Translate

Kamis, 01 Maret 2018

Doa.


Doa itu walau secara psikologis dapat membantu manusia menjadi lebih tegar namun disisi lain merapuhkan mental manusia menjadi sangat bergantung pada sesuatu diluar dirinya. Ini bukan "hakekat doa yang benar".
Seorang petani alih-alih berdoa mengharapkan “sawahnya memberi hasil”. “Tindakan kongkrit mengolah sawah dengan baik” serta perilaku bajik akan memiliki kemungkinan lebih besar dalam mewujudkan harapannya.

Rabu, 28 Februari 2018

The Way.



Negara Indonesia bukan negara sekuler atau negara agama. Jadinya negara bukan-bukan, hehe... Indonesia adalah negara multi agama. Tidak cenderung memihak ke salah satu agama, Bhineka Tunggal Ika. Kalau ada yang bilang memihak ke mayoritas atau mendiskreditkan mayoritas, mereka itu salah, cuma Sensitif saja. Agama adalah 'The Way'. Anutlah salah satu agama yang anda yakini, yang dengannya anda merasa cocok. Yang terpenting adalah output-nya. Bisakah dengan beragama kita memperoleh manfaat? Misal menjadi lebih baik, tidak sering menyakiti hati orang lain, cenderung berbuat baik, hati dan pikiran menjadi lebih bersih, tidak serakah, tidak membenci, lebih pintar dan lebih bijaksana? Kalau tidak; berarti kitalah yang salah mengamalkan agama kita. Kitab suci adalah benda mati, yang bisa mencerminkan kebaikan agama adalah kita-kita ini pemeluknya, yang hiup.

Anatta.



TIDAK ADA ZAT YANG DAPAT DIANGGAP SEBAGAI “JIWA” ATAU “ROH” YANG EKSISTENSINYA KEKAL (INTI DARI SEGALA SESUATU ITU TIDAK TETAP, MENGALAMI PERUBAHAN).

Segala sesuatu yang telah ada (telah muncul), baik yang berkondisi maupun yang tak berkondisi, semuanya adalah tanpa inti (tanpa diri yang sejati). Tidak ada diri atau ego yang kekal, yang merekat didalam maupun diluar segala fenomena fisik & mental dari setiap eksistensi atau keberadaan, setiap eksistensi hanyalah merupakan perwujudan dari muncul dan lenyapnya fenomena-fenomena atau gejala-gejala fisik & mental, tanpa adanya diri yang terpisah didalam ataupun diluar proses-proses itu sendiri.
Suatu wujud, jelmaan atau fenomena itu mempunyai ciri khas yang menjadi sifat alamiahnya. Tetapi apabila wujud atau fenomena itu terurai menjadi unsur-unsur pembentuknya, maka tiada satupun dari unsur-unsur itu yang menjadi ciri atau diri dari wujud yang semula, tiada satupun dari unsur-unsur itu yang mewarisi “diri” dari wujud semula. Masing-masing unsur itu memiliki ciri masing-masing yang menjadi sifat alamiahnya, tanpa inti yang kekal & akan sirna apabila terurai lagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil, atau apabila bersenyawa kembali dengan unsur-unsur lain akan membentuk suatu WUJUD YANG BARU, jelmaan atau fenomena yang lebih besar, dengan sifat atau DIRI YANG LAIN pula dari diri yang semula.
Tanpa inti (diri) merupakan sifat dari seluruh keadaan, bentuk atau jelmaan dari yang sangat halus sampai yang maha besar. Tidak ada diri yang kekal, baik didalam suatu individu ataupun dari saat ke saat. Suatu saat akan terbentuk diri-diri suatu individu, disaat lain diri itu mungkin terurai menjadi unsur-unsur pembentuknya, yang juga terbentuk dari unsur-unsur lainnya yang memiliki diri masing-masing, yang juga tidak kekal & senantiasa berubah. Bisa pula disaat lain diri suatu individu itu bersatu dengan diri dari individu-individu yang lain, membentuk suatu organisasi dengan diri atau ciri yang lain pula, yang lebih besar, yang juga tidak kekal & senantiasa berubah.