atau meditasi
Vipassana secara tekun dan terus-menerus, di banyak sekali kehidupan.
Dalam hal
Penderitaan atau Dukkha, dikenal adanya Empat Kesunyataan Mulia, sebagai berikut
:
1. Kesunyataan
Mulia tentang Dukkha.
Kelahiran, ketuaan, dan kematian adalah penderitaan. Kesedihan, ratap-tangis, derita jasmani, derita batin, dan keputusasaan adalah penderitaan. Berkumpul dengan yang tidak dicintai adalah penderitaan. Berpisah dengan yang dicintai adalah penderitaan. Tidak mendapatkan hal yang diharapkan adalah penderitaan.
2. Kesunyataan
Mulia tentang asal mula Dukkha.
Sumber dari
penderitaan adalah Tanha, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin diumbar; semakin keras Tanha mencengkeram. Orang yang pasrah kepada Tanha
sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa haus. Rasa haus
bukannya hilang tapi bertambah, karena air asin itu mengandung garam.
3. Kesunyataan
Mulia tentang lenyapnya Dukkha.
Kalau Tanha dapat
disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan bahagia yang sebenarnya,
terbebas dari semua penderitaan bathin. Keadaan ini dinamakan telah merealisasi
Nibbana. Telah padam, tiada lagi Tanha, tiada lagi kemelekatan. Telah merealisasi
kedamaian abadi.
4. Kesunyataan
Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha.
Jalan ini menunjukkan cara agar bisa hidup bebas dari ketidakpuasan. Yaitu jalan untuk membawa kita menuju ke Kedamaian atau Kebahagiaan Sejati. Jalan ini disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Pengertian Benar atau Samma-ditthi, Pikiran Benar atau Samma-sankappa, Ucapan Benar atau Samma-vaca, Perbuatan Benar atau Samma-kammanta, Pencaharian Benar atau Samma-ajiva, Daya-upaya Benar atau Samma-vayama, Perhatian Benar atau Samma-sati, dan Konsentrasi Benar atau Samma-samadhi. Uraian mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat dibaca di tulisan lain di blog ini.
Rabu, 09 Februari 2022
Berkah Yang Sesungguhnya Dalam Kehidupan
Banyak orang mengira bahwa berkah itu adalah ketika mendapatkan keberuntungan, kekayaan yang berlimpah, umur panjang, sehat, terkenal, berkedudukan tinggi, memiliki istri yang cantik, memiliki suami yang tampan dan lain sebagainya. Akan tetapi sebenarnya bukanlah demikian. Tathagata melihat, bahwa berkah itu tidak sekadar hanya itu, itu adalah berkah yang sifatnya duniawi. Berkah yang sebenarnya adalah sejauh mana seseorang berbuat bajik. Itu adalah berkah utama. Itu adalah berkah yang unggul atau manggala utama.
Ketika
melakukan kebajikan, rendah hati, menghormat kepada yang patut dihormati, mampu
menyokong orang tua, anak, istri dan kerabat. Mampu mempraktekkan sila dengan
baik. Menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, perbuatan tercela, suka berbagi, itu
adalah berkah yang sesungguhnya. Suka mengunjungi kaum bijaksanawan,
mendengarkan ajarannya, memberikan respek hormat, itu adalah berkah utama.
Mengapa? Karena kebajikan tersebut mengantar seseorang pada kebahagiaan. Orang
yang berbuat bajiklah orang yang pasti mendapatkan kebahagiaan.
Umur
panjang, kekayaan melimpah, terkenal, yang dikatakan di awal tadi adalah
berkah, apakah selalu membahagiakan? Belum tentu. Tetapi orang yang berbuat
bajik sudah pasti berbahagia. Berdampak memberikan manfaat yang tidak lain
adalah kebahagiaan. Maka berkah yang sesungguhnya itu adalah ketika kita
melakukan yang terbaik dalam hidup ini, yaitu dengan melakukan kebajikan dan
hal-hal yang bermanfaat. Kalau ingin mandapatkan berkah utama, kita harus
melakukan banyak kebajikan, mengisi hidup ini dengan hal-hal yang bermanfaat,
maka setiap hari, setiap moment adalah berkah ketika kebajikan dilakukan.
Mengapa
dalam hidup ini hendaknya mendapatkan berkah utama? Karena berkah utama itu
merupakan syarat dasar bagi terwujudnya batin yang bersih, disertai dengan
tekun berlatih meditasi merupakan sarana menuju hancur leburnya kilesa, yaitu
hancur leburnya kotoran batin merealisasi Nibbana.
Kembali
ke awal tulisan ini, berkah yang sifatnya duniawi itu bukannya tidak
diperlukan, tetapi juga diperlukan, jika dimanfaatkan dengan baik maka akan
menjadi penunjang yang sangat membantu dan sangat memudahkan dalam mendapatkan
berkah utama. Beberapa contoh, misalnya kalau kita memiliki kekayaan yang
melimpah, sehat, dan umur panjang, maka kita akan lebih mudah untuk berbuat
bajik yang banyak dan berkesinambungan, seperti : menyokong orang tua, anak, istri, kerabat,
rahib, vihara dan siapapun yang membutuhkan bantuan dana. Mudah untuk berbagi,
dan mudah pergi kemana saja menemui para bijaksanawan untuk berguru dan lain
sebagainya.
Demikianlah
uraian singkat ini. Semoga bermanfaat.
Senin, 07 Februari 2022
Apa itu Perilaku diatas Umur?
Kebanyakan orang menginginkan umur panjang. Ketika sudah uzur dan mungkin dalam kondisi sakit kronis, tetap saja menginginkan umur yang masih panjang. Adakah kira-kira alasannya yang mantap sehingga dia masih menginginkan umur yang panjang? Atau tidak memiliki alasan? Pokoknya yang penting tidak mau mati? Padahal mati itu kapan saja bisa terjadi, bisa datang secara tiba-tiba. Apakah tidak lebih baik menyadari hal tersebut, sehingga sebelum kematian datang menjemput, yang bersangkutan sudah memiliki persiapan yang memadai? Apalagi kalau sudah sakit-sakitan pertanda maut sudah dekat. Persiapan seperti apa yang sudah dan akan terus dilakukan, tentunya masing-masing orang berbeda pemikiran. Tergantung dari pengalaman, pendidikan, kecerdasan, kualitas batin atau kualitas rokhani dan juga agama. Sebelum kematian tiba mungkin perlu menyiapkan surat wasiat kalau sebagai orang tua, yaitu surat wasiat pembagian harta warisan, atau mungkin pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak atau keluarga agar semuanya menjadi baik, aman, tidak kacau setelah ditinggal selama-lamanya oleh orang tua, atau mungkin juga ada pemberitahuan tentang harta simpanan, atau tabungan di Bank, dan lain-lain. Itu adalah persiapan umum sebelum kematian datang menjemput. Namun ada persiapan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua, supaya ketika dan setelah meninggal dunia wajah jenazah seperti tersenyum. Itu artinya apa? Artinya adalah bahwa yang bersangkutan meninggal dunia dengan tenang, dengan ikhlas, telah berhasil melepas semua urusan dunia, tidak memikirkannya lagi, tidak mengingat-ingat atau melekat kepada harta benda yang dia miliki, yang selama ini berhasil dia kumpulkan dan dia timbun. Atau mungkin semua hutang-hutangnya sudah berhasil dilunasi, pokoknya urusan dunia sudah diselesaikan semua dengan baik dan siap ditinggalkan. Nah itu adalah urusan duniawi, urusan materi. Masih ada lagi urusan yang bukan duniawi yaitu urusan spiritual, yang tidak bisa ditinggalkan di dunia, melainkan harus dibawa mati. Karena bekal spiritual tersebut mengikuti yang bersangkutan pergi setelah meninggal dunia dan masuk ke alam berikutnya yang baru. Bekal tersebut harus dinikmati di alam kehidupan yang baru, tidak bisa tidak. Surga dan Neraka adalah dua jenis alam kehidupan berikutnya setelah kematian. Dan masih ada 29 jenis alam kehidupan yang lain yang keberadaannya diatas dan diantara kedua alam tersebut. Bekal spiritual yang dimiliki adalah tiket ke alam mana seseorang akan masuk, ke salah satu alam kehidupan berikutnya yang sudah menanti, yaitu alam bahagia atau alam penderitaan, tergantung bekal yang dimiliki. Termasuk terlahir di alam manusia kembali. Alam manusia adalah alam bahagia sekaligus alam menderita, tergantung bagaimana batin seseorang mampu menyikapinya. Alam manusia adalah alam terbaik, karena di alam manusia seseorang bisa mengumpulkan bekal terbaik atau membuat tiket terbaik yang mampu dia buat, sesuai kemampuan masing-masing karena saking sulitnya. Terlahir di alam manusia itu sangat sulit karena harus memiliki bekal atau tiket yang tepat, memiliki tiket yang cocok. Selain alam manusia seseorang tidak bisa leluasa berbuat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan berikutnya. Karena di alam lain mereka cenderung hanya mengalami satu kondisi saja, yaitu penderitaan atau kebahagiaan. Terlebih di alam Neraka mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada kesempatan, tidak bisa berbuat baik karena selalu mengalami siksaan, mengalami siksaan melulu. Demikian pula di alam bahagia, di beberapa alam brahma, mereka hanya mengalami kebahagiaan saja, tidak ada kesempatan berbuat yang lain. Kembali ke persoalan menjelang kematian, apakah bekal spiritual yang dimiliki, yang sudah dikumpulkan sudah memadai atau belum? artinya sudah baik atau justru bekal yang buruk? Selama ini apa yang sudah diperbuat? Apakah kondisi batinnya sudah lumayan bersih? Apakah upaya mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasinya sudah lumayan baik? Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman yang memabukkan barulah cerminan dari batin yang bersih paling minimal dari hasil pengembangan kemoralan. Sebab untuk merealisasi batin yang bersih total tanpa noda, atau merealisasi Nibbana itu selain mengembangkan kemoralan, juga perlu mengembangkan kerelaan, contohnya adalah berdana, berdana bentuk apa saja boleh yang penting bermanfaat baik buat pihak lain, dan jangan lupa yang paling penting adalah berlatih meditasi secara benar, yang serius, pantang menyerah, terus-menerus, dan berkesinambungan dengan melalui banyak kehidupan. Merealisasi Nibbana adalah merealisasi kedamaian yang hakiki selamanya, dan tidak mungkin mundur kembali atau tidak mungkin degradasi. Jadi sekali lagi yang perlu diperhatikan dalam mengarungi kehidupan itu utamanya adalah persoalan mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi, yang akan menghasilkan tabungan berupa jasa baik dan pencapaian level tertentu dari konsentrasi atau meditasi, sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya, terlebih di masa-masa akhir kehidupan maka ketiga pengembangan tersebut harus lebih diutamakan, bukan umur yang panjang tapi tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat termasuk tekun berlatih meditasi. Judul tulisan ini adalah perilaku diatas umur, artinya jika ditinjau dari perspektif universal, yaitu dari sisi spiritual yang benar, dari sisi spiritual yang menguntungkan, adalah bahwa, perilaku baik itu lebih menguntungkan dibanding umur yang panjang. Kata kasarnya adalah, apa gunanya umur panjang jika perilakunya buruk, atau yang lebih soft apa gunanya umur panjang kalau tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang berguna buat pihak lain, bahkan buat semua makhluk. Lebih baik berumur pendek tapi perilakunya baik dibanding berumur panjang tapi tidak berbuat apa-apa. Demikianlah uraian singkat ini yang berjudul : Perilaku diatas umur. Semoga bermanfaat.
Minggu, 30 Januari 2022
Perjalanan Ini Sangat Singkat
Alkisah ada seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas tas berat dan jendela bis.
Seorang
pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan
bertanya kepada wanita muda itu. Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada
wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu. Wanita muda itu menjawab sambil
tersenyum : Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk
sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat.
Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti.
Saudara
saudara, jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf
emas. Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele, perjalanan kita
bersama ini amat singkat. Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu
singkat, maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa
tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan, karena semua hanya membuang waktu
kita di perjalanan yang singkat ini.
Apakah
seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu? Tetaplah tenang,
perjalanan hidup kita ini terlalu singkat. Apakah seseorang sudah menghianati
kamu, mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu? Tetaplah tenang, maafkan
mereka, karena perjalanan hidup kita ini sangat singkat. Apapun masalah yang
dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat bahwa perjalanan
hidup kita ini sangat singkat.
Sebagai
manusia biasa, tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan
berakhir. Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang
berikutnya. Perjalanan hidup kita ini sangat singkat.
Mari
kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.
Mari
kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu
dengan yang lain.
Mari
kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk
sesama.
Kalau
aku pernah menyakiti hati sahabatku tanpa sengaja atau disengaja, aku mohon
dimaafkan, aku bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.
Bila
sahabatku pernah menyakiti hatiku, aku sudah memaafkan semua, karena perjalanan
hidup kita sangat singkat.
Mengapa
aku bersikap demikian? dan mengatakan semua itu? Iya, karena hukum alam itu
ada. Hukum alam itu adil. Hukum alam itu bekerja secara otomatis. Tiada
kejadian atau tiada akibat yang tanpa sebab. Aku berbuat baik, seketika itu
juga aku merasa bahagia, inilah akibat nyata yang langsung aku dapatkan, sesuai
dengan yang kumau. Tidakkah Anda mendambakan kebahagiaan yang demikian? Aku tahu
masih ada akibat berikutnya setelah aku mati. Kalau aku banyak berbuat baik
maka setelah aku mati aku tidak akan sengsara. Di alam sana nanti aku tidak
akan sengsara. Sebab sebab yang baik akan menghasilkan akibat yang baik pula.
Siapa bilang kalau mati maka perkaranya selesai? Anda mesti mempertanggungjawabkan sendiri sebab sebab
yang Anda ciptakan sendiri berupa akibat yang akan Anda terima sendiri. Hukum
alamnya seperti itu. Yang Maha Kuasa itu nyata dan Anda tidak bisa melawan Yang
Maha Kuasa. Anda akan selamat, Anda akan bahagia jika Anda mampu menyesuaikan
diri dengan Yang Maha Kuasa, berada didalam sistem dan menyikapinya dengan
baik.
Bahagia
dan derita itu tidak bisa tetap, selalu berubah. Perubahan itu terjadi karena
sebab-sebabnya juga selalu berubah. Karena selalu berubah maka Anda akan capek,
Anda merasakan penderitaan. Anda akan damai selamanya, tidak capek lagi dan
tidak lagi merasakan penderitaan kalau Anda tidak lagi menciptakan sebab supaya
tidak berakibat, artinya telah padam. Setelah kematian tidak akan terlahir
kembali di alam manapun. Sebab itu timbul karena adanya nafsu keinginan, karena
adanya hawa nafsu. Hawa nafsu timbul karena batinnya kotor. Jika batinnya
bersih maka perbuatannya tidak disertai dengan hawa nafsu. Berbuatnya mempunyai
tujuan yang baik namun perbuatan tersebut tidak disertai dengan hawa nafsu.
Tujuan tercapai atau tidak tercapai diterima dengan baik apa adanya, dimana
proses berbuatnya dilakukan dengan menggunakan jalan tengah, yaitu tidak
disertai dengan hawa nafsu. Cara membersihkan batin adalah dengan selalu
melakukan focusing dan konsentrasi mengamati obyek.
Jumat, 28 Januari 2022
Takut Menghadap Masa Depan Mencekam
Adalah fakta bahwa hampir semua orang takut mati. Penyebab utamanya adalah karena mereka itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Yang dikawatirkannya adalah jika setelah mati maka akan terlahir di alam penderitaan. Umum menyebutnya sebagai masuk Neraka. Terlebih jika kematian itu diketahuinya akan segera datang, karena yang bersangkutan telah mengidap penyakit parah, seperti kanker, gagal ginjal hingga perlu cuci darah 2 kali seminggu dan lain-lain sebagainya.
Alkisah ada seseorang yang takut sekali dengan kematian, sehingga
dia melakukan banyak hal, yaitu mendatangi orang-orang suci. Dan yang diperoleh
macam-macam, yaitu Vibutti atau abu suci, foto orang suci, juga benda-benda
lain, termasuk telah dibacakan mantera-mantera. Akan tetapi semuanya itu tidak
membuatnya tenang dan berani menghadapi kematian.
Kemudian karena kematiannya dirasakan sudah sangat dekat, dia
benar-benar tidak siap dan sangat takut menghadapinya, maka sebagai upaya
terakhir orang tersebut mendatangi orang yang dianggap paling suci, dan berkata
demikian : berikan aku satu hal saja yang benar-benar bisa menyingkirkan rasa
takutku menghadapi kematianku yang kurasa sudah sangat dekat. Rupanya orang
suci yang dimaksud memiliki cukup kebijaksanaan, dia mengatakan kepada orang
sakit yang mendatanginya itu sebagai berikut : Engkau itu belum sadar, mengapa
untuk menyingkirkan rasa takut mati itu engkau meminta sesuatu? Tidak akan ada
yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Aku juga tidak bisa membantumu. Aku
akan gagal memenuhi permintaanmu seperti orang lain yang juga gagal. Mereka
memberimu sesuatu yaitu abu suci, foto atau benda-benda lain karena mereka
tidak tahu apa yang harus dilakukan yang bisa memenuhi permintaanmu itu. Sekarang
aku mengatakan kepadamu, hanya satu hal yang bisa aku katakan, yaitu terimalah
kematian itu dengan rela dan lapang dada, terimalah kondisimu yang sekarang
ini. Gemetarlah jika itu ada, jangan dilawan, jangan engkau menekannya. Jangan
engkau menolak kematian dan jangan juga mencoba untuk menjadi berani menghadapi
kematian. Kematian itu ada disana. Kematian itu alami. Engkau akan pergi dengan
damai jika engkau menerimanya sepenuh hati, diterima dengan penerimaan secara
total.
