Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Sabtu, 06 Januari 2024
Selasa, 15 November 2022
Senin, 14 November 2022
Rabu, 19 Oktober 2022
Tradisi memberi sesaji – baik atau buruk?
Sesaji itu umumnya diberikan kepada makhluk halus, makhluk yang tidak kasat mata. Tradisi memberi sesaji kepada makhluk halus itu baik, asalkan bukan dari pembunuhan makhluk hidup. Mereka - makhluk halus itu seperti kita, masalahnya mereka itu kurang beruntung – karma-nya menentukan mereka bertumimbal lahir sebagai makhluk halus. Kalau makhluk-makhluk itu diciptakan – maka enak di kita manusia – dan tidak enak di mereka makhluk halus – karena makhluk halus yang dalam hal ini hidup di alam rendah itu menderita. Mereka itu memerlukan bantuan, perlu dikasihani. Ada jenis makhluk halus yang selalu kelaparan dan memerlukan pemberian makanan dari kita, mereka memerlukan asupan - baik itu berupa sesaji ataupun pelimpahan jasa dari kita manusia untuk meringankan penderitaannya. Setelah kematiannya makhluk-makhluk bertumimbal lahir di alam mana - yang menentukan adalah Hukum Alam berdasarkan perilaku yang bersangkutan di hidup sebelumnya. Jadi yang menentukan kita - kita akan terlahir kembali di alam mana itu yang menentukan adalah kita sendiri - berdasarkan perilaku kita di hidup sebelumnya. Berlaku hukum Karma. Contoh : orang dermawan setelah meninggal mungkin akan terlahir kembali di alam dewa atau kalau terlahir kembali sebagai manusia – maka ada kemungkinan nantinya dia akan menjadi orang kaya. Orang yang meninggal dan kemudian masuk Neraka atau masuk Surga itu artinya adalah terlahir kembali secara spontan di alam kehidupan berikutnya. Dan kalau karma buruk atau karma baiknya sudah habis akan terlahir kembali di alam berikutnya lagi - karena adanya karma baru atau karma yang lain masih ada - sampai yang bersangkutan terlahir kembali sebagai manusia dan berhasil menjadi orang suci hasil tertinggi dari mempraktikkan Vipassana Bhavana, sehingga dia tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun, dia telah padam, telah berhasil merealisasi kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan inderawi lagi.
Makhluk halus itu ada di mana-mana, di jalan, di perempatan, di
pohon-pohon, di pinggir-pinggir rumah dan sebagainya. Cuma – kita saja yang
tidak bisa melihat, coba tanyakan kepada sang indigo benar atau tidak?
Kalau kita suka memberi sesaji atau limpahan jasa kepada makhluk halus -
maka mereka tidak akan menggangu kita. Tidak semua makhluk halus itu jahat, seperti
kita manusia, ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang bodoh dan ada yang
tidak bodoh. Kalau kita tergolong orang yang baik – makhluk halus tidak mampu
mengganggu kita.
Sesaji itu bisa ditaruh di banyak tempat, yaitu di tempat-tempat yang
dianggap penting, dianggap vital atau dianggap berharga - supaya aman. Sesaji
itu banyak macamnya. Kalau di pulau Bali berupa bunga dan masih ditambah minyak
wangi... Di Bali - sesaji itu biasanya diletakkan di sanggah (pura yang kecil),
di halaman rumah, di perempatan jalan, di depan pintu masuk suatu bangunan, dan
di depan toko-toko. Memberi sesaji itu yang penting adalah niatnya, simpatinya,
dan kasihnya kepada sesama makhluk adalah baik.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Ada praktik yang baik - yang selalu dilakukan oleh pemeluk agama
tertentu, yaitu setelah mereka berbuat baik misalnya berdana, maka jasa baiknya
itu dilimpahkan kepada leluhur / sanak saudara - dengan menyebutkan nama - atau
kalau untuk semua - maka limpahan jasa itu ditujukan kepada mereka yang
memiliki hubungan karma dengan yang bersangkutan. Seperti disebutkan tadi -
memberi sesaji atau limpahan jasa kepada makhluk halus itu akan meringankan
penderitaan mereka. Dan jasa kita itu tidak akan berpindah kepada mereka,
tetapi justru menjadi berlipat karena kita berbuat baik-nya dobel.
Kalau makhluk halus menderita dan memerlukan bantuan manusia – manusia
juga ada yang meminta bantuan. Tentu saja yang bisa membantu manusia adalah
makhluk yang punya kelebihan dibanding manusia itu sendiri, bukan yang lain.
Dukun santhet itu minta bantuannya kepada makhluk yang punya kelebihan juga -
tapi makhluk jahat - yang punya pamrih. Kita tidak perlu meminta bantuan,
banyak berbuat baik saja, nanti alam semesta yang adil (katakan saja alam
semesta adalah “Aplikasi Tuhan") yang bekerja. Doa / harapan terbaik
adalah : "Semoga semua makhluk hidup berbahagia". Harapan yang baik
adalah perbuatan baik, perbuatan baik yang dilandasi dengan niat baik dan tanpa
pamrih itu mendatangkan kebahagiaan. Berbuat baik itu banyak macamnya, silahkan
digali sendiri...
Saya ulangi, kalau hukum alam yang bekerja secara otomatis itu mau
dipahami sebagai aplikasi Tuhan ya boleh juga, yang penting tidak terlalu salah
kalau di cocok-cocokkan... Kalau dalam lingkup kenegaraan - Hukum Karma yang
merupakan salah satu dari 5 hukum alam itu dapat diibaratkan sebagai aturan
Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Semua keyakinan / agama yang diakui di Indonesia itu semuanya baik dan
mengajarkan kebaikan, sehingga yang diharapkan adalah umatnya berkelakuan baik
- supaya selamat di dunia dan selamat setelah meninggal dunia, yaitu masuk
Surga atau terlahir kembali di alam bahagia. Artinya yang bersangkutan sudah
baik dan benar dalam menyikapi berlakunya hukum alam yang bekerja secara
otomatis, adil dan pasti – tidak bisa ditawar-tawar. Cara menawarnya adalah
dengan banyak berbuat baik. Kalau beragama tapi radikal buruk - bukan radikal
baik - itu artinya mereka fanatiknya membuta dan tidak bijak dalam mengartikan
suatu ayat tertentu dalam kitab sucinya, atau mereka tanpa sadar sudah
dimanfaatkan oleh politisi busuk haus kekuasaan yang tidak faham atau tidak
taat dengan ajaran agamanya sendiri. Jika ada suatu ayat yang menganjurkan
membunuh atau menyerang orang atau kelompok tertentu - hendaknya dipahami saja
sebagai anjuran untuk mengendalikan sifat-sifat buruk orang atau kelompok
tertentu. Bukan untuk membunuh atau memerangi orangnya. Kecuali diserang secara
fisik ya harus bertahan / melawan. Yang utama – yang jauh lebih penting adalah
pengendalian sifat-sifat buruk diri sendiri.
Perihal selamat di dunia dan selamat setelah meninggal dunia yaitu
terlahir kembali di alam bahagia itu – sekali lagi saya ulangi - sebagai
ilustrasinya adalah kalau didalam sistem kenegaraan maka agar bisa selamat
tidak masuk penjara - cukup-lah dengan menyikapi dengan baik dan benar
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. Tidak terlalu penting mengusut
atau memperdebatkan siapa orangnya yang membuat Kitab Undang-undang itu.
Memberi sesaji akan lebih cocok jika tidak mengganggu kebutuhan keluarga.
