Apakah kita dapat mengendalikan pikiran pada menit-menit terakhir sebelum kematian?
Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini.
Guru Agung manusia dan dewa mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih sulit untuk di arahkan dari batin yang tidak terlatih, batin yang tidak terlatih adalah sangat sulit untuk diarahkan.
Guru Agung manusia dan dewa juga mengatakan, bahwa tidak ada yang lebih mudah diarahkan dari pada batin yang telah terlatih, batin yang telah terlatih adalah mudah diarahkan.
Betul sekali bahwa pikiran terakhir menjelang kematian adalah yang menentukan seseorang akan terlahir di alam mana setelahnya. Pikiran bajik seseorang akan terlahir di alam bahagia, pikiran buruk seseorang akan terlahir di alam penderitaan.
Jadi kalau kita ingin terlahir di alam bahagia, latihlah pikiran kita dari sekarang mumpung masih ada waktu. Kalau kita tidak mau melatih batin sekarang juga dan mencari ribuan alasan, belajarlah untuk menerima kalau suatu hari nanti harus terlahir di alam penderitaan.
Jika kita mampu terlahir di alam bahagia itu adalah start yang baik. Karena kondisi kita berikutnya tergantung dari timbunan Parami (perbuatan-perbuatan baik) di masa lampau / di kehidupan kita yang sebelumnya.
Blog ini menampilkan tulisan-tulisan yang dapat dikategorikan sebagai tulisan : Pengetahuan Benar, Wawasan, Kata-Kata Bijak, Lain-lain. Jika pembaca tidak sependapat dengan tulisan yang ada dalam blog ini, tolong abaikan saja dan lupakan! Terima kasih.
Translate
Senin, 13 Mei 2019
Sabtu, 11 Mei 2019
Orang Yang Kita Cintai Meninggal Dunia, Bagaimana Cara Mengikhlaskannya?
Caranya adalah dengan belajar untuk selalu bisa menerima
kenyataan hidup. Tujuan seseorang belajar Dhamma adalah untuk melihat kenyataan
hidup dan menerima sebagaimana adanya.
Kita bukan hidup dalam fantasy pikiran kita, karena
fantasy atau delusi pikiran orang kebanyakan tidak sesuai dengan kenyataan
hidup. Progam-program Televisi, Lagu-lagu, Novel Fiktif, Game, Sosial Media dan
banyak hal lagi yang membuat seseorang hidup didalam fantasy atau mimpi pada
zaman ini.
Orang pada zaman sekarang lebih banyak memiliki tekanan
mental dalam hidup mereka karena pengaruh dari perkembangan zaman.
Orang-orang yang tidak bijaksana hidup dalam khayalan
fantasy mereka. Contohnya adalah :
1. Mereka berpikir, mereka tidak akan pernah berpisah
dengan orang yang dicintai, atau benda-benda yang ia sukai. Mereka berpikir
mereka akan selamanya seperti itu.
2.mereka berpikir sesuatu akan terjadi untuk selamanya,
misalnya sesuatu yang menyenangkan dan menyedihkan terjadi, mereka berpikir hal
ini akan terjadi untuk selama-lamanya.
Bagaimana supaya kita bisa hidup dalam kenyataan
sebenarnya, dan bangun dari mimpi-mimpi fantasy kita? Yaitu dengan terus
belajar Dhamma, dan hidup sesuai Dhamma. Kita akan menjadi seseorang yang hidup
melihat kebenaran sebagai mana adanya.
Beberapa kenyataan hidup :
1. Semua milik kita akan terpisah dari diri kita, bahkan juga
tubuh yang selalu bersama dengan kita.
2. Kematian akan memisahkan kita dari semua hal yang kita
miliki dalam kehidupan ini.
3. Semua hal dalam hidup ini adalah selalu berubah dan
tidak tetap.
4. Dan lain-lain.
Senin, 06 Mei 2019
Fokus
Kenapa orang Bali tidak pernah menggangu dan terganggu dengan umat agama lain? Karena
mereka yakin dengan kepercayaannya.
# Fokus
Ada seorang anak yang setiap hari rajin sembahyang ke
Pura, lalu suatu hari ia berkata kepada ayahnya, "Ayah, mulai hari ini
saya tidak mau ke Pura lagi"
"Lho kenapa?" sahut sang ayah.
"Karena di Pura saya menemukan orang-orang yang
kelihatannya rohani tapi sebenarnya tidak, ada yang sibuk dengan gadget nya,
sementara yang lain membicarakan keburukan orang lain".
Sang ayah pun berpikir sejenak dan berkata, "Baiklah
kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan setelah itu terserah
kamu"
'Apa itu?'
'Apa itu?'
"Ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling
Pura, ingat jangan sampai ada air yang tumpah".
Si anak pun membawa segelas air berkeliling Pura dengan
hati-hati, hingga tak ada setetes air pun yang jatuh.
Sesampainya di rumah, sang ayah bertanya, "Bagaimana
sudah kamu bawa air itu keliling Pura?"
'Sudah'
"Apakah ada air yang tumpah?"
'Tidak'
"Apakah di Pura tadi ada orang yang sibuk dengan
gadget nya?".
"Wah, saya tidak tahu karena pandangan saya hanya
tertuju pada gelas ini", jawab si anak.
"Apakah di Pura tadi ada orang-orang yang
membicarakan kejelekan orang lain?", tanya sang ayah lagi.
"Wah, saya tidak dengar karena saya hanya konsentrasi
menjaga air dalam gelas".
Sang ayah pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah
hidup anakku, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu
untuk menilai kejelekan orang lain. Jangan sampai kesibukan-mu menilai kwalitas
orang lain membuatmu lupa akan kwalitas dirimu"
Marilah kita fokus pada diri sendiri dalam bekerja, beribadah,
dan untuk terus menerus berbenah diri menjadi lebih positif. Semoga kita
menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Nasihat Untuk Kita,
Jangan risau dengan dua hal ini :
1. Rezeki
2. Kematian
Dua hal yang tidak perlu kita ingat selamanya :
1. Kebaikanmu terhadap orang lain.
2. Kesalahan orang lain terhadapmu.
Tiga hal yang dapat memperindah diri kita :
1. Sabar (tabah)
2. Tidak dungu (delusi)
3. Dermawan
Tiga orang baik yang hendaknya kita dekati :
1. Orang yang ikhlas
2. Orang yang setia
3. Orang yang jujur
Bertobat, apakah ada dalam ajaran Dhamma?
Apa gunanya bertobat? Hal yang paling penting dari
bertobat adalah tidak menyesali masa lalu, dan bertekad untuk tidak melakukan
kejahatan lagi dimasa depan.
Lalu apakah setelah bertobat kamma buruk seseorang akan
hilang? Tentu saja tidak.
Misalkan seseorang berhutang sejumlah uang, lalu dia
mengatakan tidak ingin meminjam uang lagi, apakah hutang lamanya lunas? Tentu
tidak.
Bila seseorang mencuri uang dan di tangkap polisi, dan orang tersebut kemudian bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Apakah dia akan bebas dari hukuman?
Tentu tidak. Dia akan tetap di proses dalam hukum.
Kalau begitu ajaran Dhamma
susah ya? Karena di ajaran agama lain, kalau bertobat semua dosa bisa hilang.
Kita tidak perlu membahas sesuatu yang belum ada buktinya.
Sebagai contoh, jika diumpamakan asin adalah kejahatan, dan
rasa tawar air putih adalah kebaikan. Bagaimana caranya mengurangi rasa asin
dalam air garam? Tidak ada cara lain, yaitu dengan terus menambah air putih
kedalam wadah berisi air yang sudah tercampur garam. Selama tidak menambahkan garam dan
terus menambah air tawar kedalam wadah tersebut, maka rasa asin akan terus
berkurang, dan semakin banyak air tawar yang di tambah, maka rasa asinnya bisa
hilang sama sekali.
Sama juga, apabila seseorang sudah melakukan banyak
kejahatan, cara terbaik untuk bertobat adalah terus mengumpulkan kebajikan
sebanyak mungkin, agar efek kamma buruk di masa depan menjadi tidak begitu
kuat.
Jumat, 03 Mei 2019
Mengapa manusia selalu mempunyai masalah?
Masalah lain selesai, muncul masalah baru dan begitu seterusnya. Timbulnya masalah dalam diri manusia bukanlah berasal dari fihak luar,
melainkan dari DALAM DIRI SENDIRI, atau lebih tepat, masalah timbul dari
PIKIRAN orang itu sendiri.
Semua hal di luar diri seseorang hakekatnya adalah netral, bukan baik maupun buruk, bukan merupakan masalah maupun tidak masalah. Hujan, misalnya, adalah netral. Namun, ketika pikiran seseorang ingin berada di rumah saja, maka hujan menjadi hal yang baik dan tidak bermasalah karena membantu orang tersebut beristirahat dengan tenang di rumah. Sebaliknya, ketika seseorang ingin bepergian, hujan akan menjadi masalah yang mungkin saja sangat menjengkelkan.
Demikian pula uang adalah netral. Ketika seseorang mendapatkannya di saat ia membutuhkan, maka orang itu akan merasa senang dan tidak ada masalah. Sebaliknya, ketika seseorang mendapatkan uang di waktu yang tidak sesuai, maka ia merasa memiliki uang adalah memiliki masalah. Contoh hal ini adalah seseorang membawa uang banyak dan ia harus berjalan sendiri di daerah yang rawan perampokan, maka batinnya cenderung gelisah akibat takut dirampok dan dirampas uangnya.
Dari kedua contoh sederhana di atas tampaklah bahwa permasalahan
seseorang timbul dari pikiran atau keinginan orang itu sendiri. Oleh karenanya, seseorang yang mampu mengendalikan pikirannya akan merasakan hidup bahagia dan terbebas dari berbagai masalah. Salah satu cara mudah untuk mengendalikan pikiran seseorang agar dapat menjalani hidup tanpa masalah adalah dengan sering mengucapkan kata UNTUNG. Dengan demikian, ketika seseorang merasa bermasalah dengan hujan padahal ia hendak bepergian, ia dapat berlatih mengatakan 'untung hujan sekarang sehingga saya dapat mempersiapkan payung dan berbagai kebutuhan lainnya'. Ketika seseorang membawa banyak uang dan berjalan di daerah rawan kejahatan, maka ia dapat mengatakan dalam batinnya kalimat 'untung uang yang saya bawa hanya sekian, kalau lebih banyak lagi, tentu akan lebih kuatir'.
Dengan sering berlatih mengucapkan kata 'untung' dalam kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan semakin mudah menghadapi kesulitan kehidupan dengan pikiran positif. Akhirnya, hidup akan terasa bahagia dan tidak banyak bermasalah lagi.
Rabu, 01 Mei 2019
Panca Dharma Agama
PANCA DHARMA AGAMA di Indonesia.
Apa itu.?
Di Indonesia, kita tidak bisa hidup tanpa agama.
Semua orang berbicara tentang agama.
Ini fakta yang tidak dapat dibantah saat ini.
Namun hidup beragama tidak bisa sembarangan, tetapi harus menjalankan Panca Dharma Agama. Apa itu?
(1) Agama yang mampu menjadi suara hati nurani bangsa.
(2) Agama sebagai fungsi kritis pada situasi masyarakat.
(3) Agama yang reflektif, dalam arti mampu melihat dirinya sendiri secara jernih.
(4) Agama yang memberikan kedamaian hati dan makna hidup bagi setiap penganutnya.
(5) Agama yang berperan besar dalam perdamaian dunia.
Pada hemat saya, inilah jalan yang harus ditempuh setiap agama. Saya ingin aktif membantu terciptanya agama-agama semacam itu. Pertanyaannya, maukah anda?
(Reza A.A Wattimena).
Apa itu.?
Di Indonesia, kita tidak bisa hidup tanpa agama.
Semua orang berbicara tentang agama.
Ini fakta yang tidak dapat dibantah saat ini.
Namun hidup beragama tidak bisa sembarangan, tetapi harus menjalankan Panca Dharma Agama. Apa itu?
(1) Agama yang mampu menjadi suara hati nurani bangsa.
(2) Agama sebagai fungsi kritis pada situasi masyarakat.
(3) Agama yang reflektif, dalam arti mampu melihat dirinya sendiri secara jernih.
(4) Agama yang memberikan kedamaian hati dan makna hidup bagi setiap penganutnya.
(5) Agama yang berperan besar dalam perdamaian dunia.
Pada hemat saya, inilah jalan yang harus ditempuh setiap agama. Saya ingin aktif membantu terciptanya agama-agama semacam itu. Pertanyaannya, maukah anda?
(Reza A.A Wattimena).
Minggu, 28 April 2019
Agama adalah Keyakinan
Agama adalah keyakinan. Kenapa demikian? Karena agama itu banyak. Kita
boleh memilih agama sesuai dengan keyakinan kita, bahwa agama yang kita pilih itu adalah agama yang paling baik menurut masing-masing kita.
Ajaran semua agama
pada intinya hanyalah satu, menuntun manusia bagaimana caranya bisa mengendalikan atau tepatnya me-manage nafsu, agar bisa berperilaku baik, yang merupakan persyaratan pertama dan utama untuk mencapai
Surga (Alam Kebahagiaan), bahkan untuk mencapai Nirwana.
Yang terpenting dari para pemeluk agama adalah output nya bagaimana, apakah outputnya berguna bagi sesama, tidak merusak suasana di masyarakat dan lingkungan sekitar? Atau mungkin cenderung menciptakan
kekacauan? Kalau menimbulkan kekacauan berarti mereka salah (tidak
bijak) dalam mempraktekkan tuntunan agamanya, atau gurunya yang belum
piawai dalam mengajarkan agama! Jika untuk menuju ke suatu tempat ada
banyak jalan yang bisa ditempuh, demikian pula dengan agama, adalah
jalan yang ada yang bisa diikuti untuk mencapai Surga (Alam Bahagia), dan bahkan untuk mencapai Nirwana.
Agama bisa juga diibaratkan sebagai dapur. Dapur itu letaknya di belakang. Apapun yang dimasak, hasilnya adalah untuk hidangan di meja makan, rasanya harus enak, agar bisa dinikmati dengan suka cita oleh semua anggota keluarga atau tamu yang hadir.
Langganan:
Postingan (Atom)