Mengapa kita tidak memikirkan
lebih jauh, atau menanyakan lebih lanjut, seperti apa atau bagaimana nasib kita
nanti setelah mati?
Bagaimana keadaan yang
sesungguhnya yang akan kita terima, atau akan kita rasakan nanti setelah kita
mati?
Kebanyakan dari kita adalah
orang yang biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol dari perilaku kita selama
ini. Kebanyakan kita tidak berperangai sangat buruk, atau berperangai sangat
jahat, ataupun berperangai sangat baik, atau berperangai mendekati orang suci,
layaknya orang suci.
Kalau perangainya selama hidup
sangat buruk, atau sangat jahat, maka sudah pantas kalau masuk Neraka. Demikian
pula orang yang selama hidupnya berperangai sangat baik, maka layak pulalah dia
kalau masuk Surga. Namum bagaimana jika seseorang selama hidupnya berperangai
biasa-biasa saja? Masuk Surga atau masuk Neraka dia? Atau masuk Neraka dan kemudian
setelah itu masuk Surga? Berapa lama? Atau akan masuk ke alam lain, yang bukan
Surga ataupun bukan Neraka? Melainkan alam yang bukan alam penderitaan, dan
bukan pula alam kebahagiaan? Alam seperti apakah itu?
Pertanyaan berikutnya, masuk
Neraka atau masuk Surga itu selamanya atau tidak? Kalau tidak selamanya lalu
kelanjutannya bagaimana? Kalau selamanya kasian yang masuk Neraka selamanya
akibat berbuat jahat selama hidup yang hanya sekitar 80 tahun? Dimanakah keadilan
berada?
Mengapa pertanyaan-pertanyaan
seperti itu tidak terjadi atau tidak keluar dari pikiran? Mengapa? Memang, yang paling penting bagi kita adalah berusaha banyak berbuat baik, dan
berusaha tidak berbuat jahat. Agama adalah penunjuk jalan, semua agama
mengajarkan itu. Antara lain mengajarkan untuk berbuat baik, tidak
berbuat jahat.
Atas pertanyaan-pertanyaan diatas, maka jawaban yang benar
adalah sebagai berikut :
1. Setelah mati kita akan melanjutkan hidup kita di alam lain, yang sesuai
dengan perbuatan kita semasa hidup. Ada alam Neraka, ada alam Surga dan
ada alam-alam lainnya. Alam Neraka itu bermacam-macam, atau bertingkat-tingkat,
demikian pula dengan alam Surga, juga bertingkat-tingkat. Secara garis besar ada 31 alam kehidupan.
2. Di alam-alam tersebut kita akan
mati juga, dan melanjutkan kehidupan berikutnya di alam yang sama, atau di alam
yang lain, yaitu alam yang sesuai dengan perilaku kita di hidup sebelumnya.
3. Demikian seterusnya sampai kita
atau yang bersangkutan menjadi orang suci, yang sudah tidak memproduksi dosa
baru, sehingga sudah tidak ada lagi alasan baginya untuk hidup kembali di alam
manapun. Tidak ada lagi yang harus dipertanggungjawabkan. Jika demikian maka
artinya sudah padam, sudah mencapai seberang, mencapai tingkat Arahat,
merealisasi Nibbana, merealisasi kebahagiaan hakiki non inderawi kekal abadi selamanya.
Bahagia hakiki seperti apa, tidak bisa diceritakan, harus dialami sendiri. Rasa
buah durian saja tidak bisa diceritakan dengan tepat, harus dirasakan sendiri.
4. Untuk merealisasi Nibbana,
tidaklah cukup hanya berbuat baik saja, tetapi harus menjadi orang suci, harus berlatih
meditasi Samatha dilanjutkan dengan meditasi Vippasana secara tekun, terus
menerus sampai berhasil mencapai penerangan sempurna (Enlightened), berhasil mencapai Arahat atau berhasil merealisasi Nibbana.
Meditasi tersebut adalah merupakan jalan pintas, yang dapat dilakukan bukan
hanya di dunia ini saja, tetapi juga di alam lain yang bisa memfasilitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar