Translate

Sabtu, 20 April 2019

Pertanyaan Anak Jenius

Gambar terkaitAda pertanyaan-pertanyaan dari seorang anak yang genius sebagai berikut :
Mengapa Tuhan tidak pernah menampakkan diri? Supaya para pemeluk agama-agama yang berbeda yang gemar saling mengolok-olok, saling membenarkan ajaran agamanya masing-masing tidak lagi terjadi? Supaya semua pertikaian antar pemeluk agama yang berbeda bisa berakhir? Supaya dunia ini menjadi aman dan tentram? Kenapa Tuhan dalam menyampaikan perintah dan larangan tidak berterus terang, melainkan melalui perantara wahyu kepada Nabi-nabi? Seperti apakah proses turunnya wahyu Tuhan itu? Benarkah prosesnya seperti yang dikatakan orang? Kalau modelnya seperti itu, maka ada yang percaya dan ada pula yang tidak percaya dengan kebenaran agama wahyu? Kenapa tidak dilakukan misalnya dari langit Tuhan menampakkan diri dan berbicara kepada manusia menyampaikan perintah-perintah dan larangannya secara nyata? Kalau begitu kan dunia ini menjadi aman dan damai, karena banyak orang yang menyaksikan bahwa Tuhan itu ada, dan karena semua orang mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya sehingga semua manusia masuk surga? Mengapa tidak dilakukan oleh Tuhan? Mengapa oh mengapa? Atau benarkah bahwa wahyu Tuhan itu ada? Demikianlah pertanyaan-pertanyaannya.
Apalagi kalau turunnya wahyu itu kejadiannya sudah ribuan tahun yang lalu, dan hingga saat ini tidak ada lagi kelanjutannya yang terkait dengan hal tersebut. Dapat dikatakan saat ini Tuhan sudah tidak lagi berhubungan dengan manusia. Kenapa demikian? Herannya mengapa sampai saat ini masih banyak orang yang percaya bahwa Tuhan menurunkan kitab suci  (menurunkan firman) melalui wahyu Tuhan?
Dengan semua pertanyaan tersebut diatas mengapa tidak banyak orang yang memahami bahwa sebenarnya yang disebut Tuhan itu tidak dapat dinalar atau tidak terpikirkan? Tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tuhan itu adalah yang mutlak. Lebih tepat kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa bukan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ideologi negara kita. Kalau ada yang mutlak, maka ada kemungkinan manusia bisa terbebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, atau pemunculan dari sebab yang lalu, mencapai kesempurnaan.
Mengapa tidak banyak manusia yang mencari ajaran kesunyataan yang kitab sucinya sebanyak tiga lemari, yang menjelaskan tentang seluk-beluk kehidupan manusia, bahkan kehidupan makhluk lain, tentang alam semesta ini, dan lain sebagainya yang sudah ditemukan jawabnya oleh Guru Agung kita, Guru Agung Manusia dan Dewa, yang semuanya logis dan bebas untuk didiskusikan? Bahkan bebas juga untuk tidak dipercayai kebenarannya.

Akan tetapi tidak menjadi masalah ajaran apapun itu jika pada intinya mengajarkan kebaikan, mengajarkan untuk tidak serakah, tidak membenci dan tidak dungu atau tidak delusi, karena ajaran seperti inilah yang diperlukan oleh manusia agar hidupnya selamat sampai akhir dan tidak merugi.

Kamis, 18 April 2019

Agama


Agama itu banyak, bagai pakaian, maka harus dipilih yang pas dengan mencobanya. Dirasakan di badan, enak atau kurang enak dipakai? Secara logika kalau kita memilih pakaian, memang harus dicoba, tidak cukup hanya dilihat tampilannya saja, dan dikira-kira ukurannya. Penjual pakaian yang baik jangan memaksa calon pembeli untuk membeli pakaian tanpa mencobanya.
Setelah berpakaian hendaknya menjadi bergembira dan berbahagia, harus berperilaku lebih baik ketimbang yang bertelanjang bulat, tanpa busana.

Senin, 15 April 2019

Kata-kata Bijak

Sesuatu yang hilang, sesungguhnya selama ini tidak pernah benar-benar menjadi milik kita, jadi tidak perlu kita sesali.

Disaat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Kalau perilaku kita baik, hidup mati kita akan aman, agama adalah jalan yang kita pilih untuk men-support hal tersebut.

Allah

Ada ajaran agama yang mengatakan begini : 
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Benarkah Allah menyukai balas-membalas? Karena dikatakan juga bahwa manusia itu adalah ciptaan Allah. Maka, mengapa Allah direpotkan oleh ciptaannya sendiri yang bisa bebas menipu pihak lain?
Bukankah lebih logis kalau hukum sebab-akibat, hukum tabur-tuai atau hukum karma yang bekerja? yang membalas? 
Apakah maksud kalimat tersebut diatas adalah bahwa, hukum karma lah yang membalas atas kuasa Allah? Tapi bukan atas kehendak Allah. Kalau ini aku faham!

