Kebanyakan orang menginginkan umur panjang. Ketika sudah uzur dan mungkin dalam kondisi sakit kronis, tetap saja menginginkan umur yang masih panjang. Adakah kira-kira alasannya yang mantap sehingga dia masih menginginkan umur yang panjang? Atau tidak memiliki alasan? Pokoknya yang penting tidak mau mati? Padahal mati itu kapan saja bisa terjadi, bisa datang secara tiba-tiba. Apakah tidak lebih baik menyadari hal tersebut, sehingga sebelum kematian datang menjemput, yang bersangkutan sudah memiliki persiapan yang memadai? Apalagi kalau sudah sakit-sakitan pertanda maut sudah dekat. Persiapan seperti apa yang sudah dan akan terus dilakukan, tentunya masing-masing orang berbeda pemikiran. Tergantung dari pengalaman, pendidikan, kecerdasan, kualitas batin atau kualitas rokhani dan juga agama. Sebelum kematian tiba mungkin perlu menyiapkan surat wasiat kalau sebagai orang tua, yaitu surat wasiat pembagian harta warisan, atau mungkin pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak atau keluarga agar semuanya menjadi baik, aman, tidak kacau setelah ditinggal selama-lamanya oleh orang tua, atau mungkin juga ada pemberitahuan tentang harta simpanan, atau tabungan di Bank, dan lain-lain. Itu adalah persiapan umum sebelum kematian datang menjemput. Namun ada persiapan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua, supaya ketika dan setelah meninggal dunia wajah jenazah seperti tersenyum. Itu artinya apa? Artinya adalah bahwa yang bersangkutan meninggal dunia dengan tenang, dengan ikhlas, telah berhasil melepas semua urusan dunia, tidak memikirkannya lagi, tidak mengingat-ingat atau melekat kepada harta benda yang dia miliki, yang selama ini berhasil dia kumpulkan dan dia timbun. Atau mungkin semua hutang-hutangnya sudah berhasil dilunasi, pokoknya urusan dunia sudah diselesaikan semua dengan baik dan siap ditinggalkan. Nah itu adalah urusan duniawi, urusan materi. Masih ada lagi urusan yang bukan duniawi yaitu urusan spiritual, yang tidak bisa ditinggalkan di dunia, melainkan harus dibawa mati. Karena bekal spiritual tersebut mengikuti yang bersangkutan pergi setelah meninggal dunia dan masuk ke alam berikutnya yang baru. Bekal tersebut harus dinikmati di alam kehidupan yang baru, tidak bisa tidak. Surga dan Neraka adalah dua jenis alam kehidupan berikutnya setelah kematian. Dan masih ada 29 jenis alam kehidupan yang lain yang keberadaannya diatas dan diantara kedua alam tersebut. Bekal spiritual yang dimiliki adalah tiket ke alam mana seseorang akan masuk, ke salah satu alam kehidupan berikutnya yang sudah menanti, yaitu alam bahagia atau alam penderitaan, tergantung bekal yang dimiliki. Termasuk terlahir di alam manusia kembali. Alam manusia adalah alam bahagia sekaligus alam menderita, tergantung bagaimana batin seseorang mampu menyikapinya. Alam manusia adalah alam terbaik, karena di alam manusia seseorang bisa mengumpulkan bekal terbaik atau membuat tiket terbaik yang mampu dia buat, sesuai kemampuan masing-masing karena saking sulitnya. Terlahir di alam manusia itu sangat sulit karena harus memiliki bekal atau tiket yang tepat, memiliki tiket yang cocok. Selain alam manusia seseorang tidak bisa leluasa berbuat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan berikutnya. Karena di alam lain mereka cenderung hanya mengalami satu kondisi saja, yaitu penderitaan atau kebahagiaan. Terlebih di alam Neraka mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada kesempatan, tidak bisa berbuat baik karena selalu mengalami siksaan, mengalami siksaan melulu. Demikian pula di alam bahagia, di beberapa alam brahma, mereka hanya mengalami kebahagiaan saja, tidak ada kesempatan berbuat yang lain. Kembali ke persoalan menjelang kematian, apakah bekal spiritual yang dimiliki, yang sudah dikumpulkan sudah memadai atau belum? artinya sudah baik atau justru bekal yang buruk? Selama ini apa yang sudah diperbuat? Apakah kondisi batinnya sudah lumayan bersih? Apakah upaya mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasinya sudah lumayan baik? Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman yang memabukkan barulah cerminan dari batin yang bersih paling minimal dari hasil pengembangan kemoralan. Sebab untuk merealisasi batin yang bersih total tanpa noda, atau merealisasi Nibbana itu selain mengembangkan kemoralan, juga perlu mengembangkan kerelaan, contohnya adalah berdana, berdana bentuk apa saja boleh yang penting bermanfaat baik buat pihak lain, dan jangan lupa yang paling penting adalah berlatih meditasi secara benar, yang serius, pantang menyerah, terus-menerus, dan berkesinambungan dengan melalui banyak kehidupan. Merealisasi Nibbana adalah merealisasi kedamaian yang hakiki selamanya, dan tidak mungkin mundur kembali atau tidak mungkin degradasi. Jadi sekali lagi yang perlu diperhatikan dalam mengarungi kehidupan itu utamanya adalah persoalan mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi, yang akan menghasilkan tabungan berupa jasa baik dan pencapaian level tertentu dari konsentrasi atau meditasi, sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya, terlebih di masa-masa akhir kehidupan maka ketiga pengembangan tersebut harus lebih diutamakan, bukan umur yang panjang tapi tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat termasuk tekun berlatih meditasi. Judul tulisan ini adalah perilaku diatas umur, artinya jika ditinjau dari perspektif universal, yaitu dari sisi spiritual yang benar, dari sisi spiritual yang menguntungkan, adalah bahwa, perilaku baik itu lebih menguntungkan dibanding umur yang panjang. Kata kasarnya adalah, apa gunanya umur panjang jika perilakunya buruk, atau yang lebih soft apa gunanya umur panjang kalau tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang berguna buat pihak lain, bahkan buat semua makhluk. Lebih baik berumur pendek tapi perilakunya baik dibanding berumur panjang tapi tidak berbuat apa-apa. Demikianlah uraian singkat ini yang berjudul : Perilaku diatas umur. Semoga bermanfaat.