Sesungguhnya
kondisi yang baik setelah kematian itu bisa diperoleh dengan memiliki pikiran
yang baik pada saat menit-menit terkahir menjelang kematian. Dan yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah melepaskan rasa gelisah akan berpisah dengan
orang-orang dan keluarga tercinta, jangan melekat kepada harta dan kekayaan
yang akan ditinggalkan. Lepaskanlah semua urusan dunia itu. Akan tetapi
permasalahannya untuk melakukan itu semua tidaklah gampang. Anda tidak akan
bisa mengendalikan pikiran Anda jika pikiran atau batin Anda selama ini tidak
terlatih. Karena Kamma buruk Anda selama ini akan mengambil alih pikiran Anda
pada saat-saat terakhir hidup Anda. Terkecuali jika selama ini Anda telah
mengembangkan Kamma baik dan menghindari melakukan Kamma buruk, sehingga secara
total Kamma Anda berada disisi positif, disisi baik. Kamma yang positif atau
disisi baik akan menenangkan pikiran. Pikiran Anda berada dalam posisi yang
baik.
Jika
Anda adalah seorang meditator, tentu Anda terbiasa menggunakan perhatian untuk
menenangkan pikiran Anda. Ketika Anda sakit parah dan mungkin berada dalam
kondisi menjelang kematian, Anda dapat menggunakan perhatian Anda untuk
menenangkan pikiran dengan melafalkan Paritta atau memperhatikan keluar
masuknya nafas. Jika Vipassana Bhavana Anda telah mencapai level yang memadai,
Anda dapat merenungkan dengan baik sifat tubuh yang tidak kekal, dan berhasil
melepaskan eksistensi tubuh Anda, yaitu tidak berpegang teguh kepada tubuh. Biarkan
jika tubuh sudah tidak berfungsi lagi dimana kematian telah tiba. Anda adalah
pikiran, Anda tidak mati dengan tubuh. Namun sebaliknya jika seseorang
berpegang teguh kepada tubuh, maka pikirannya akan terasa buruk, karena
pikirannya tidak menginginkan tubuhnya mati. Jika Anda menginginkan pikiran
yang damai dan tenang, maka Anda harus melihat tubuh sebagai tidak kekal. Anda
bisa memandang tubuh kedalam 3 hal, yaitu :
Tubuh
itu bukanlah dirimu.
Anda
adalah pikiran.
Anda
harus memisahkan pikiran dari tubuh dengan membiarkannya mati jika waktunya
telah tiba.
Jika
tubuh berhenti bernafas biarkan dia berhenti bernafas. Jika tubuh mengalami
sakit, biarkan tubuh sakit, jangan melakukan apapun pada tubuh. Jika dengan
obat; dokter dapat memperbaiki tubuh, terimalah itu. Tetapi jika dokter tidak
dapat memperbaikinya, biarkan itu terjadi. Agar pikiran Anda menjadi damai dan
tenang.
Kembali
ke persoalan orang yang takut akan datangnya kematian yang sudah disebutkan
tadi. Beberapa hari kemudian orang tersebut datang lagi ke orang suci yang
terakhir dia datangi, orang tersebut datang dengan kondisi yang lebih baik. Dia
berkata, aku berhasil, kalau selama ini aku tidak bisa tidur dengan baik, maka
sudah 4 hari terakhir ini aku bisa tidur nyenyak, berkat nasehat dan ilmu yang
engkau berikan. Engkau benar bahwa kematian itu ada disana, dan tidak ada yang
bisa dilakukan selain menerimanya dengan tenang dan ikhlas. Kematian adalah
alami, merupakan hukum alam, merupakan kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar. Aku
mengatakannya sebagai keajaiban, bahwa sekarang
ini aku tidak merasa begitu takut lagi dengan kematian. Aku menerima hal yang
pasti akan terjadi terjadilah, sehingga ketakutanku mulai hilang. Energi rasa
takutku banyak berkurang.
Singkat
cerita, diketahuilah bahwa akhirnya orang tersebut telah meninggal dunia. Dia
meninggal dunia dengan tenang dan damai, rasa takutnya diterima sebagaimana
mestinya. Jika rasa takut itu diterima dengan akal sehat, tidak dilawan, maka
takut itu lenyap. Dan karena dalam detik-detik menjelang kematian pikirannya baik,
semoga yang bersangkutan terlahir kembali di alam bahagia, terlahir di alam
surga, yaitu terlahir di alam dewa atau terlahir kembali sebagai manusia.