Jumat, 12 April 2019

Tujuan Hidup


Gambar terkaitSemua orang mempunyai tujuan hidup, yaitu bahagia di hidup ini & bahagia selamanya setelah meninggalkan hidup ini.
Kelompok yang satu mempercayai bahwa Yang Maha Kuasa dapat membantunya untuk mencapai tujuan tersebut, terutama dalam hal meraih bahagia selamanya tersebut diatas, yaitu dengan cara mengikuti perintah Yang Maha Kuasa, memujanya, memohon, dan berperilaku baik atau berbuat baik dalam arti luas (banyak cara) yang berpedoman dari perintah-perintah Yang Maha Kuasa. Mengapa demikian? Karena maha kuasa, jadi dengan sangat mudahnya Yang Maha Kuasa dapat mengabulkannya jika berkehendak (membantu mencapai kebahagiaan kekal yang dimaksud). Permasalahannya ada pada manusia, mau atau tidak manusia dengan tekun melakukan pemujaan (penyembahan), permohonan dan berperilaku baik? Darimana mengetahui ada perintah dari Yang Maha Kuasa? Dari buku suci yang diyakini berasal dari Yang Maha Kuasa. “Diyakini” disini bisa diartikan bahwa keyakinan tersebut kurang dipertimbangkan lebih dalam tentang kebenarannya, atau tidak merenungkannya lebih dalam atas kebenaran dari adanya perintah tersebut, yaitu tidak dilakukan pengusutan lebih dalam dengan segala macam cara, termasuk menanyakan kesana-sini di dunia nyata maupun dunia maya kepada ahlinya sampai puas, sampai tidak ada lagi pertanyaan yang dapat ditimbulkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disampaikan dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan bagaimana cara Yang Maha Kuasa menurunkan kitab suci yang dimaksud, yang bisa diterima oleh logika yang sehat yang tak terbantahkan lagi.
Kelompok yang lain yakin & tahu persis bahwa Yang Maha Kuasa tidak dapat membantu merealisasi tujuan hidup yang bahagia dimaksud. Kebahagiaan di dunia & kebahagiaan setelah meninggalkan dunia hanya dapat direalisasi oleh manusia yang bersangkutan. Manusia telah memiliki tool atau alat yang diperlukan dengan lengkap. Cara merealisasinya adalah dengan memahami & mempraktekkan dengan baik & benar dari Jalam Mulia Berunsur Delapan (JMB8) yang meliputi Sila, Samadhi (Meditasi) & Panna (Kebijaksanaan), yaitu paraktek mengembangkan kerelaan, kemoralan & konsentrasi (meditasi) dengan baik & benar hingga mencapai tujuan. Bisa juga diartikan sebagai mempraktekkan perilaku tidak serakah, tidak membenci & tidak dungu (tahu mana yang benar / baik dan mana yang salah / tidak baik). Atau bisa juga diartikan tekun melakukan Dana, Sila & Bhavana (Meditasi) dengan baik & benar. Kelompok ini bisa saja menerima jika dikatakan bahwa Yang Maha Kuasa itu adalah Hukum Universal Alam Semesta yang berlaku, yang tidak bisa ditawar-tawar atau dinegosiasi dengan permohonan. Kelompok ini tahu persis bahwa untuk merealisai kebahagiaan yang hakiki selamaya itu utamanya adalah dengan cara menyikapi dengan baik & benar berlakunya Hukum Karma, Hukum Sebab-Akibat atau Hukum Tabur-Tuai, yang mana merupakan salah satu dari lima Hukum Universal Alam Semesta. Yang Maha Kuasa itu yang dalam hal ini bisa juga difahami adalah Hukum Karma, hukum  ini tidak mengeluarkan perintah-perintah, hukum ini bekerja secara otomatis. Sama dengan kelompok yang satu tersebut diatas, bahwa permasalahannya juga ada pada manusia, mau atau tidak manusia mempraktekkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan tekun, baik & benar? Darimana mengetahui ajaran kesunyataan termasuk Jalan Mulia Berunsur Delapan? Dari kitab suci juga, yang ditulis dari khotbah-khotbah Sang Bhagava (Guru Agung Manusia & Dewa). Sang Bhagava telah menemukannya sendiri ajaran kesunyataan tersebut dari hasil praktek meditasi (Samatha Bhavana & Vipassana Bhavana) dengan tekun & bersungguh-sungguh selama 6 tahun lamanya hingga mencapai penerangan sempurna (Enlightened), tercerahkan atas usahanya sendiri. Jadi kitab suci kaum ini bukan berasal dari Yang Maha Kuasa yang tergambarkan sebagai pribadi / makhluk super maha tinggi, melainkan dari penemuan manusia super (bisa juga dikatakan demikian), yaitu dari Sang Bhagava, yang juga disebut sebagai Guru Agung Manusia & Dewa.