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Senin, 07 Februari 2022
Minggu, 30 Januari 2022
Perjalanan Ini Sangat Singkat
Alkisah ada seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas tas berat dan jendela bis.
Seorang
pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan
bertanya kepada wanita muda itu. Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada
wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu. Wanita muda itu menjawab sambil
tersenyum : Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk
sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat.
Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti.
Saudara
saudara, jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf
emas. Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele, perjalanan kita
bersama ini amat singkat. Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu
singkat, maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa
tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan, karena semua hanya membuang waktu
kita di perjalanan yang singkat ini.
Apakah
seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu? Tetaplah tenang,
perjalanan hidup kita ini terlalu singkat. Apakah seseorang sudah menghianati
kamu, mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu? Tetaplah tenang, maafkan
mereka, karena perjalanan hidup kita ini sangat singkat. Apapun masalah yang
dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat bahwa perjalanan
hidup kita ini sangat singkat.
Sebagai
manusia biasa, tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan
berakhir. Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang
berikutnya. Perjalanan hidup kita ini sangat singkat.
Mari
kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.
Mari
kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu
dengan yang lain.
Mari
kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk
sesama.
Kalau
aku pernah menyakiti hati sahabatku tanpa sengaja atau disengaja, aku mohon
dimaafkan, aku bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.
Bila
sahabatku pernah menyakiti hatiku, aku sudah memaafkan semua, karena perjalanan
hidup kita sangat singkat.
Mengapa
aku bersikap demikian? dan mengatakan semua itu? Iya, karena hukum alam itu
ada. Hukum alam itu adil. Hukum alam itu bekerja secara otomatis. Tiada
kejadian atau tiada akibat yang tanpa sebab. Aku berbuat baik, seketika itu
juga aku merasa bahagia, inilah akibat nyata yang langsung aku dapatkan, sesuai
dengan yang kumau. Tidakkah Anda mendambakan kebahagiaan yang demikian? Aku tahu
masih ada akibat berikutnya setelah aku mati. Kalau aku banyak berbuat baik
maka setelah aku mati aku tidak akan sengsara. Di alam sana nanti aku tidak
akan sengsara. Sebab sebab yang baik akan menghasilkan akibat yang baik pula.
Siapa bilang kalau mati maka perkaranya selesai? Anda mesti mempertanggungjawabkan sendiri sebab sebab
yang Anda ciptakan sendiri berupa akibat yang akan Anda terima sendiri. Hukum
alamnya seperti itu. Yang Maha Kuasa itu nyata dan Anda tidak bisa melawan Yang
Maha Kuasa. Anda akan selamat, Anda akan bahagia jika Anda mampu menyesuaikan
diri dengan Yang Maha Kuasa, berada didalam sistem dan menyikapinya dengan
baik.
Bahagia
dan derita itu tidak bisa tetap, selalu berubah. Perubahan itu terjadi karena
sebab-sebabnya juga selalu berubah. Karena selalu berubah maka Anda akan capek,
Anda merasakan penderitaan. Anda akan damai selamanya, tidak capek lagi dan
tidak lagi merasakan penderitaan kalau Anda tidak lagi menciptakan sebab supaya
tidak berakibat, artinya telah padam. Setelah kematian tidak akan terlahir
kembali di alam manapun. Sebab itu timbul karena adanya nafsu keinginan, karena
adanya hawa nafsu. Hawa nafsu timbul karena batinnya kotor. Jika batinnya
bersih maka perbuatannya tidak disertai dengan hawa nafsu. Berbuatnya mempunyai
tujuan yang baik namun perbuatan tersebut tidak disertai dengan hawa nafsu.
Tujuan tercapai atau tidak tercapai diterima dengan baik apa adanya, dimana
proses berbuatnya dilakukan dengan menggunakan jalan tengah, yaitu tidak
disertai dengan hawa nafsu. Cara membersihkan batin adalah dengan selalu
melakukan focusing dan konsentrasi mengamati obyek.
Jumat, 28 Januari 2022
Takut Menghadap Masa Depan Mencekam
Adalah fakta bahwa hampir semua orang takut mati. Penyebab utamanya adalah karena mereka itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Yang dikawatirkannya adalah jika setelah mati maka akan terlahir di alam penderitaan. Umum menyebutnya sebagai masuk Neraka. Terlebih jika kematian itu diketahuinya akan segera datang, karena yang bersangkutan telah mengidap penyakit parah, seperti kanker, gagal ginjal hingga perlu cuci darah 2 kali seminggu dan lain-lain sebagainya.
Alkisah ada seseorang yang takut sekali dengan kematian, sehingga
dia melakukan banyak hal, yaitu mendatangi orang-orang suci. Dan yang diperoleh
macam-macam, yaitu Vibutti atau abu suci, foto orang suci, juga benda-benda
lain, termasuk telah dibacakan mantera-mantera. Akan tetapi semuanya itu tidak
membuatnya tenang dan berani menghadapi kematian.
Kemudian karena kematiannya dirasakan sudah sangat dekat, dia
benar-benar tidak siap dan sangat takut menghadapinya, maka sebagai upaya
terakhir orang tersebut mendatangi orang yang dianggap paling suci, dan berkata
demikian : berikan aku satu hal saja yang benar-benar bisa menyingkirkan rasa
takutku menghadapi kematianku yang kurasa sudah sangat dekat. Rupanya orang
suci yang dimaksud memiliki cukup kebijaksanaan, dia mengatakan kepada orang
sakit yang mendatanginya itu sebagai berikut : Engkau itu belum sadar, mengapa
untuk menyingkirkan rasa takut mati itu engkau meminta sesuatu? Tidak akan ada
yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Aku juga tidak bisa membantumu. Aku
akan gagal memenuhi permintaanmu seperti orang lain yang juga gagal. Mereka
memberimu sesuatu yaitu abu suci, foto atau benda-benda lain karena mereka
tidak tahu apa yang harus dilakukan yang bisa memenuhi permintaanmu itu. Sekarang
aku mengatakan kepadamu, hanya satu hal yang bisa aku katakan, yaitu terimalah
kematian itu dengan rela dan lapang dada, terimalah kondisimu yang sekarang
ini. Gemetarlah jika itu ada, jangan dilawan, jangan engkau menekannya. Jangan
engkau menolak kematian dan jangan juga mencoba untuk menjadi berani menghadapi
kematian. Kematian itu ada disana. Kematian itu alami. Engkau akan pergi dengan
damai jika engkau menerimanya sepenuh hati, diterima dengan penerimaan secara
total.
