Selama ini orang menganggap
bahwa kalau sudah mapan dalam hal materi, atau sudah mencapai kebebasan
finansial, itu adalah sukses. Benar demikian, tetapi kalau ditinjau secara
mendalam, artinya ditinjau secara kebenaran yang sejati, maka sukses dalam hal
materi, atau bebas secara finansial, itu hanyalah sebagian dari sukses yang sejati.
Mengapa? Karena kebebasan finansial itu adalah sukses dunia. Sukses sejati
adalah sukses dunia dan sukses berikutnya setelah meninggalkan dunia.
Setelah mati, manusia akan
meneruskan perjalanan hidupnya di alam berikutnya. Bisa terlahir kembali dan
hidup di dunia kembali, atau terlahir dan hidup di Surga, di Neraka atau di
alam-alam yang lain, sesuai dengan perbuatan-perbuatan atau raport yang dicapai
pada kehidupan sebelumnya. Yang dikatakan “sukses sejati sementara” adalah jika
setelah mati manusia bisa melanjutkan hidupnya di alam yang lebih tinggi, yang lebih
mulia, lebih bahagia, contohnya adalah dapat melanjutkan hidupnya di Surga (di
alam Dewa), di alam brahma atau alam
mahabrahma. Sedangkan sukses sejati itu, atau sukses yang hakiki, adalah
jika manusia setelah
mati tidak akan terlahir kembali. Sudah padam. Sudah mencapai seberang. Sudah
terbebas dari belenggu penderitaan Samsara (belenggu penderitaan dalam
kehidupan yang berulang-ulang). Sudah mencapai Nibbana, adalah mencapai
kebahagiaan hakiki kekal selamanya. Makhluk yang hidup di alam Suddhavasa (para Anagami) setelah mati adalah mencapai Nibbana. Anagami adalah makhluk yang sudah suci.
Mengapa sukses dalam hal materi
bisa dikatakan menunjang kesuksesan sejati? Karena seseorang yang sukses dalam
hal materi (orang kaya) itu bisa berbuat banyak. Lebih banyak yang bisa
dilakukan dibandingkan dengan seseorang yang mengalami kesulitan materi (orang
miskin). Orang kaya lebih ringan dalam hal berbuat baik, kalau sadar. Soalnya
ada yang tidak sadar. Setelah kaya justru pelit. Itu mungkin karena untuk
meraih kekayaannya itu dia sangat bersusah payah. Melalui perjuangan yang sulit. Sehingga setelah mencapai kebebasan finansial pun dia masih merasa kurang.
Orang kaya itu lebih mudah berbuat yang baik-baik. Contohnya adalah membantu
dalam hal materi kepada orang-orang yang sangat membutuhkan, artinya bisa
menabur atau menanam benih-benih kebajikan di tanah yang subur. Perbuatan baik
akan menciptakan atau menghasilkan kebahagiaan di kemudian hari, di kehidupan
berikutnya, atau kebahagiaan disaat itu juga, jika pemberiannya tulus ikhlas,
maka akan langsung merasa bahagia atau merasa senang yang memang menyenangkan.
Memberi itu sebaiknya diskriminatif. Pilihlah ladang yang paling subur terlebih
dahulu, agar bisa menghasilkan buah yang paling banyak. Ladang subur itu
contohnya adalah bantuan kepada yayasan, organisasi atau entitas yang digunakan
sebagai sarana bagi orang-orang yang berniat atau berusaha untuk mencapai
kebahagiaan hakiki, kepada orang-orang yang sangat membutuhkan (orang-orang
sangat miskin), atau organisasi atau lembaga yang tujuan pendiriannya adalah
untuk mengentaskan orang-orang miskin.
Sering berdana itu akan
menghasilkan kehidupan berikutnya yang lebih baik, misalnya menjadi orang kaya.
Sering berdana itu bisa dilakukan oleh orang kaya, orang setengah kaya, ataupun
orang miskin, tentunya sesuai kemampuan & kerelaan masing-masing. Makin
rela makin menghasilkan buah yang baik. Berdana juga bukan hanya dengan materi,
bisa dengan tenaga, dengan pikiran dan lain-lain.
Walaupun sering berdana belum
bisa membuat seseorang mencapai Nibbana. Akan tetapi bisa membuat orang di hidup
berikutnya lebih menyenangkan, lebih berbahagia. Untuk mencapai Nibbana seseorang
harus mengembangkan kerelaan, kemoralan & kosentrasi (meditasi) secara tekun
dan terus-menerus. Atau sering juga dikatakan mengembangkan dana, sila dan bhavana (meditasi). Mempraktekkan dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan (Sila,
Samadhi dan Panna). Meditasi adalah jalan pintas mencapai Nibbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar