Seorang
penganut Buddhisme bertanya demikian, kalau kita gemar berdana dapat membuahkan
suara merdu, kemolekan, kecantikan, kesehatan, kekuasaan, banyak pengikut,
kebahagiaan di alam dewa, apakah itu benar Bhante? Bhante menjawab :
"Benar Saudara, benar sekali."
Tetapi
apakah sejahtera itu kekal, apakah suara merdu itu selamanya, apakah kecantikan
itu untuk selamanya, apakah kekuasaan itu untuk selamanya, apakah sehat itu
untuk selamanya saudara? Tidak.
Sekalipun
Anda banyak berbuat baik, dan memetik akibat yang baik pula yang disebut
kebahagiaan, apakah kebahagiaan itu kekal? Orang baik pun akan mengalami
perubahan, menjadi tua, sakit dan akhirnya kematian menjemput, sudahkah Anda
siap menghadapi semua perubahan itu?
Untuk
siap itu, berdanalah dengan tujuan tertinggi, tidak sekedar berdana untuk
kesejahteraan, supaya rejekinya lancar, badan sehat. Tidak sekedar itu. Ada
tujuan berdana yang lebih tinggi, yaitu : Saya berdana untuk mengurangi
kotoran-kotoran batin, karena kotoran-kotoran itu lah yang membuat kita
menderita, serakah, iri hati, marah, jengkel, benci, dendam. Lalu bagaimana
dengan kesejahteraan, kesehatan apakah itu otomatis kita dapat ? ya, otomatis,
tidak usah dipikirkan.
Ada
satu statement di media sosial yang menjebak kita.Menarik sekali. Dan diyakini
bagi mereka yang tidak mengenal ajaran guru agung kita dengan baik, maka akan
termakan. Statement itu berbunyi demikian :
Kalau
Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 4, maka 4 dibagi 4 dapatnya 1.
Kalau
Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 2, maka dapatnya 2.
Kalau
Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 1, maka dapatnya 4.
Kalau
saudara berdana 4 hal, dan tidak ada maunya sama sekali, yaitu berdana secara
tulus, maka dapatnya tidak terbatas.
Jadi,
kalau tidak hati-hati, kalau tidak biasa belajar Dhamma, maka akan termakan
oleh rumus itu, karena itu adalah bentuk keserakahan tanpa batas. Lalu bagaimana
berdana yang baik Bhante? apalagi saya sudah mendengar soal rumus tersebut,
begitu saya berdana Bhante mengatakan keserakahannya tanpa batas.
Jawabnya
adalah : berdanalah dengan kesadaran, jadi kalau ada maunya apapun yang muncul
dalam pikiran kita ketika berdana, maka sadarilah kemauan itu, disadari,
disadari, diketahui, diketahui, dengan Sati, dengan perhatian penuh
(awareness). Kalau kesadaran muncul, maka kebaikan itu menjadi murni, yang ada
hanya tujuan bahwa : Saya berdana untuk membersihkan batin, tidak ada
embel-embel yang lain.
Pikiran
itu punya kebiasaan mencari dan mendapatkan, mencari dan mendapatkan. Kalau Aku
menerima, Aku senang, kalau Aku melepas Aku menderita, sehingga ketika kita
belajar melepas, kita kemudian akan berpikir : Aku nanti dapat apa? Itulah
habit pikiran kita. Tidak pernah pikiran kita mendapatkan pendidikan,
mendapatkan latihan untuk melepas, namun pada saat kita melepas, kita akan
mulai bahagia. Dan kalau kita sudah mampu setiap saat selalu melepas, maka kita
sudah berhasil memiliki kebahagiaan yang sejati.
Mengenai
betapa pentingnya memberikan pendidikan bagi pikiran kita, yaitu latihan untuk
melepas, dapatlah diberikan sedikit ilustrasi, saat kita mengucapkan : Semoga
semua makhluk berbahagia, kalau kita lihat secara filosofis kapan itu semua
makhluk dapat berbahagia? Itu tidak real, itu tidak akan tercapai sampai
kapanpun. Benar itu tidak akan tercapai, namun dengan mengucapkan "Semoga
semua makhluk berbahagia", maka itu sangat mendidik pada pikiran kita,
menurunkan ego, tidak ada kebencian, tidak ada keserakahan.
Ketika
kita berdana, hal itu bermanfaat bagi yang menerima, bagi yang menderita, bagi
yang terkena bencana, tetapi manfaat yang paling besar adalah bagi orang yang
berdana kalau dia memberi dengan pengertian yang benar, berdana dengan tujuan
yang tertinggi, yaitu dengan kesadaran bahwa : Saya berdana untuk mengikis
kotoran batin. Oleh karena itu maka, berdanalah dengan kesadaran, berdanalah
dengan tujuan yang tertinggi, itu adalah berdana yang baik.