
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Rabu, 31 Oktober 2018
Takdir & Nasib.

Selasa, 30 Oktober 2018
Alam Dewa.

Sebelum diuraikan tentang Alam Dewa (Alam Surga), terlebih dahulu akan diuraikan sekilas tentang Kammabhumi, Apayabhumi dan Kammasugatibhumi.
Kammabhumi adalah alam
kehidupan dimana makhluk-makhluk yang ada di dalamnya adalah makhluk-makhluk
yang sangat terikat dengan pancaindera, selalu ingin memuaskan nafsu-nafsu
inderawinya.
Kammabhumi terdiri dari
Apayabhumi dan Kammasugatibhumi.
Apayabhumi adalah alam
kehidupan yang menyedihkan, makhluk-makhluk yang ada di dalamnya mengalami
penderitaan. Apayabhumi terdiri dari 4 Alam Kemerosotan, yaitu :
1. Alam Neraka
2. Alam Setan
3. Alam Iblis
4. Alam Binatang.
Kammasugatibhumi adalah
alam bahagia, dimana makhluk-makhluk yang ada di dalamnya masih terbelenggu
oleh pancaindera, yang terus-menerus menikmati kesenangan inderawi.
Kammasugatibhumi
terdiri dari Alam Manusia dan enam Alam Dewa.
Alam Manusia adalah
campuran dari rasa sakit dan kebahagiaan, merupakan level pertama dari alam
bahagia. Di Alam Manusia, seseorang benar-benar bisa mengenali sifat atau
hakekat sejati alam semesta dan alam kehidupan.
Enam Alam Dewa atau enam tingkat Alam
Surga itu adalah :
1.
Alam Dewa Catumaharajika
(Catumaharajika-bhumi),
2.
Alam Dewa Tavatimsa
(Tavatimsa-bhumi),
3.
Alam Dewa Yama (Yama-bhumi),
4.
Alam Dewa Tusita (Tusita-bhumi),
5.
Alam Dewa Nimmanarati
(Nimmanarati-bhumi),
6.
Alam Dewa Paranimmitavasavatti
(Paranimmitavasavatti-bhumi).
Makhluk dewa dewi di
alam surga ini tidak mampu mengenali bahwa hakekat hidup ini adalah penderitaan,
mereka lebih suka menikmati kesenangan demi kesenangan daripada untuk mencapai
“yang mutlak”, merealisasi atau mencapai Nibbana. Makhluk surgawi di alam ini
tidak kekal. Mereka akan mati karena salah satu dari empat sebab, yaitu :
usianya telah genap, buah kebajikannya telah habis, terlena dalam kenikmatan
hingga lupa makan, murka atau irihati. Oleh karena kondisi alam seperti yang
sudah diuraikan diatas, maka para Buddha selalu dilahirkan sebagai manusia
karena bisa mengenali sifat atau hakekat sejati alam semesta dan alam
kehidupannya.
Senin, 22 Oktober 2018
Hukum Karma & Doa.
Biar mereka itu Profesor, Doktor atau PhD sekalipun, banyak yang memahami bahwa,
semuanya Tuhan yang mengatur. Kalau semua Tuhan yang mengatur, mengapa kita
harus berusaha, harus belajar, harus bekerja keras dan lain sebagainya?. Bukankah
Tuhan sudah mengatur semuanya? Maka dari itu, banyak orang yang hobby nya
berdoa, sehingga mengurangi waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu. Pemahaman
tentang “semuanya Tuhan yang mengatur” tersebut diatas lumayan menyesatkan.
Berdoa & berharap agar terwujud hasil & kondisi yang menyenangkan itu
manusiawi & baik-baik saja, akan tetapi akan lebih baik jika dilakukan sesudah kita
mengerjakan sesuatu untuk mencapai hasil yang dimaksud, agar menjadi jelas &
logis. Contoh doanya adalah sebagai berikut : “Semoga dengan kebajikan &
pekerjaan yang telah saya lakukan sampai dengan saat ini, akan membuahkan
kebahagiaan & hasil yang baik, dalam bentuk terhindar dari kemalangan,
penderitaan & kegagalan. Semoga semua makhluk berbahagia”.
Jika doa dikabulkan Tuhan, kira-kira pertimbangan apakah
sehingga Tuhan mengabulkan doa? Karena tidak mungkin Tuhan mengabulkan doa
tanpa pertimbangan, atau tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (adil), hanya
acak (random) belaka. Alasan “adil” itu, yang mana berlaku untuk semuanya (equal
threatment), hanya bisa terjadi jika memenuhi hukum sebab & akibat. Jika ada
sebabnya maka akan berakibat. Oleh karena itu, di alam semesta ini sistem nya
sudah ada, hukum-hukum yang berlaku untuk alam semesta sudah ada. Tuhan
tidak perlu lagi sibuk sibuk mengurus alam semesta. Semuanya berjalan secara
otomatis. Manusia tinggal menggali, mempelajari untuk mengetahui secara persis
hukum-hukum yang ada tersebut. Pendahulu-pendahulu kita sudah banyak yang
melakukan penggalian tersebut. Guru agung manusia & dewa sudah menemukan
hukum-hukum yang benar, yang berlaku di alam semesta, dan telah mengetahui
(membuktikan) semua rahasia alam semesta ini dengan sebenar-benarnya. Kita manusia tinggal
mengindahkan saja yang sudah dibabarkan oleh Guru Agung. Dan yang paling
penting, yang seyogyanya kita sikapi dengan baik & benar adalah, berlakunya
hukum universal alam semesta, yaitu hukum karma, hukum sebab-akibat atau hukum
tabur-tuai. Namun demikian, boleh saja kita tidak meyakini atau tidak mempercayai semua yang sudah ditemukan, sudah digali atau sudah dibuktikan oleh Guru Agung. Semua sebab-sebab yang telah kita buat akan menghasilkan akibat-akibat yang akan kita terima di kemudian masa.
Minggu, 21 Oktober 2018
Hukum Karma.

Langganan:
Postingan (Atom)