Misal sesaji berupa makanan dan minuman - apakah keluarga sudah tercukupi
kebutuhan makanan dan minuman seperti yang di sesaji kan itu? Manfaat lain dari
memberi sesaji adalah melatih untuk melepas dan melepas, tidak melekat kepada
makanan, minuman atau barang-barang duniawi lainnya.
Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Tulisan ini berbagi mengenai pemahaman yang berbeda
- jika Anda tidak sependapat - silahkan diabaikan saja dan lupakan. Pemahaman
tersebut adalah sebagai berikut : Ketuhanan Yang Maha Esa itu berbeda dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Dapat dipahami kalau Ketuhanan Yang Maha Esa itu merupakan
Kata Sifat, sedangkan Tuhan Yang Maha Esa adalah Kata Benda. Menurut tulisan
ini yang disebut Tuhan itu sebenarnya tak bisa dinalar, jadi tidak harus
dipersepsikan dengan pemahaman tertentu. Buktinya ada banyak pemahaman yang
berbeda-beda tentang Tuhan. Tidak bisa persis sama. Umumnya Tuhan dipersepsikan
sebagai yang mempunyai kehendak, maha kuasa, menciptakan dan menentukan
segalanya termasuk menghukum, mencobai dan memberi pahala. Jika demikian maka
tidak bisa disangkal lagi bahwa Tuhan itu seperti manusia, yang memiliki nafsu
keinginan. Menurut video ini pemahaman seperti itu adalah pemahaman harafiah -
karena pemahaman yang sesungguhnya tidaklah mudah. Selain tidak mudah juga
tidak terlalu penting untuk diusut-usut terus karena tidak akan memberikan
manfaat, hanya akan mengundang perdebatan yang tiada henti. Pemehaman harafiah
mengenai Tuhan itu di jaman dulu mungkin diperlukan untuk mendidik manusia agar
memiliki perilaku yang baik, atau memiliki peradaban yang baik.
Persepsi tentang Tuhan itu terkait dengan tujuan hidup manusia. Tujuan
hidup manusia itu apa sih? Pastinya semua orang ingin bahagia selamanya bukan?
OK sebelum hal ini dibahas, mari kita selesaikan dulu masalah pemahaman
mengenai Tuhan tadi hingga dirasa cukup. Menurut tulisan ini - karena Tuhan itu
dikatakan kekal - maka yang lebih tepat adalah sebutan tentang Ketuhanan Yang
Maha Esa - yang bukan Kata Benda melainkan Kata Sifat – karena yang disebut
dalam kata benda itu tidak kekal. Maka oleh karena itu - yang mendekati
kebenaran adalah : oleh karena Ketuhanan Yang Maha Esa maka semuanya ini ada,
alam semesta ini ada, hukum yang berlaku menentukan seperti itu. Hukum yang
berlaku atau Hukum Alamnya menyatakan bahwa semuanya ini telah ada, alam
semesta ini telah ada, dan tak terkatakan kapan alam semesta ini mulai ada
karena saking lamanya proses, perjalanan atau kejadian-kejadian yang telah
berlalu – telah berlalu lama sekali. Katakanlah Alam Semesta ini keberadaannya
tanpa awal dan tanpa akhir. Tidak mengenal adanya Causa Prima. Dengan cara atau
dengan pengetahuan apapun awal adanya Alam Semesta ini tidak terlihat - karena
saking lamanya. Demikian juga akhir dari Alam Semesta ini juga tidak bisa
diketahui. Alam Semesta itu akan hancur – tetapi akan terbentuk kembali dalam
waktu yang sangat lama sekali. Proses kehancuran dan juga terbentuknya kembali
Alam Semesta itu memerlukan waktu yang sangat lama sekali – tak terhingga
lamanya. Yang dapat diketahui atau dapat kita saksikan adalah bahwa alam
semesta ini setiap saat mengalami perubahan. Bumi, Tatasurya, dan Galaksi kita
ini akan hancur atau kiamat total, tetapi akan terbentuk kembali dengan
memerlukan waktu yang sangat lama sekali. Benda-benda atau fenomena itu selalu
berubah setiap saat, tidak tetap, tidak kekal, demikian juga dengan Alam
Semesta selalu berubah, hancur atau kiamat dan akan terbentuk kembali. Itulah
yang dinamakan selalu berubah tanpa awal dan tanpa akhir. Hukum Alam-nya
begitu. Kalau ada penciptaan – maka siapakah yang menciptakan si pencipta?
Karena sudah Hukum Alam maka semuanya ini ada. Hukum Alam itu Kata Sifat
sehingga keberadaannya kekal, artinya Hukum Alam itu kekal. Apakah Hukum Alam
adalah Tuhan atau Ketuhanan Yang Maha Esa? Mengenai masalah ini diserahkan
kepada persepsi atau pemahaman masing-masing, tidak usah dipersoalkan karena
akan mengundang perselisihan.
Ada suatu yang tak berkondisi - yang tidak dilahirkan - yang tidak
menjelma - yang tidak tercipta - yang mutlak – yang demikian itu adalah Nirwana
atau Nibbana - yaitu kondisi padam - kondisi damai - biasa disebut juga sebagai
kondisi bahagia hakiki selamanya. Itulah Nibbana yang menjadi tujuan hidup
semua makhluk.
Sekarang kita bahas secara singkat tetang tujuan hidup manusia yang ingin
bahagia selamanya. Kebahagiaan inderawi atau kebahagiaan duniawi itu tidak
kekal, akan berubah menjadi tidak bahagaia - karena segala sesuatu atau
fenomena itu selalu berubah. Jadi kebahagiaan sejati itu datangnya bukan dari
luar diri seseorang melainkan dari dalam diri. Kalau kita bisa mengelola nafsu
keinginan di jalan tengah - yaitu menjadi seimbang - maka kita tidak akan
terpengaruh dengan kondisi apapun di luar diri – artinya kita menjadi bahagia
yang dapat bertahan lama atau selalu merasakan kebahagiaan. Makin tinggi
kualitas batin kita, maka akan semakin bahagia dan semakin langgeng bahagia
kita. Jika kita sudah berhasil memadamkan keinginan yang salah tanpa sisa – itu
artinya telah berhasil merealisasi Nibbana - telah berhasil mencapai penerangan
sempurna. Pencapaian penerangan sempurna itu merupakan hasil tertinggi dari
berlatih meditasi vipassana atau meditasi pandangan terang, telah menjadi
seorang Arahat atau orang suci yang sudah tidak mungkin mundur kembali
melakukan hal-hal buruk, dan tidak akan terlahir kembali di alam kehidupan manapun,
telah padam, telah merealisasi kebahagiaan kekal.
Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.
Jumat, 14 Oktober 2022
Sudah Baik dan Pintarkah Anda?
Sebagai seorang pemeluk agama hendaknya kita ini tidak bodoh - mampu mengamalkan ajaran agama sendiri dengan baik sehingga bisa berperilaku baik – agar selamat dan bahagia hidup di dunia yang kita jalani sekarang ini - selamat dan bahagia di kehidupan berikutnya setelah meninggal dunia, di alam yang baru, yaitu masuk Surga atau masuk ke alam bahagia lainnya.
Agama itu banyak
sekali, yang diakui di Indonesia ada 6 agama, semua memiliki pemeluknya
masing-masing, pemeluknya memiliki karakter masing-masing. Sebenarnya agama itu
apa sih? Menurut tulisan ini agama itu diciptakan untuk membimbing umatnya agar
selamat dan bahagia hidupnya di dunia ini, dan setelah meninggal dunia bahagia
di kehidupan berikutnya di alam yang baru. Surga dan Neraka adalah alam
kehidupan baru setelah kematian. Karena agama itu banyak maka sudah barang
tentu ajarannya berbeda-beda, sumbernyapun berbeda-beda. Kalau sumbernya hanya
satu tentu agama itu hanya ada satu. Disini kita berbicara berdasarkan logika,
tidak terkait dengan ajaran agama
tertentu karena akan tidak sesuai dengan ajaran agama lain.