Sesungguhnya
kondisi yang baik setelah kematian itu bisa diperoleh dengan memiliki pikiran
yang baik pada saat menit-menit terkahir menjelang kematian. Dan yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah melepaskan rasa gelisah akan berpisah dengan
orang-orang dan keluarga tercinta, jangan melekat kepada harta dan kekayaan
yang akan ditinggalkan. Lepaskanlah semua urusan dunia itu. Akan tetapi
permasalahannya untuk melakukan itu semua tidaklah gampang. Anda tidak akan
bisa mengendalikan pikiran Anda jika pikiran atau batin Anda selama ini tidak
terlatih. Karena Kamma buruk Anda selama ini akan mengambil alih pikiran Anda
pada saat-saat terakhir hidup Anda. Terkecuali jika selama ini Anda telah
mengembangkan Kamma baik dan menghindari melakukan Kamma buruk, sehingga secara
total Kamma Anda berada disisi positif, disisi baik. Kamma yang positif atau
disisi baik akan menenangkan pikiran. Pikiran Anda berada dalam posisi yang
baik.
Jika
Anda adalah seorang meditator, tentu Anda terbiasa menggunakan perhatian untuk
menenangkan pikiran Anda. Ketika Anda sakit parah dan mungkin berada dalam
kondisi menjelang kematian, Anda dapat menggunakan perhatian Anda untuk
menenangkan pikiran dengan melafalkan Paritta atau memperhatikan keluar
masuknya nafas. Jika Vipassana Bhavana Anda telah mencapai level yang memadai,
Anda dapat merenungkan dengan baik sifat tubuh yang tidak kekal, dan berhasil
melepaskan eksistensi tubuh Anda, yaitu tidak berpegang teguh kepada tubuh. Biarkan
jika tubuh sudah tidak berfungsi lagi dimana kematian telah tiba. Anda adalah
pikiran, Anda tidak mati dengan tubuh. Namun sebaliknya jika seseorang
berpegang teguh kepada tubuh, maka pikirannya akan terasa buruk, karena
pikirannya tidak menginginkan tubuhnya mati. Jika Anda menginginkan pikiran
yang damai dan tenang, maka Anda harus melihat tubuh sebagai tidak kekal. Anda
bisa memandang tubuh kedalam 3 hal, yaitu :
Tubuh
itu bukanlah dirimu.
Anda
adalah pikiran.
Anda
harus memisahkan pikiran dari tubuh dengan membiarkannya mati jika waktunya
telah tiba.
Jika
tubuh berhenti bernafas biarkan dia berhenti bernafas. Jika tubuh mengalami
sakit, biarkan tubuh sakit, jangan melakukan apapun pada tubuh. Jika dengan
obat; dokter dapat memperbaiki tubuh, terimalah itu. Tetapi jika dokter tidak
dapat memperbaikinya, biarkan itu terjadi. Agar pikiran Anda menjadi damai dan
tenang.
Kembali
ke persoalan orang yang takut akan datangnya kematian yang sudah disebutkan
tadi. Beberapa hari kemudian orang tersebut datang lagi ke orang suci yang
terakhir dia datangi, orang tersebut datang dengan kondisi yang lebih baik. Dia
berkata, aku berhasil, kalau selama ini aku tidak bisa tidur dengan baik, maka
sudah 4 hari terakhir ini aku bisa tidur nyenyak, berkat nasehat dan ilmu yang
engkau berikan. Engkau benar bahwa kematian itu ada disana, dan tidak ada yang
bisa dilakukan selain menerimanya dengan tenang dan ikhlas. Kematian adalah
alami, merupakan hukum alam, merupakan kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar. Aku
mengatakannya sebagai keajaiban, bahwa sekarang
ini aku tidak merasa begitu takut lagi dengan kematian. Aku menerima hal yang
pasti akan terjadi terjadilah, sehingga ketakutanku mulai hilang. Energi rasa
takutku banyak berkurang.
Singkat
cerita, diketahuilah bahwa akhirnya orang tersebut telah meninggal dunia. Dia
meninggal dunia dengan tenang dan damai, rasa takutnya diterima sebagaimana
mestinya. Jika rasa takut itu diterima dengan akal sehat, tidak dilawan, maka
takut itu lenyap. Dan karena dalam detik-detik menjelang kematian pikirannya baik,
semoga yang bersangkutan terlahir kembali di alam bahagia, terlahir di alam
surga, yaitu terlahir di alam dewa atau terlahir kembali sebagai manusia.
Rabu, 19 Januari 2022
Apa Yang Akan Terjadi Setelah Kita Menutup Mata ???
Disarikan dari uraian Bhante Santacitto. Setiap kelahiran akan diikuti dengan kematian. Apakah kematian adalah akhir dari segalanya atau masih ada kehidupan berikutnya? Apa yang terjadi setelah meninggal dunia itu menjadi pertanyaan dari dulu hingga kini.
Ada 2 tradisi
besar. Kelompok pertama berpandangan bahwa setelah meninggal dunia semuanya akan
berakhir dan tidak akan ada kelahiran kembali. Akan tetapi kelompok kedua memiliki
pandangan yang berbeda, bahwa setelah meninggal dunia masih ada kehidupan yang
mendatang.
Kelompok pertama
mengakui bahwa manusia itu terdiri dari dua hal yaitu jiwa atau roh dan raga atau
jasmani. Mereka berpandangan bahwa setelah meninggal dunia maka roh juga
hancur. Sehingga tidak ada kelahiran kembali. Mereka mempunyai perumpamaan.
Daun sirih yang dikunyah dengan kapur akan muncul warna merah. Daun sirih dan
kapur menggambarkan jasmani, sedangkan warna merah menggambarkan roh. Perumpamaan
tadi dapat diartikan bahwa kalau jasmani mati atau hancur maka roh juga hancur.
Tidak akan ada kelahiran kembali. Tidak ada hukum karma. Semua perbuatan
sekarang tidak akan menghasilkan buah apapun di kemudian hari karena tidak ada
kelahiran kembali. Sehingga hidup ini dapat dimanfaatkan untuk
bersenang-senang. Pemahaman ini sampai sekarang masih ada.
Kelompok kedua mempunyai
pandangan yang berbeda, bahwa setelah mati masih ada kelahiran kembali. Jasmani
dan roh merupakan dua hal yang berbeda. Begitu kematian terjadi, roh masih
berlanjut ke kehidupan berikutnya.
Tathagata Guru
Agung menolak kedua pandangan tadi. Kelahiran kembali bisa terjadi apabila
sebab-sebabnya masih ada. Beliau menolak pandangan bahwa ada roh, entitas atau
sesuatu yang tetap yang mengembara dari kelahiran ke kelahiran lainnya. Karena
segala fenomena itu unsur-unsurnya selalu berubah. Adanya kelahiran kembali itu
bisa beliau lihat dengan kemampuan Abhinna yang dimilikinya, dalam hal ini
kemampuan Dibhacakkhu beliau, yaitu kemampuan mata dewa, adalah pengetahuan
yang tinggi, merupakan Extrasensory Perseption atau persepsi yang melampaui
kemampuan manusia biasa. Bukan dengan rasio atau logika. Beliau mengetahui bahwa
makhluk itu lahir mati lahir mati sesuai dengan karmanya. Ada alam-alam lain
setelah kematian. Tetapi didalam kelahiran atau didalam kehidupan makhluk-makhluk
itu tidak ada roh atau sesuatu yang tetap di dalamnya. Dari sisi Paticcasamuppada
atau sisi Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan, yang namanya roh itu tidak
ada karena ya itu tadi, unsur-unsurnya selalu berubah. Paticcasamuppada menjelaskan,
dengan adanya Avijja atau kebodohan sebagai kondisi maka munculah Sankhara yaitu
perbuatan baik dan buruk, dengan adanya Sankhara munculah Vinnana atau kesadaran,
dengan adanya Vinnana munculah Namma & Ruppa atau batin & jasmani, dengan
adanya Namma & Ruppa munculah Salayatana atau enam landasan indriya, dengan
adanya Salayatana munculah Phassa atau kontak, dengan adanya Phassa munculah
perasaan, dengan adanya perasaan munculah Tanha atau nafsu keinginan, dengan
adanya Tanha munculah Upadana atau kemelekatan, dengan adanya Upadana munculah Bhava
atau kemenjadian, dengan adanya Bhava terjadilah kelahiran, dengan adanya kelahiran
maka munculah kesedihan, ratap tangis, ketuaan, kematian dsb.
Kelahiran
kembali itu terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor Paticcasamuppada tadi,
tetapi roh tidak ditemukan dalam setiap unsur Paticcasamuppada. Yang terjadi adalah
ada kondisi-kondisi atau fenomena yang saling menyokong, atau saling bergantung,
yang memunculkan sebuah keberlanjutan, yang didalamnya ada kelahiran setelah
kematian. Kelahiran seseorang setelah kematian itu dipengaruhi oleh perbuatan
masing-masing. Seperti benih yang ditabur, maka demikian pula buah yang akan
dipetik. Perbuatan baik setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan
mengakibatkan terlahir di alam yang baik atau alam kebahagiaan. Perbuatan jahat
setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan mengakibatkan terlahir di alam
penderitaan. Yang melakukan pembunuhan, pelit tidak suka berdana, atau suka
marah-marah, maka setelah meninggal dunia mungkin dia akan terlahir di neraka,
atau kalau terlahir di dunia akan menjadi manusia yang sakit-sakitan, berumur
pendek, menjadi orang miskin atau berwajah jelek. Kalau tidak membunuh tetapi suka
menolong orang lain atau suka berdana, tidak pelit, tidak suka marah-marah, mungkin
nanti setelah meninggal dunia dia akan terlahir di Surga atau kalau terlahir sebagai
manusia akan berumur panjang, menjadi orang kaya, tidak sakit-sakitan atau
berwajah rupawan.
Perbuatan-perbuatan
di masa lampau bisa langsung berbuah, yang bersangkutan sesaat setelah
meninggal dunia bisa langsung terlahir di Neraka atau di Surga. Akan tetapi ada
juga perbuatan-perbuatan yang berbuahnya jauh di kehidupan-kehidupan berikutnya.
Yang kita alami sekarang ini bukan akibat dari perbuatan-perbuatan kita di kehidupan
sebelum kehidupan ini, tetapi mungkin berasal dari kehidupan-kehidupan kita jauh
sebelumnya.
Ada brahmana dan
pertapa yang memiliki kemampuan Dibhacakkhu yang belum sempurna, yang melihat
orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kebajikan tetapi setelah
meninggal dunia terlahir di alam penderitaan. Sehingga mereka berpikir bahwa hukum
karma itu tidak ada. Ada yang melihat sebaliknya, orang-orang yang semasa
hidupnya banyak melakukan kejahatan tetapi setelah meninggal dunia terlahir di
alam bahagia. Sehingga mereka juga berpikir bahwa hukum karma itu tidak ada.
Atas hal tersebut
Tathagata memberikan penjelasan, meskipun seseorang semasa hidupnya banyak
melakukan kebajikan, namun ketika menjelang ajal orang tersebut berpikiran
buruk, maka menyebabkan dia terlahir di alam penderitaan. Dan sebaliknya, meskipun
seseorang semasa hidupnya banyak melakukan perbuatan jahat, namun ketika
menjelang ajal orang tersebut berpikiran baik, maka dapat menyebabkan dia
terlahir di alam bahagia. Perbuatan baik atau perbuatan jahat yang pernah
dilakukan orang tersebut akan berbuah kemudian, atau berbuah di kehidupan-kehidupan
selanjutnya. Tidak langsung berbuah di kehidupan setelah kematiannya.
Ada 31 alam
kehidupan dari yang paling menyengsarakan sampai alam kehidupan yang paling membahagiakan.
Yaitu dari alam Neraka yang paling rendah sampai alam Brahma tanpa bentuk yang
paling membahagiakan. Semakin tinggi atau semakin rendah alam kehidupannya, maka
akan semakin tinggi kebahagiaan dan kesengsaraannya, dan semakin panjang jangka
waktu hidupnya.
Tujuan dari Tathagata
mengajarkan Dhamma adalah bagaimana hendaknya kita bisa terbebas dari segala
bentuk kehidupan, terbebas dari roda kelahiran dan kematian. Karena terlahir di
alam-alam kehidupan itu menderita. Yang harus kita lakukan adalah melenyapkan
sebab-sebab dilahirkan. Secara garis besar penderitaan atau Samsara bisa
terjadi karena 3 hal, seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi pohon kalau
ditopang oleh tanah dan air. Namun secara rinci yang memunculkan Samsara itu ada 12 hal yang saling bergantungan yang disebut
Paticcasamuppada. Secara garis besar ketiga hal yang memunculkan Samsara tadi adalah
Vinnana atau kesadaran, Karma atau perbuatan dan Tanha atau nafsu keinginan. Biji
adalah simbul dari Vinnana, tanah adalah simbul dari Karma, dan air adalah
simbul dari Tanha. Vinnana akan berlanjut ketika ada Karma dan Tanha. Agar bisa
terbebas dari kelahiran maka bahan bakarnya yang menjadi nutrisi dari kehidupan
itu harus dihancurkan. Nurisi yang adalah Tanha itu harus dihancurkan. Tanha
yang sudah hancur terjadi pada seorang arahat. Seorang arahat masih melakukan
perbuatan, tetapi karena tidak disertai
dengan Tanha maka tidak membawa pada kelahiran, perbuatan yang tidak disertai
dengan Tanha disebut Kiriya. Cara melenyapkan Tanha adalah dengan mempraktekkan
dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Yaitu mempunyai Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Yang harus senantiasa
dikembangkan.
Cara hidup yang tidak pernah rugi
Tulisan ini bertujuan mengajak kita semua untuk bisa menyadari pentingnya berpikiran sehat, pentingnya berpikir dengan jernih, untuk mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh, supaya hidup kita ini nyaman. Yaitu bahwasannya hidup ini sangat berarti, jangan sia-sia-kan hidup ini untuk hal-hal yang tidak berguna, supaya kita tidak rugi. Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan kualitas batin dengan cara :
1.
Selalu berusaha mengendalikan diri, mengendalikan emosi, dan berusaha bertindak
bijaksana.
2.
Selalu berusaha berbuat hal-hal baik, hal-hal yang berguna. Menghindari berbuat
hal-hal yang tidak baik, yaitu mengecewakan, menyakiti, merugikan orang lain,
menyiksa makhluk hidup, merusak lingkungan dan lain-lain.
Tidak
ada kekuatan apapun yang bisa mengintervensi, menambah atau mengurangi nasib
hidup kita ini kecuali diri kita sendiri. Kita ini adalah kreator dari takdir
kita sendiri. Surga atau neraka, yaitu alam kebahagiaan atau alam penderitaan
yang kita singgahi setelah kita
meninggal; itu kita sendiri penyebabnya. “Siapa menanam benih dia sendirilah yang
akan memetik buahnya”. Doa terbaik adalah berbuat baik termasuk berdoa yang
baik. Kita akan berhenti sebagai kreator kehidupan setelah batin kita benar-benar
besih tanpa noda, sudah tidak membuat dosa baru lagi. Penyebab dari terlahir
kembali di alam kehidupan yang baru sudah berhasil kita hancur leburkan. Apakah
bisa? Bisa, meskipun sangat sulit dan memerlukan cara-cara yang tepat, cara-cara
yang sudah ada dan patent, yaitu dengan cara mempraktekkan dengan baik dan
benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Praktek ini memerlukan waktu yang sangat
lama sekali dengan melalui banyak kehidupan. Tapi yang paling penting dengan
berjalannya waktu berusahalah secara kumulatif dalam satu kehidupan tidak
mengalami kemunduran. Usahakan mampu untuk terus maju meskipun berjalannya
merangkak seperti siput. "Alon-alon Waton Kelakon." Ini bahasa Jawa yang artinya;
pelan-pelan asalkan terlaksana.
Tidak
terlahir kembali di alam manapun itu merupakan tujun akhir dari kehidupan semua
makhluk. Tidak terlahir kembali itu artinya telah padam, telah berhasil merealisasi
Nibbana. Ada yang bilang telah berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki
selamanya. Ada juga yang bilang telah berhasil merealisasi kedamaian abadi. Damai
abadi itu rasanya seperti apa tidak bisa diceritakan karena enam indriya yaitu panca
indera dan batin atau pikiran sudah tidak ada lagi. Supaya tahu rasanya seperti
apa maka harus dialami sendiri.
Berada di Posisi manakah Anda?
Anda tahu bahwa kepercayaan itu di dunia ini sangat banyak sekali. Tidak terkecuali di Indonesia. Namun sekarang ini yang diakui, artinya yang difasilitasi oleh negara hanya ada enam. Secara sepintas dapatlah diketahui bahwa keenam kepercayaan tersebut, katakanlah dapat dibagi menjadi tiga golongan. Semuanya mengajarkan kebaikan. Meski kenyataannya ada saja penganutnya yang memiliki perbuatan yang tidak baik, yang tidak sesuai dengan yang diajarkan. Perbuatan tidak baik tersebut disadarinya, yang tidak disadari adalah bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang salah. Mereka menganggap perbuatannya itu benar adanya. Yang dimaksud perbuatan yang tidak baik tersebut contohnya adalah menjelek-jelekkan atau menyalah-nyalahkan kepercayaan lain, menganggap kepercayaan lain itu salah, sesat dan menyebabkan setelah mati masuk Neraka. Dan menganggap kepercayaan sendirilah yang paling benar. Mereka menyerang kepercayaan lain, menyuruh kepada yang mempunyai kepercayaan lain, kepercayaan yang berbeda dengannya untuk bertobat dan mengikuti kepercayaan yang mereka percayai. Mereka tidak sadar bahwa yang namanya kepercayaan itu tentu macam-macam dan tidak bisa sama. Kepercayaan itu dipilih karena cocok, karena kebenarannya dinilai sesuai dengan nalar dan hati nurani masing-masing yang memilih, terlepas dari apakah kepercayaan itu adalah warisan dari orang tua atau bukan. Persoalan kepercayaan itu tentunya buat yang mempercayainya bukanlah kepercayaan, tapi kebenaran. Sebenarnya dengan akal yang sehat, dengan adanya kebenaran masing-masing tersebut bisa saja tidak terjadi gesekan, atau saling menyalahkan.
Tulisan ini merupakan opini yang menjelaskan bahwa tiga golongan kepercayaan yang disebutkan tadi adalah sebagai berikut :
Yang pertama, mereka yang mempercayai bahwa keselamatan setelah kematian itu bisa diperoleh dengan rajin menyembah dan memuji-muji Tuhan, rajin berdoa kepada Tuhan termasuk memohon pertolongan dan memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Tuhan seolah dipersepsikan sebagai individu yang maha kuasa, yang ditangannyalah segala sesuatu ditentukan. Mereka ini menyadari pentingnya berbuat baik, namun jika mereka memiliki kesalahan yaitu berbuat yang tidak baik atau berbuat jahat, maka Tuhan bisa mengampuninya. Mereka meyakini bahwa hidup itu hanya sekali, selanjutnya akan masuk ke Surga atau masuk ke Neraka.
Yang kedua, mereka yang mempercayai bahwa keselamatan setelah kematian itu bisa diperoleh dengan menyikapi dengan baik adanya hukum sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma, sehingga perlu banyak berbuat baik. Mereka juga mempercayai bahwa Tuhan yang maha esa itu bersedia menolong dan mengampuni perbuatan dosa manusia. Mereka juga melakukan penyembahan dan doa. Mereka mempercayai bahwa hidup itu tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali sebelum semuanya berakhir dan menyatu kepada yang esa.
Yang ketiga, mereka yang mengetahui bahwa keselamatan setelah kematian itu hanya bisa diperoleh dengan menyikapi dengan baik dan benar saja berlakunya hukum karma. Mereka juga mengetahui bahwa hidup itu berkali-kali, hidup berikutnya sebagai apa dan seperti apa tergantung dari perilaku atau tergantung dari karma di hidup sebelumnya. Dan semuanya akan berakhir, artinya setelah kematian tidak akan terlahir kembali jika batin sudah menjadi bersih sempurna atau suci, sudah tidak bisa berbuat jahat atau sudah tidak bisa berbuat dosa lagi, telah mencapai kedamaian abadi. Selain banyak berbuat baik dan mengurangi perbuatan jahat, maka untuk merealisasi batin yang suci harus melakukan latihan meditasi secara terus menerus hingga mencapai hasil tertinggi yaitu berupa pencapaian penerangan sempurna. Mereka faham bahwa ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, dan yang mutlak. Karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, dan yang mutlak, maka manusia bisa terbebas dari penderitaan, terbebas dari pembentukan dari sebab yang lalu, terbebas dari kelahiran dan kematian, telah merealisasi kemutlakan, telah merealisasi Nibbana, telah berhasil mencapai penerangan sempurna, batinnya sudah bersih sempurna dan suci, telah berhasil merealisasi kedamaian abadi.
Dari ketiga golongan yang sudah disebutkan tadi, berada di posisi yang manakah Anda? Kepercayaan terhadap yang diyakini benar yang sudah disebutkan tadi, yang berbeda-beda itu, yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan dengan mudah, maka atas hal tersebut seharusnya membuat kita manusia yang berakal menjadi lebih saling menghormati dan toleransi satu sama lain, bertoleransi antar sesama. Jika Anda memiliki pemikiran atau opini yang lain dari penyampaian tulisan ini, silahkan ditanggapi demi untuk memperluas pengetahuan kita semua. Terima kasih.
Jumat, 31 Desember 2021
Perbedaan Antara Meditasi Samatha dan Meditasi Vipassana
Kata para guru spiritual, meditasi adalah jalan pintas untuk mencapai pencerahan. Meditasi dalam banyak tradisi memang sangat dianjurkan. Terutama dalam Buddhisme.
Ada
dua jenis meditasi, pertama Samatha Bhavana atau Meditasi Ketenangan, dan yang
kedua adalah Vipassana Bhavana atau Meditasi Pandangan Terang.
Ada
pandangan yang berbeda di kalangan pengajar meditasi. Ada yang mengatakan bahwa
seseorang harus melakukan dan mahir meditasi Samatha Bhavana terlebih dahulu.
Baru setelah itu mereka masuk ke meditasi Vipassana Bhavana. Ada juga yang
mengatakan, bahwa untuk mencapai pencerahan tidak perlu dengan melakukan
meditasi Samatha Bhavana terlebih dahulu, tapi langsung meditasi Vipassana
Bhavana.
Meditasi
Samatha Bhavana adalah pemusatan konsentrasi atau perhatian pada objek
tertentu, misalnya napas. Ada empat puluh objek yang bisa digunakan untuk
menditasi. Napas hanya salah satunya.
Tujuan
dari meditasi ini adalah untuk melatih pikiran sehingga terkendali dan akhirnya
diam dan hening. Saat kondisi pikiran benar-benar terpusat sangat kuat, hening,
diam, dan tercerap sepenuhnya pada objek meditasi, maka pada saat itu meditator
mencapai kondisi Jhana.
Sedangkan
meditasi Vipassana Bhavana adalah meditasi perhatian penuh, introspeksi,
observasi realitas, kewaspadaan objektif, dan belajar dari pengalaman setiap
momen. Inti dari meditasi ini adalah mengamati segala proses mental atau fisik
yang paling dominan pada saat sekarang. Dengan kata lain, menyadari, mencatat,
ingat ketika lenyap.
Tulisan ini tidak dalam posisi untuk mengatakan mana atau siapa yang benar. Apakah
perlu Samatha dulu baru Vipassana, ataukah tidak perlu Samatha tapi langsung Vipassana?
Tulisan ini ingin menyampaikan apakah sebenarnya yang terjadi dalam pikiran
seseorang yang melakukan meditasi, baik itu Samatha maupun Vipassana ditinjau
dari riset di barat, dengan mengukur pola gelombang otak.
Ada
seseorang yang belajar kepada Anna Wise, satu hal yang sangat mencerahkan dia adalah
saat Anna Wise berkata, "Meditation is a state of consciousness, a
spesific brain-wave pattern, not a technique", yang artinya, meditasi
adalah keadaan kesadaran, pola gelombang otak tertentu, bukan teknik. Anna Wise juga
berkata bahwa, "There is state of consciousness and content of
consciousness", artinya : ada keadaan kesadaran dan isi kesadaran.
Wow…
ini sungguh suatu pencerahan luar biasa. Anna Wise sampai pada kesimpulan ini
setelah mengukur, dengan menggunakan Mind Mirror, begitu banyak pola gelombang
otak orang, termasuk para master dan guru meditasi Zen.
Dari
pengukuran Anna Wise didapat satu data yang sangat menarik, yaitu semua master
dan guru meditasi itu punya gelombang otak yang sama. Pola ini disebut dengan
pola Awakened Mind, artinya, pikiran yg bangun, yang terdiri dari beta, alfa,
theta, dan delta dengan komposisi yang pas. Beta di sini adalah low beta dan
hanya sedikit saja, karena hanya digunakan untuk menyadari, mengetahui,
mencatat.
Alfa
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar.
Theta adalah pikiran bawah sadar dan delta adalah pikiran Nirsadar.
Kita
tetap membutuhkan beta, walaupun hanya sedikit saja, adalah untuk bisa mengetahui atau
menyadari apa yang sedang kita alami. Bila tidak ada beta maka kita sama sekali
tidak akan tahu, tidak ingat yang terjadi, yang dialami saat meditasi.
Lalu,
apa hubungannya dengan meditasi Samatha dan Vipassana?
Meditasi
Samatha, bila dilihat dari pola gelombang otak, bertujuan untuk meng-OFF-kan
gelombang beta. Beta adalah gelombang pikiran sadar dengan kisaran frekuensi antara
12 sampai dengan 25 Hertz. Gelombang ini
aktif bila kita berpikir, memberikan penilaian, atau memberikan makna pada
sesuatu, mengkritik, membuat daftar, menganalisa, atau berbicara pada diri
sendiri.
High
Beta, frekuensinya diatas 25 Hertz, berhubungan dengan stress dan kecemasan.
Semakin aktif high beta seseorang maka semakin "liar" pikirannya.
Pikiran akan lari ke sana ke mari, melompat dari satu hal ke hal lain, tidak
bisa diam, sulit atau hampir tidak mungkin untuk dikendalikan. Kesulitan ini
yang dialami oleh semua meditator pemula.
Banyak
orang menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk belajar mendiamkan pikiran
mereka namun tidak berhasil. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti
bermeditasi karena tidak merasakan manfaat.
Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat seseorang mahir meng-OFF-kan
pikirannya? Ini semua bergantung pada waktu dan teknik yang digunakan. Umumnya,
untuk meng-OFF-kan pikiran sadar, orang menggunakan objek napas.
Pikiran
dilatih untuk diam dengan cara difokuskan pada napas. Dan pada saat pikiran
lari ke objek lain maka pikiran ditarik kembali ke napas, demikian selanjutnya
sampai dicapai kekuatan konsentrasi yang sangat tinggi.
Sulitnya meditator mendiamkan pikirannya, selain karena aktifnya high beta, juga disebabkan tubuh yang tegang. Posisi duduk yang tidak tepat, apa lagi kalau sampai melakukan postur full lotus, membuat otot paha dan tubuh menjadi begitu tegang, sehingga tidak mungkin bisa mencapai kondisi pikiran yang rileks.
Masih
berdasar riset Anna Wise, untuk bisa merilekskan pikiran, menurunkan beta
dengan cepat, bisa dilakukan dengan merilekskan tubuh terlebih dahulu. Ada
teknik spesifik yang beliau kembangkan untuk bisa mendiamkan pikiran dalam
waktu yang sangat singkat.
Saat
seseorang telah mampu meng-OFF-kan pikiran sadarnya, meng-off-kan gelombang
beta, maka pada saat itu ia telah masuk ke kondisi meditatif yang sangat dalam.
Jadi, meditasi sebenarnya adalah gelombang otak yang terdiri dari alfa, theta,
dan atau tanpa delta. Disini tampak jelas bahwa beta tidak dibutuhkan untuk
meditasi. Justru beta perlu dihilangkan.
Lalu,
apa hubungannya dengan meditasi Vipassana?
Dari
pengalaman pribadi, cukup sulit atau bahkan tidak mungkin bisa melakukan
pengamatan pada bentuk-bentuk pikiran, perasaan, atau sensasi fisik yang muncul
saat pikiran sadar masih sangat aktif. Apalagi jika yang aktif adalah high
beta.
Jelas
sangat sulit melakukan pengamatan jika piranti yang digunakan untuk melakukan
pengamatan yaitu pikiran sadar masih sangat aktif dan sibuk sendiri.
Yang
diamati dalam meditasi Vipassana, khususnya pada aspek bentuk-bentuk pikiran
dan perasaan yang muncul, sebenarnya berasal dari pikiran bawah sadar dan Nirsadar.
Dari
pikiran bawah sadar biasanya muncul memori atau ingatan mengenai kejadian
tertentu, yang berasal dari pengalaman di kehidupan saat ini, dan biasanya
berisi muatan emosi dengan intensitas tinggi, baik positif maupun negatif.
Jadi,
saat memori ini muncul, baik dalam bentuk gambar atau film, maka sebenarnya
pada saat yang sama emosi yang berhubungan dengan memori ini juga aktif.
Sedangkan dari pikiran Nirsadar akan muncul memori dan emosi yang berasal dari
kehidupan lampau.
Itulah
sebabnya adalah sangat penting bagi seorang meditator untuk tidak masuk ke
dalam pengalaman itu, karena biasanya mengandung emosi yang intens, dan cukup
hanya mengetahui, menyadari, mencatat, dan mengingatnya saja ketika lenyap atau
hilang.
Meditator tidak larut ke dalamnya. Akan sangat riskan bila meditator masuk ke dalam pengalaman itu, terutama jika pengalaman itu mengandung emosi negatif yang intens, misalnya akibat dari trauma masa lalu. Jika sampai terjadi hal ini, maka meditator akan mengalami kembali kejadian atau pengalaman itu. Istilah teknisnya revivification atau kebangkitan, dan akan berdampak negatif pada kondisi mental dan emosinya.
Kemampuan
untuk bisa menjadi observer dan tidak masuk ke dalam objek yang diamati, hanya
bisa dicapai bila pengendalian diri kita baik dan juga pikiran sadar - beta, tidak
terlalu aktif dan tidak memberikan penilaian atau penghakiman.
Saat
kita mampu melihat atau hanya menjadi pengamat, maka kita telah mampu melakukan
disosiasi sehingga tidak dipengaruhi emosi yang melekat pada suatu memori. Saat
kita mampu tenang, hanya menyadari, mencatat, dan mengingat kejadian atau
pengalaman yang muncul, maka kita akan tahu dan sadar bahwa kita bukanlah
pengalaman atau emosi kita. Pengalaman atau emosi itu muncul dan tenggelam atau
hilang. Dan saat kita memberi jarak, atau memisahkan diri dari pengalaman atau
emosi itu, maka mereka tidak bisa mempengaruhi diri kita.
Banyak
yang berpikir, "Jika tidak ada beta, lalu bagaimana mungkin kita bisa
mendapatkan insight atau mengerti?"
Insight
atau kebijaksanaan yang sesungguhnya berasal dari theta atau pikiran bawah
sadar. Kedalamam meditasi ditentukan oleh kedalaman theta yang berhasil kita
capai. Theta adalah tempat terjadinya koneksi spiritual paling dalam. Saat
seseorang berada dalam deep theta, maka ia akan merasakan ketenangan,
kedamaian, dan kebahagiaan yang luar biasa.
Pikiran
bawah sadar mempunyai proses berpikir sendiri yang terpisah dari pikiran sadar.
Jadi, saat kita bermeditasi Vipassana, saat pikiran sadar yang tidak terlalu
aktif, maka informasi atau insight yang berasal dari pikiran bawah sadar akan
naik melalui jembatan alfa ke pikiran sadar beta, dan kita menyadari atau tahu
dan ingat informasi ini.
Jadi,
yang dilakukan oleh meditator yang bertahun-tahun melakukan meditasi Samatha,
sebenarnya adalah persiapan untuk awakening atau pencerahan. Para meditator ini
biasanya setelah bertahun-tahun berlatih meditasi, berhasil mengembangkan pola
gelombang otak Awakened Mind.
Namun
meditasi Samatha walaupun telah lama dilakukan, walaupun telah berhasil mencapai
pola Awakened Mind, tidak mampu memfasilitasi pencapaian pencerahan.
Mengapa?
Karena meditasi Samatha sebenarnya adalah cara untuk mencapai kondisi kesadaran,
state of consciousness yang spesifik. Kondisi kesadaran ini selanjutnya perlu
ditindaklanjuti dengan melatih meditasi Vipassana, karena Vipassana sebenarnya
adalah content-based meditation atau meditasi berdasarkan isi.
Yang
dimaksud dengan isi, selain sensasi fisik yang dirasakan, juga adalah konten
dari pikiran bawah sadar dalam bentuk-bentuk pikiran dan emosi yang muncul,
dirasakan, atau dialami pada saat meditasi berlangsung, pada momen here and
now.
Contoh
yang paling populer adalah koan dalam meditasi Zen. Saat seorang master Zen
bertanya pada muridnya, "Bagaimana bunyinya bila tepuk tangan dilakukan
hanya dengan satu tangan?", maka pada saat itu sang master memberikan
pertanyaan yang tidak bisa dijawab bila si murid hanya menggunakan pikiran
sadar atau beta.
Saat
berpikir keras untuk menemukan jawabannya, maka pikiran murid yang terlatih akan
begitu fokus, dan ini sebenarnya adalah meditasi Samatha, akan mendapatkan
pemahaman atau pengetahuan, yang berasal dari pikiran bawah sadarnya, yang
mampu memfasilitasi tercapainya pencerahan.
Ini
bukan meditasi dengan "pikiran kosong". Sebaliknya, ini adalah
meditasi dengan konten yang sangat spesifik, yang dilakukan oleh praktisi dengan
kondisi pikiran yang telah disiapkan dengan sangat baik dan hati-hati sekali,
dengan menggunakan teknik yang spesifik.
Sampai sejauh ini, jika anda bermeditasi, teknik mana yang akan anda
gunakan? Samatha atau Vipassana? Semua dikembalikan pada diri anda sendiri.
Saat bermeditasi kenalilah diri anda sendiri. Anda akan tahu apakah anda akan
langsung ke Vipassana ataukah perlu melatih Samatha terlebih dahulu.
Dan
yang paling penting adalah; anda perlu belajar di bawah bimbingan seorang guru
meditasi yang berpengalaman. Hanya duduk dan memperhatikan napas, memperhatikan
pikiran, belum tentu bisa disebut meditasi. Meditasi seperti yang didefinisikan
oleh Anna Wise adalah kondisi kesadaran spesifik, bukan sekedar teknik.
Jika
anda telah melakukan meditasi sekian lama namun belum bisa masuk atau belum
bisa mengalami kondisi kesadaran, state of consciousness yang spesifik itu,
maka dapat dikatakan meditasi anda belum berhasil.
Anna
Wise pernah membantu seorang kliennya, seorang meditator. Keluhan klien ini
adalah walaupun ia telah meditasi Samatha selama 12 tahun non stop, setiap hari
1 jam, ia masih belum bisa masuk ke kondisi meditatif yang dalam.
Saat
dilihat pola gelombang otaknya, dengan menggunakan Mind Mirror, tampak bahwa
selama 12 tahun meditasi klien ini tidak bisa mendiamkan pikirannya. Hal ini
tampak dari high beta yang sangat aktif saat ia melakukan meditasi.
Dengan
teknik yang spesifik, Anna Wise berhasil membantu klien ini mendiamkan
pikirannya sehingga menjadi tenang dan hening dalam waktu yang relatif singkat.
Sungguh sayang bila ketekunan selama 12 tahun ini ternyata tidak berbuah hasil
seperti yang diinginkan. Selamat bermeditasi.