Yang sudah jelas
- artinya nyata - agama itu dibawa, disebarkan, atau berasal dari seorang
manusia. Para pembawa agama memperoleh ajaran agama yang dibawanya itu berasal
dari mana tentunya berbeda-beda. Beberapa pembawa agama menyatakan bahwa agama
yang dibawanya berasal dari Tuhan. Yaitu berasal dari firman Tuhan atau berasal
dari wahyu Tuhan. Beberapa agama lainnya dapat diketahui bahwa ajaran agama
tersebut berasal dari si pembawa agama itu sendiri, merupakan temuan dari hasil
pencariannya, dari hasil pemikiran atau mungkin pemikiran banyak orang -
kemudian disebar luaskan oleh sang pembawa agama.
Tulisan ini tidak
membahas misalnya tentang asal mula agama yang berasal dari satu Tuhan tapi
mengapa ajarannya berbeda dan sebagainya, ataupun masalah-masalah sensitif
lainnya dari aspek agama-agama yang berbeda. Tulisan ini hanya ingin mengajak
pembaca untuk masuk ke pemikiran logis agar kita bisa menempatkan diri dengan
baik dalam bermasyarakat demi terciptanya satu bangsa Indonesia yang bersatu,
harmonis, kuat, sejahtera, dan maju. Harapannya masalah-masalah yang sensitif
yang timbul dari aspek agama-agama yang berbeda bisa berkurang atau menjadi
tidak ada.
Tidak bersaudara
dalam iman tapi bersaudara dalam kemanusiaan, inilah yang menjadi pedoman kita
semua agar hidup di dunia ini kita bisa rukun, saling bantu, hormat-menghormati
satu sama lain, dan menghormati keyakinan lain. Kalau suatu agama dipahami
sebagai membimbing umatnya agar selamat dan bahagia hidupnya di dunia yang
sekarang ini, maka hendaknya kita sebagai umat beragama berperilakulah baik,
berperilakulah bijaksana. Tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh - tahu
mana yang baik dan mana yang tidak baik sehingga tidak kita lakukan.
Semua pemeluk
agama yang diakui di Indonesia itu mengakui adanya hukum tabur-tuai, oleh
karena itu tulisan ini akan lebih banyak membicarakan mengenai Hukum Tabur-Tuai
yang sudah dibenarkan oleh semua pemeluk agama. Hukum tabur-tuai sama dengan
hukum sebab-akibat atau hukum karma. Kalau kita ingin selamat dan bahagia masuk
di kehidupan berikutnya di alam yang baru setelah kematian, yaitu masuk Surga
atau masuk ke alam bahagia lainnya, maka masuk akal kalau dalam hidup ini kita berperilaku
baik, bajik dan bijaksana, tidak melanggar tata-krama sehingga tidak melaggar
hukum – kita akan selamat, tidak berkelahi dan tidak masuk penjara. Kita akan
selamat dan bahagia dalam menjalani hidup di dunia ini. Hidup yang baik yang
tidak menyakiti dan atau tidak merugikan orang bahkan tidak menyakiti makhluk
lain karena tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh sebagai sebab atau
sebagai benih yang kita tabur - maka wajar sebagai akibatnya setelah kematian
kita akan selamat masuk di alam kehidupan berikutnya - di alam kehidupan yang
baru – di alam bahagia. Kalau suatu agama menjelaskan bahwa itu belum cukup dan
harus mengikuti ketentuan lain dari agama yang dimaksud - silahkan perilaku
dilengkapi dengan aturan menurut agama masing-masing. Hidup dengan kebersamaan
di dunia ini yang paling penting perilaku baik hendaknya diutamakan.
Kita yang
berbeda-beda ini, berbeda agama, suku, budaya dan golongan, sebagai satu bangsa
yang sama yaitu bangsa Indonesia - marilah kita semua mengupayakan dapat berperilaku
baik, yaitu tidak serakah, tidak membenci dan tidak bodoh. Tidak dapat
dimanfaatkan oleh politisi yang haus kekuasaan, yang tidak takut dosa, yang
tidak memahami esensi ajaran agamanya sendiri.
Jika semasa
hidup ini perilakunya baik - maka kehidupan berikutnya akan berada di alam yang
baik. Jika perilakunya lebih baik lagi - maka kehidupan berikutnya akan berada
di alam yang lebih baik lagi. Demikian seterusnya hingga menjadi manusia suci
tanpa dosa - sehingga kondisi berikutnya setelah kematian tidak bertumimbal
lahir di alam kehidupan manapun - yang artinya telah padam, telah merealisasi
kebahagiaan sejati kekal selamanya, bukan kebahagiaan inderawi lagi.
Kebahagiaan inderawi di alam manusia tidak kekal, selalu berubah. Perubahan itu
menimbulkan ketidakpuasan, menimbulkan dukkha atau penderitaan. Kondisi yang
membahagiakan yang tidak berubahpun akan mendatangkan penderitaan karena yang
menikmatinya menjadi bosan, kali ini yang berubah adalah perasaan bahagianya.
Kebahagiaan di alam-alam yang lebih tinggi dari alam manusia juga tidak kekal -
akan berubah juga. Segala bentukan, benda-benda, perasaan, bentuk-bentuk
pikiran, kesadaran, dan segala fenomena yang ada setiap saat berubah. Ini
adalah hukum alam yang tidak bisa dirubah. Oleh karena itu mau atau tidak mau –
kalau mau survive dan bahagia - kita harus menyesuaikan diri – yaitu menyikapi
dengan baik dan benar berlakunya hukum alam.
Oleh karena
semuanya selalu berubah maka yang namanya roh atau jiwa yang kekal itu tidak
ada – karena selalu berubah. Kalau mau merealisasi kebahagiaan sejati - maka
penyebab dukkha harus dipotong, harus dipadamkan. Kalau sebabnya padam maka
akibatnyapun padam. Roh, jiwa, atau kesadarannya sudah menjadi bijaksana. Badan
jasmani atau orangnya menjadi orang suci, kilesa atau kotoran bantinnya sudah
berhasil dihancur-lemburkan tanpa sisa. Berhasil merealisasi Nibbana yang
menjadi tujuan semua makhluk hidup, tidak bertumimbal lahir kembali di alam
kehidupan manapun, telah merealisasi kebahagiaan sejati. Manusia suci yang
istilah umumnya tanpa dosa itu ada, sudah banyak sekali yang berhasil
mencapainya, yaitu telah berhasil menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan
sukses, telah merealisasi hasil tertinggi dari Vipassana Bhavana.
Demikianlah tulisan ini - Semoga bermanfaat.
Selasa, 11 Oktober 2022
BOLEHKAH MENINGGALKAN KELUARGA BARU UNTUK MENJADI BHIKKHU?
SEKELUMIT PERCAKAPAN MENARIK
Percakapan tersebut dimulai dari si A yang berkata demikian : Orang bodoh itu ternyata memiliki peran penting juga ya di dunia ini. Dibutuhkan oleh orang lain. Contoh : "kaum radikalis salah" - dimanfaatkan oleh elit politik untuk kepentingan pribadi dan golongan. Waspadalah.! jangan sampai kaum "radikal salah" tersebut dipelihara dan dilestarikan.!
Si B menimpali : Kalau itu menyangkut agama, sebetulnya agama bukan untuk
membodoh-bodohin orang, tapi sebaliknya... hhh...
Disambut oleh si C : Bila tidak ada orang bodoh, pastilah dunia ini
sangat sepi...
Kembali si A berkomentar : Hanya saja janganlah kita ini menjadi bagian dari
orang-orang bodoh yang dimaksud. Biarlah yang lain saja.
Akhirnya percakapan tersebut ditutup oleh si D sebagai berikut : Betul, betul, betul, setuju sekali... Bodoh itu tidak berarti tidak memiliki berlembar-lembar ijazah
hingga ijazah doktor. Tapi nalarnya saja yang tertutup oleh kepercayaan yang salah
yang dijejalkan oleh guru dan atau orang tua hingga otaknya seolah tercuci sedemikian
rupa. Sejak kecil didoktrin terus-menerus, tidak dibebaskan untuk bertanya secara
kritis. Contoh yang pernah terjadi adalah – dulu – kasus Dimas Kanjeng, yang
mampu menggandakan uang - dipercayai oleh seseorang yang berpendidikan PhD, pastilah
karena sejak kecil beliau itu dijejali oleh keyakinan dengan pemahaman yang
salah, salah tapi tidak boleh dibantah. Kini sudah tiba saatnya anak-anak itu
dibebaskan untuk bertanya apapun, dan jawablah sesuai kitab tapi yang logis - agar
jika terjadi diskusi – maka diskusinya baik, bebas tapi damai. Mengamalkan ajaran
agama apapun yang dipercayainya - yang diakui oleh negara itu - sangat
diperbolehkan, yang tidak boleh adalah jika amalannya itu menyakiti dan atau
memojokkan orang lain atau menyakiti hati orang yang berbeda keyakinan. Keyakinan
yang berbeda itu dapat terjadi karena masing-masing orang itu memiliki jodohnya
masing-masing yang bisa saja berbeda.
Demikianlah tulisan ini, semoga bermanfaat.
Diskusi Menarik (3)
Diskusi atau penyampaian pemahaman dalam video ini dimulai dengan pernyampaian si A sebagai berikut : SEMUA BENDA DAN SEGALA SESUATU PASTI ADA ORANG YANG MENCIPTAKAN ATAU MEMBUATNYA. DEMIKIAN JUGA ALAM SEMESTA YANG AGUNG DAN MULIA ITU JUGA PASTI ADA "PENCIPTANYA", YAITU TUHAN ALLAH YANG "MAHA KUASA", YANG TANPA "AWAL DAN AKHIR " DAN EKSISTENSINYA "DARI KEKAL SAMPAI KEKAL" KEBENARAN INI SANGAT JELAS TERTULIS DIDALAM ALKITAB YANG DIILHAMKAN / DIWAHYUKAN OLEH ALLAH SENDIRI. DAN "KEPASTIAN KESELAMATAN" BAGI SEMUA ORANG YANG BERIMAN KEPADA TUHAN ALLAH YESUS KRISTUS ITU JUGA DIJANJIKAN DAN DIJAMIN OLEH DIA. TERJADI ATAU BERAWALNYA ALAM SEMESTA JUGA SANGAT JELAS TERCANTUM DIDALAM ALKITAB YAITU DICIPTAKAN OLEH TUHAN ALLAH DAN AKAN DIMUSNAHKAN OLEH TUHAN JUGA PADA HARI KIAMAT - YAITU PADA WAKTU KEDATANGAN TUHAN YESUS KELAK. KARENA ITU - SEMOGA SEMUA ORANG BISA DENGAN RENDAH HATI UNTUK PERCAYA DAN BERIBADAH KEPADA DIA - TUHAN YANG MAHA KUASA - MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG - MAHA ADIL DAN MAHA HIDUP ITU - SUPAYA BISA SUNGGUH- SUNGGUH MEMPEROLEH KESELAMATAN, PENGHARAPAN, KEBAHAGIAAN DAN HIDUP KEKAL YANG DIJANJIKAN DAN DIJAMIN OLEH TUHAN ALLAH YESUS KRISTUS ITU.
Kemudian si B menyampaikan pandangannya pula sebagai berikut : Anda
menyampaikan pemahaman Anda dengan huruf kapital, tidak apa-apa, saya anggap
itu untuk memudahkan saja karena tidak harus pindah-pindah huruf kecil dan
besar. Saya tidak sependapat dengan pemahaman Anda. Sebenarnya saya bisa
mengabaikan pemahaman Anda itu dan melupakannya. Tapi baiklah mungkin ada
baiknya juga kita sedikit memberikan pandangan masing-masing dan mungkin teman
lain juga tertarik dengan diskusi ini. Saya sangat menghormati keyakinan Anda,
silahkan dijalani & semoga Anda berbahagia.
Agama itu banyak, demikian juga Kitab Suci itu banyak. Masing-masing
orang punya jodohnya masing-masing. Punya pilihan - mau memilih agama yang mana
untuk dipeluk, toh sudah diakui oleh negara 6 agama. Yang penting mereka mampu
bersosialisasi dengan baik dengan yang beragama lain. Mampu berbuat baik, mampu
saling membantu jika yang lain mengalami kesulitan dan lain sebagainya. Jika
kita tidak bersaudara dalam iman – kita tetap bersaudara dalam kemanusiaan.
Setiap benda ada yang menciptakan, pada banyak contoh OK. Alam semesta
yang terdiri dari milyaran galaksi – jadi berapa banyak tatasurya dan berapa
banyak planet dan bumi? Kita hanya berada dalam satu bumi yang dapat
diibaratkan setitik debu, masih banyak sekali bumi yang lain. Kalau Alam
Semesta yang tanpa batas ini diciptakan - lalu pertanyaannya siapa yang
menciptakan si pencipta? Kalau sang pencipta itu tanpa awal tanpa akhir - saya
lebih sependapat jika Alam Semesta yang tanpa batas ini adalah juga tanpa awal
dan tanpa akhir - meskipun selalu bergerak dan selalu berubah sesuai dengan
hukumnya - yaitu Hukum Alam. Alam semesta ini ada - terjadinya bukan karena
hanya satu sebab - melainkan karena banyak sekali sebab dan juga karena kondisi
yang mendukung. Kalau kondisinya tidak mendukung - sesuatu itu tidak bisa
terjadi. Contoh : kalau Anda memanen padi itu harus ada yang menanam padi,
harus ada tanah, harus ada pengairan, harus ada cuaca atau iklim yang baik,
tidak diserang tikus, harus ada yang merawat, yang merawat harus punya tenaga,
punya kemauan, harus makan dan minum dan lain sebagainya. Jadi tidak ada Causa
Prima - artinya tidak ada sebab yang tunggal, banyak sebabnya hingga sesuatu
itu terjadi. Tidak terlalu penting buat saya Alam Semesta itu diciptakan atau
tidak, sebab-sebabnya apa dengan kondisi yang bagaimana sehingga Alam Semesta
itu ada, dan lain sebagainya - tidak penting buat saya. Yang terpenting adalah
menyikapi dengan baik dan benar berlakunya Hukum Alam, kalau mau disebut Hukum
Tuhan juga boleh. Dimana salah satu dari Hukum Alam itu adalah Hukum
Sebab-Akibat, Hukum Tabur-Tuai atau Hukum Karma yang sebaiknya disikapi dengan
baik dan benar supaya selamat di dunia dan selamat setelah meninggal dunia.
Saya tidak sependapat kalau Tuhan itu mempunyai hajat menciptakan Alam
Semesta, dan memusnahkannya kembali pada hari kiamat. Untuk apa Tuhan memiliki
hajat seperti itu? Supaya memiliki pekerjaan? Tuhan menginginkan manusia untuk
beribadah kepadaNya, Tuhan kok memiliki keinginan yang remeh-temeh begitu? Maha
penyayang ; mengapa ada orang bisa masuk Neraka? Apalagi kalau masuk nerakanya
kekal itu kan sadis - tidak berperikemanusiaan. Dengan maha kasih, maha tahu,
maha kuasa - bukakah beliau bisa menyelamatkan seluruh umat manusia masuk ke
Surga? Katanya Tuhan menjamin, lalu dimana jaminannya? Tuhan tidak seperti itu,
seperti manusia saja sifatnya. Dan menciptakan produk gagal karena ada yang
masuk neraka. Kalau masuk neraka karena tidak menuruti perintah, kenapa Tuhan
bermain gambling begitu? Bukankah beliau maha tahu? Hukum Alam itu maha kuasa
juga, siapa yang bisa mengubah Hukum Alam yang salah satunya adalah Hukum
Tabur-Tuai, Hukum Sebab-Akibat atau Hukum Karma yang maha adil itu? Supaya kita
selamat di dunia dan selamat di alam berikutnya setelah meninggal dunia - maka
kita harus menyikapi dengan baik dan benar berlakunya Hukum Karma atau Hukum
Tuhan juga boleh - itu saja....
Sekali lagi saya menghormati keyakinan Anda dan juga keyakinan agama lain
yang diakui di Indonesia. Masing-masing orang mempunyai jodoh agama
masing-masing, silahkan dianut dan diamalkan dengan baik. Diskusi atau
penyampaian pandangan ini supaya kita mampu memiliki toleransi, memaklumi
keyakinan lain, dan juga kita bisa memiliki pengetahuan yang luas, itu saja...
Mari kita semua hidup rukun, saling menghormati, bantu-membantu satu sama lain.
Berbeda-beda itu indah. Indonesia bisa bersahabat dengan negara manapun karena
Indonesia memiliki warna dan potensi yang lengkap.
Si C menimpali kedua pandangan tadi sebagai berikut :
Betul saya setuju dengan argumen ibu. Kalau memang Tuhan itu maha
penyayang seperti yang disampaikan oleh bapak A itu, coba terangkan kenapa
masih banyak orang menderita. Katanya penyayang dan tidak pilih kasih - kenyataannya
di dunia seperti apa? Kalau memang Tuhan Yesus bisa membantu ; mengapa masih
ada orang yang menderita. Jadi kesimpulannya kita hidup di dunia jangan saling
merasa hebat dalam agama yang dianut. Ibarat kita beli mobil, saya suka-nya
mobil Pajero, tapi orang lain tidak suka, suka-nya Fortuner, jadi masing-masing
orang mempunyai kecocokan masing-masing dalam memilih agama. Tidak saling
merasa hebat dan benar. Tolong Anda renungkan.
Si A tetap menyampaikan pandangannya sendiri dengan tetap mempergunakan huruf
kapital sebagai berikut : PADA WAKTU TUHAN ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA DAN LAIN
LAIN, SEBENARNYA SEMUANYA BAIK-BAIK DAN "TANPA CACAT CELA" APAPUN.
NAMUN SAYANG SEKALI MEREKA ITU TIDAK TAHU BERSYUKUR - MALAHAN MELANGGAR
PERINTAH TUHAN DAN BERDOSA KEPADA TUHAN - ITULAH ASAL MULA KEJATUHAN MANUSIA
YANG MENGAKIBATKAN BANYAK CACAT CELA DAN HAL HAL YANG NEGATIF. BAHKAN
KESUSAHAN, KEJAHATAN DAN KEMATIAN BAGI UMAT MANUSIA. DAN BUKAN KARENA TUHAN
YANG MENGINGINKAN SEMUA HAL ITU TERJADI.
Si B menanggapi demikian : OK saya rasa sudah jelas pemikiran dan
pemahaman kita masing-masing. Silahkan saudara A teguh dengan keyakinan yang
dipilih dan silahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari saudara yang
disertai dengan banyak berbuat baik, tidak serakah dan tidak membenci. Semoga
saudara A memperoleh keselamtan, kebahagaiaan dan hidup kekal yang dijanjikan
dan dijamin oleh Tuhan Yesus.
Kemudian dengan mantapnya si A melanjutkan tanggapannya sebagai berikut :
TERIMA KASIH ATAS UCAPAN BERKAT YANG ANDA SAMPAIKAN KEPADA SAYA! SEMOGA ANDA
JUGA DIBERIKAN OLEH TUHAN YESUS KESELAMATAN, DAMAI, KEBAHAGIAAN DAN HIDUP KEKAL
YANG MULIA KELAK DIDALAM SORGA! SANGAT SENANG BERTEMAN DAN BERDISKUSI DENGAN
ANDA SEORANG INTELEKTUAL DAN BERPENGETAHUAN SECARA LOGIS DAN RASIONIL TENTANG
HAL-HAL YANG MUNGKIN BISA BERMANFAAT JUGA BAGI TEMAN TEMAN YANG LAIN SEPERTI
YANG ANDA KATAKAN DALAM KOMENTAR TADI!
Si B maklum dengan pemikiran dan pemahaman si A dengan tidak melanjutkan
diskusi. Diskusi selesai...
Demikianlah catatan diskusi yang berjudul : Diskusi Menarik (3) ini - Semoga bermanfaat.
Diskusi Menarik (2)
Badu memulai pembicaraan dengan menyampaikan sabda
Tuhan Yesus yang tertulis dalam Matius 18 ayat 2 sebagai berikut : Sebab dimana
dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada di tengah-tengah
mereka. Kemudian Badu melanjutkan perkataannya sebagai berikut : kita yakin
Tuhan Yesus menginginkan banyak orang berkumpul atau beribadah kepada Dia dalam
namaNya dan jiwa yang diselamatkan bisa makin bertambah di dalam Gereja! Namun
biarpun sedikit orang di dalam Gereja yang berkumpul – tetapi yang penting
ialah jemaat bisa dengan sungguh-sungguh – dan dengan segenap hati percaya – bersandar
dan mengasihi Tuhan, maka Tuhan juga akan berkenan dan memberkati. Tentu jemaat
juga harus lebih rajin dan semangat mengabarkan Injil.
Polan menjawab : Bukankah Tuhan Yesus itu maha kuasa yg berarti segala
sesuatu is OK, No Problem buat Tuhan, dan juga Tuhan maha kasih bukan? Tapi
mengapa pula untuk menyelamatkan manusia menurut pemahaman Anda Tuhan Yesus
mensyaratkan manusia harus berkumpul dan beribadah di dalam namaNya? -
bersandar dan mengasihi Tuhan? Ooo... Tuhan punya hajat / memiliki keinginan
yang remeh-temeh? Saya ulangi : maha kasih tapi memiliki syarat - dimana untuk
bisa selamat manusia harus berkumpul beribadah atas namaNya, bersandar dan
mengasihi Tuhan. Bukankah Tuhan maha kuasa, artinya apapun yang beliau inginkan
langsung bisa terwujud, termasuk untuk menyelamatkan manusia - ya selamatkan
saja tidak usah pakai syarat - memiliki keinginan - mempermainkan hingga
menyiksa manusia ciptaanya sendiri? Itu kesimpulan dari pemahaman Anda - saya
tidak menganggap Tuhan seperti itu. Menurut Anda Tuhan itu mirip manusia? -
punya hajat dan punya iseng. Dimana Tuhan akan memberkati manusia dengan syarat
dikasihi - seperti orang dagang saja. Saya rasa Anda salah dalam mempersepsikan
Tuhan, bisa berdosa mempersepsikan Tuhan seperti manusia! Akan lebih fair kalau
Tuhan itu adalah yang mutlak, sehingga kita ini yang tidak mutlak bisa menjadi
mutlak juga (abadi) dengan syarat bisa menghancur-leburkan hawa nafsu tanpa
sisa. Pemahaman Matius 18 ayat 12 Anda itu barangkali salah... bukan secara
harafiah begitu pemahamannya... Maaf ya brother kalau komentar saya ini tidak
menyenangkan Anda, saya hanya ingin berkomentar tidak ada maksud lain...
Badu berkata lagi : Betul, Matius 18 ayat 12 bukan tafsir secara harafiah,
jawabnya bisa dihubungkan dengan Matius 18 ayat 11 : karena anak manusia yaitu Yesus
Kristus datang untuk menyelamatkan umat manusia yang hilang. Semoga Anda juga
bisa diselamatkan dan diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus!
Polan berkata : OK jika demikian itu tanggapan Anda - saya menghargainya,
semoga Anda senantiasa berbahagia dan mampu banyak berbuat kebajikan.
Diskusi Menarik (1)
Badu memulai pembicaraan dengan mengutip surat Amsal nomor 22 ayat 2 yang bunyinya sebagai berikut : “Orang kaya dan orang miskin bertemu di dunia ini, dan mereka dijadikan oleh Tuhan”.
Oleh karena itu,
orang kaya tidak boleh sombong, tetapi harus dengan rendah hati bersyukur dan
menyembah Tuhan, karena Tuhan memiliki otoritas untuk memberi penghargaan dan
mengambil kembali!
Tetapi jika Anda
menjadi miskin, jangan salahkan orang lain. Jika Anda memiliki makanan dan
pakaian, Anda harus puas. Kedamaian dan kesehatan adalah berkat. Ini juga
merupakan anugerah dan berkat yang diberikan oleh Tuhan. Anda harus bersyukur
kepada Tuhan dan percaya kepada-Nya!
Polan
berkomentar : Mengapa Tuhan tidak adil? Jika saya punya pilihan, saya akan
memilih untuk dilahirkan dalam keluarga kaya.
Badu menanggapi
: Bukan Tuhan yang tidak adil! Mungkin banyak orang seperti Anda akan memilih
untuk lahir di keluarga kaya, tetapi fakta memberitahu kita bahwa banyak orang
kaya sebenarnya gelisah, tidak bahagia, kosong, tidak puas dan terganggu!
Seperti kata pepatah: "Hati manusia tidak cukup, ular menelan gajah."
Karena itu, "Aman dan sehat adalah berkah", kaya atau tidak bukan
yang terpenting. Lebih penting lagi, ketika kita masih hidup, kita dapat
percaya kepada Kristus, sehingga kita memiliki "pengharapan di kehidupan
ini dan harapan di kehidupan selanjutnya" dan dapat memperoleh kehidupan
kekal dan kebahagiaan yang Tuhan berikan kepada kita di surga. Hidup ini adalah
yang paling berarti dan berharga!
Polan
berkomentar : Saya tidak bisa menerima argumen anda. Yang anda sampaikan itu
adalah jika semuanya sudah terjadi, dimana kita sudah dilahirkan kemudian
menjadi seperti kita yang sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan saya itu adalah
pertanyaan yang selalu muncul dalam benak orang banyak, dan pasti selalu muncul
- sebelum jawaban yang sulit untuk dibantah diterima oleh yang bersangkutan.
Yang dipertanyakan adalah sebelum semuanya terjadi. Alasan apa yang melatar
belakangi mengapa kita ini ada yang dilahirkan dalam keluarga kaya, dalam
keluarga miskin, lahir dalam kondisi jasmani yang baik, wajah cantik, ganteng,
berkulit putih, berkulit hitam, terlahir dengan kondisi cacat, dan lain
sebagainya. Pasti ada alasan yang benar yang sulit untuk disanggah. Kalau hal
tersebut merupakan kehendak Tuhan harus ada keadilan disana, bukan tanpa sebab,
bukan tanpa alasan yang tidak bisa diterima oleh akal yang baik. Mohon maaf
saya meyakini kebenaran Hukum Sebab-Akibat. Ada baiknya anda juga mempelajari
keyakinan yang lain, keyakinan atas "kesunyataan" yang ada. Tanggapan
anda diatas sudah saya duga seperti itu.
Orang kaya yang
gelisah, tidak bahagia, kosong, tidak puas dan terganggu – itu adalah orang
kaya yang belum piawai bagaimana mengelola pikiran / batinnya secara benar. Dia
harus belajar tentang “Dhamma” atau hukum alam yang berlaku dan bagaimana cara
menyikapinya dengan baik dan benar. Kaya atau tidak memang bukan yang
terpenting, akan tetapi jika memiliki pilihan – pilihlah menjadi orang kaya
karena akan lebih mudah berbuat bajik – contoh : banyak-banyaklah berdana
kepada orang yang membutuhkan bantuan, misalnya memberi uang kepada orang
miskin – supaya di kehidupan berikutnya lebih baik lagi karena hukum sebab-akibat
itu nyata. Saya sependapat dengan pernyataan Anda bahwa hidup ini adalah yang
paling berarti dan berharga, tepatnya hidup sebagai manusia adalah yang paling
berharga dibanding misalnya hidup sebagai binatang ataupun sebagai setan.
Badu menanggapai
: Maaf, ijinkan saya untuk merespon sekedar hal yang saya rasa penting untuk
anda mengerti. Mengenai "perbedaan-perbedaan" yang terjadi dalam
kondisi kelahiran, kehidupan, pengalaman dan sebagainya bagi manusia didalam
dunia ini, menurut catatan Alkitab, pada mulanya ketika Tuhan Allah menciptakan
alam semesta dan segala isinya semuanya itu memang baik adanya, dan manusia
pertama yaitu suami isteri Adam dan Hawa sebenarnya juga adalah manusia yang
tanpa dosa, tanpa cacat cela apapun dan bisa menikmati hidup yang penuh
kebahagiaan dan kemuliaan, tanpa kekurangan dan kesusahan apapun didalam Taman
Eden yang Tuhan tempatkan mereka disana! Namun sangatlah sayang, karena
kemudian mereka melanggar perintah Tuhan Allah dan berdosa kepada Tuhan, maka
itulah "sebabnya yang mengakibatkan" mereka, termasuk semua
keturunannya kehilangan keadaan semula yang sangat bernilai itu, sehingga
akhirnya harus lahir, hidup serta mengalami berbagai masalah, kekurangan, cacat
dan tercela, kesusahan, penderitaan bahkan kematian! Tetapi syukur kepada Tuhan
yang tetap mengasihi manusia, sehingga turunlah Yesus Kristus dari sorga dan
rela menderita dan mati diatas kayu, supaya manusia yang mau percaya dan
menerima keselamatan-Nya itu masih diberikan kesempatan untuk mendapatkan
keselamatan, hidup yang damai, bahagia, penuh pengharapan, kebahagiaan dan
hidup yang kekal disorga kelak! Itulah sekedar respon saya terhadap argumen
yang anda sampaikan, mudah mudahan bisa bermanfaat bagi anda dan diberkati oleh
Tuhan!
Polan
berkomentar : Taman Eden itu posisinya dimana? Dan saya tidak sependapat kalau
orang tua yang melanggar perintah Tuhan Allah dan berdosa kepada Tuhan, maka
anak-anaknya apalagi semua keturunannya harus lahir, dan hidup dengan berbagai
masalah, seperti kekurangan, cacat cela, kesusahan, dan penderitaan? Kalau yang
berdosa adalah orang tua – mengapa pula keturunannya harus terseret ikut
menderita? Itu tidak adil. Karena hukum alam yang salah satunya adalah hukum
sebab & akibat itu murni - bekerja secara adil. OK - untuk sementara saya
cukupkan sampai disini dulu. Ketahuilah bahwa sekarang ini hampir semua
persoalan ataupun pertanyaan dapat ditemukan solusi dan jawabannya yang benar
di media-media yang ada, yang sudah tersedia banyak sekali. Tapi harus ingat
jangan kita lupa menggunakan akal sehat kita - supaya tidak salah mengerti dan
tidak terprovokasi oleh berita-berita atau jawaban yang salah yang masih bisa
dibantah.
Demikianlah Diskusi Menarik (1) ini - Semoga bermanfaat.
Senin, 11 Juli 2022
PEMAHAMAN YANG BERBEDA
Tulisan ini memberitahukan adanya pemahaman suatu ajaran yang berbeda yang tidak banyak diketahui oleh orang. Jika anda tidak sependapat dengan pemahaman yang disampaikan berikut ini - maka jadikanlah ini sebagai penambah pengetahuan Anda saja, bahwa ada kaum lain yang memiliki pemahaman atau pengetahuan yang berbeda.
Pengetahuan atau
ajaran tersebut bersikap realistis, tidak mempercayai mitos penciptaan, seperti
misalnya; alam semesta yang muncul dari telur kosmik, atau semesta yang
diciptakan oleh sosok super seorang pria tua dengan jenggot putihnya yang
panjang. Apabila dikatakan bahwa pribadi super yang maha kuasa, atau ‘perancang
terpandai’ yang menciptakan semesta, maka menimbulkan pertanyaan yang sangat
jelas tentang siapa yang kemudian menciptakan atau ‘merancang’ pribadi super
tersebut? Dan apabila pribadi super tersebut selalu ada, lalu bukankah lebih
dapat dipercayai yang sebaliknya, bahwa semestalah yang selalu ada, dan yang
selalu berubah? Terbentuk lalu hancur, kemudian terbentuk lagi dan hancur
kembali. Tidak dapat diketahui lagi kapan mulai terbentuknya. Karena saking
lamanya. Dapatlah dikatakan bahwa semesta ini tanpa awal dan tanpa akhir –
seperti garis lingkaran yang tidak memiliki titik awal dan titik akhir. Sama
halnya dengan jagad raya ini yang tidak dapat diketahui batas-batasnya. Oleh
karena itu dikatakan tanpa batas. Tidak ada gunanya mengetahui hal-hal
tersebut. Spekulatif. Tidak bermanfaat. Tidak membawa kepada pencerahan.
Ajaran yang
disebut tadi tidak mengajarkan tentang pribadi super maha kuasa dan maha tahu,
dengan alasan apapun mengijinkan ciptaannya sendiri untuk disiksa di neraka
selama-lamanya. Apabila pribadi super maha kuasa tersebut mengetahui sebelumnya
bahwa banyak dari ciptaannya ditakdirkan terbakar di api neraka selama-lamanya,
lalu mengapa masih saja menciptakan begitu banyak penderitaan dan bencana di
dunia ini? Yaitu bencana alam dan kecelakaan yang menimbulkan penderitaan,
berupa bencana banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, kebakaran
hutan yang meluas, kecelakaan-kecelakaan lalu lintas, kecelakaan penerbangan
dan lain-lain. Sulit untuk mempercayai bahwa pribadi super maha tinggi yang
penuh cinta kasih dan pemaaf ternyata juga bersikap pencemburu, pendendam,
tidak adil, tak kenal ampun, sadis, dan menciptakan banyak bencana. Namun
ajaran yang dimaksud dalam tulisan ini memiliki jawabannya. Ajaran tersebut
mengingatkan kita untuk tidak memperhatikan spekulasi-spekulasi seperti pribadi
maha kuasa dan sebagainya. Berhubung spekulasi-spekulasi itu pada akhirnya
seperti dikatakan tadi - tidak bermanfaat. Seperti cerita tentang seseorang
yang terpanah dengan panah beracun, yang tidak ingin mencabut panahnya sebelum
dia mengetahui siapa yang menembakkan panah tersebut, mengapa dia dipanah, dan
racun jenis apa yang ada di panah tersebut. Sangat berbeda halnya dengan
seorang dokter yang paham benar dengan tugasnya yang kemudian mencabut panah
beracun tersebut dan mengobati lukanya demi keselamatan jiwa seseorang - dengan
tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut yang bukan pada waktunya.
Cerita tentang seseorang yang terpanah ini menunjukkan kepada kita cara
membebaskan diri dari penderitaan dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan
spekulatif. Oleh sebab itu, pemahaman atas ajaran yang dimaksud dalam tulisan ini
mengingatkan; kita harus lebih memikirkan dan fokus terhadap apa yang penting,
yakni praktek mengindahkan Kesunyataan (Kebenaran) yang tidak spekulatif.
Ajaran yang
dimaksud tidak mengancam siapapun dengan hukuman Neraka selama-lamanya. Ancaman
tersebut mungkin saja dibutuhkan di jaman kuno untuk menjaga keberadaban
manusia, dan juga dilakukan bersamaan dengan janji imbalan Surga. Pendekatan
ini juga dilakukan dalam menarik orang-orang untuk bergabung dengan kelompok
keyakinan tertentu, dengan ancaman hukuman yang abadi dan pemberian pahala.
Ajaran dimaksud
tidak menerima konsep tentang pribadi super pencemburu yang menghukumi
ciptaannya sendiri hanya karena mereka memilih keyakinan yang berbeda.
Ketahuilah bahwa secara praktis, yaitu kenyataan yang terjadi di dunia ini,
bahwa semua bangsa yang beradab menghormati dan menjamin kebebasan berpikir dan
praktek agama, seperti yang diabadikan dalam piagam PBB Pasal-18. Dan lebih
jauh lagi penyiksaan itu dilarang oleh semua bangsa yang beradab di muka bumi.
Jadi bagaimana mungkin pribadi tertentu yang sewajarnya, menciptakan kita
semua, bisa jadi kurang beradab? Maka itu, pembawa ajaran yang dimaksud dalam
video ini menemukan ancaman siksaan selama-lamanya di neraka cukup sulit untuk
dipercaya.
Sebagai contoh,
siapakah yang akan mengirimkan atau mengijinkan makhluk lain dibakar dalam api
neraka selama-lamanya? Ambillah korek api biasa. Nyalakan di telapak tangan
anda. Dapatkah anda menahan rasa sakit hanya untuk beberapa detik saja? Dapatkah anda menyalakan korek api tersebut di
telapak tangan seseorang hanya untuk satu menit saja dan mengamati orang itu
berteriak-teriak kesakitan? Dapatkah anda melakukan hal itu pada seseorang
untuk selama-lamanya? Kekejaman tersebut di luar bayangan kita.
Lebih jauh lagi,
jika dalam kuasa - anda yang bisa menghentikan penderitaan yang amat sangat dan
tanpa akhir itu, tidakkah akan anda lakukan? Akankah pribadi sehat dan rasional
tidak melakukannya? Tidak akan pernah ada pembenaran untuk kekejaman yang tak
kenal ampun untuk alasan dan keadaan apapun yang memungkinkan.
Ajaran yang
dimaksud dalam tulisan ini tidak pernah menggunakan ancaman apapun, atau mencoba
untuk memaksa siapapun untuk menerimanya. Ajaran tersebut menerima kebebasan
berpikir, dan mengenali bahwa tidak semua orang dapat menerima yang dibabarkan,
dan orang-orang mengalami kemajuan secara berbeda-beda, dan akan memilih jalur
yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Pembawa ajaran ini lebih menyenangi
untuk menjelaskan ajarannya dengan cara yang logis dan masuk akal, dan
mengingingkan orang-orang untuk memahami dan menyadari Kesunyataan (Kebenaran)
yang ada untuk diri mereka sendiri tanpa rasa takut akan hukuman yang bisa
menimpanya. Ajaran dimaksud bukanlah ajaran mengenai ancaman atau imbalan,
melainkan mengenai pengetahuan dan pemahaman. Dalam hal ketuhanan tertulis :
“Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang” yang artinya “Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Sehingga dalam
hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa pribadi (Anatta), yang
tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk
apapun. Tetapi dengan adanya yang Mutlak, yang tidak berkondisi (Asamkhata), maka manusia yang berkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (Samsara) dengan cara bermeditasi.
Sekali lagi,
jika anda tidak sependapat dengan pemahaman yang sudah disampaikan di tulisan ini
- maka jadikanlah ini sebagai penambah pengetahuan Anda saja, bahwa ada kaum
lain yang memiliki pemahaman atau pengetahuan yang berbeda.
Demikianlah tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat.
Kamis, 23 Juni 2022
Pencapaian Jhana Seorang Bhikkhu
Bolehkah seorang bhikkhu menceritakan pengalaman meditasinya dan atau mengaku sampai ke tingkat berapa pencapaian jhananya? Atas masalah ini ada beberapa tanggapan, pertanyaan dan pernyataan yang telah tercatat, antara lain sebagai berikut :
1. Seorang
bhikkhu tidak boleh menceritakan pencapaian Jhana nya, hal itu melanggar Pacittiya
dan mengarah pada penghidupan salah.
2. Boleh tapi cuma kepada sesama Sangha. Kalau kepada umat awam itu dilarang oleh Vinaya. Ke
sesama anggota Sangha pun biasanya hanya ke guru dan teman praktik atau
otoritas Sangha. Menceritakan pencapaian kepada umat hanya akan menghambat
kemajuan spiritual bhikkhu, dan malah mengembangkan kesombongan, serta
mengundang banyak masalah bagi bhikkhu itu sendiri.
3. Menceritakan
mengenai pencapaian Jhana boleh. Tapi kalau mengaku tidak boleh. Bhikkhu akan
menjawab apabila ditanya, itupun ada aturannya.
4. Kepada
anupasampanna, yang belum ditahbiskan, kepada perumahtangga dan Samanera, seorang
bhikkhu tidak boleh menceritakan pencapaian Jhana maupun kesaktiannya meskipun
itu benar, apalagi jika itu bohong. Jika seorang bhikkhu berbohong tentang
pencapaian khusus tersebut, ia melanggar Parajika, dan perlu lepas jubah.
5. Bagaimana
kalau yang mencapai Jhana itu seorang awam? Apa boleh memberi tahu
pencapaiannya? Ada yang menjawab : Bebas, terserah dia. Seseorang tidak
dibenarkan menyatakan bahwa seseorang tidak boleh menceritakan pencapaiannya.
Lihat saja di Tipitaka berapa banyak yang mencapai tingkatan Jhana dan
menyatakannya. Jika tujuannya untuk memotivasi orang lain itu boleh asalkan
jangan timbul kesombongan. Walau demikian tentu banyak juga yang sembarangan
bicara, menganggap diri terlalu tinggi, tidak mencapai tingkatan Jhana tapi
mengira mencapainya.
6. Di
aturan Parajika nomor 4 bisa memiliki penafsiran berbeda. Apabila seorang
bhikkhu yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa menyatakan bahwa ia memiliki
kesaktian atau kesucian yang sebenarnya tidak dimilikinya dengan mengatakan :
“Saya tahu ini, saya lihat ini” dan setelah itu pada kesempatan lain baik
diperiksa atau tidak, terjatuh dalam kesalahan dan ingin membersihkan diri lalu
berkata : “Teman, tidak tahu saya katakan ‘Saya tahu’; tidak melihat, saya
katakan ‘Saya melihat’; apa yang saya akan katakan adalah berlebihan dan salah,
maka kecuali hal itu karena salah perkiraan, maka bhikkhu itu terkalahkan dan
tidak boleh lagi berada dalam Sangha.
7. Di
aturan Mussavada Vagga nomor 8, apabila seorang bhikkhu mengatakan kepada
seorang umat awam tentang kemampuan gaib yang dimilikinya, maka ia melanggar
peraturan pacittiya, melanggar sila ke 4. Jika ia sebenarnya tidak memiliki
kemampuan itu - tidak ada sangkut pautnya dengan Patimokkha. Tidak ada sanksi
dari Sangha.
8. Peraturan
Parajika nomor 4, melarang seorang Bhikkhu mengutarakan secara tidak benar bahwa
ia telah mencapai kekuatan supranormal tertentu, yakni pencapaian meditasi
penyerapan Jhana, yang mana adalah pencapaian kekuatan adi duniawi, ataupun
pencapaian salah satu tingkat Ariya, yang mana ada unsur berbohong, membual
mengenai pencapaian. Pacittiya adalah peraturan yang membutuhkan pengakuan. Di
aturan Pacittiya pada Mussavada Vagga nomor 8, seorang bhikkhu dilarang berbicara
tentang pencapaian supranormal dirinya kepada seseorang yang belum di-upasampadā
penuh. Mengenai pengakuan pengalaman meditasi tentunya memiliki batas-batas
tertentu yang dapat disampaikan kepada umat yang belajar meditasi. Kalau
gurunya tidak punya pengalaman meditasi, bagaimana bisa menjelaskan teori kepada
murid-muridnya? Kalau muridnya mengalami rintangan bagaimana sang guru dapat
memberikan petunjuk cara mengatasinya? Kalau lebih dari itu bhikkhu akan
berhati-hati mengungkapkannya.
9. Ada
yang menyatakan sebagai berikut : berhentilah menilai perbuatan orang lain. Boleh
dan tidak boleh menceritakan pencapaian Jhana itu relatif, berdasarkan niat dan
tujuannya. Masing-masing sudah mewarisi karma dari perbuatannya. Jika maksud
dari bercerita pengalaman meditasi itu adalah supaya pendengar terinspirasi, tertarik
untuk bermeditasi atau agar memiliki pengetahuan, maka cara, teknik atau tips bermeditasi
yang diuraikan itu tentu hal yang baik. Sementara jika ceritanya adalah
memamerkan kebolehannya karena dorongan ego, maka kelak akan ada konsekuensinya.
10. Ada
juga yang bilang begini : Sebagai Umat Awam sebaiknya jangan menggunjingkan
Anggota Sanggha. Karma Buruk Tanggung Sendiri.
11. Ada juga yang berpendapat begini : mungkin bukan soal boleh atau tidak boleh. Akan tetapi ketika ada umat atau ada seseorang yang bertanya, mungkin akan di jawab sesuai pengalaman bila itu bisa menbantu si penanya menghadapi rintangan. Namun yang menjadi catatan adalah, biasanya yang bersangkutan bercerita seolah olah itu pengalaman orang lain, maksudnya untuk menghindari kata saya, bahwa sudah pada tahap pencapaian Jhana dan seterusnya. Jadi rasanya ketika seseorang mencapai tingkatan sammadhi, mencapai tingkatan Jhana atau tingkat kesucian, beliau tidak akan mengklaim dan mengumumkan bahwa aku telah mencapai ini dan itu. Tidak mengatakan secara langsung, melainkan menunjukkan tindak tanduk sebagaimana adanya sesuai faktor-faktor dalam tingkatan itu. Menceritakan itu boleh saja asalkan bermanfaat untuk orang lain dalam upayanya merealisasi pembebasan.
Demikianlah pembahasan singkat mengenai masalah Pencapaian Jhana oleh Seorang Bhikkhu. Semoga bermanfaat.