Pada suatu ketika teman Anda datang, dia mengatakan, Aduh, tadi malam si "X" masih bercerita sama aku sambil minum kopi.
Lalu kenapa dia?
Pagi-pagi tadi dia bangun, masih minum kopi, terus tidak lama kemudian dia meninggal. Aduh, susah sekali saya. Iya, dia memang bukan sanak, bukan saudara, tetapi dia itu tetangga yang baik, sudah seperti keluarga.
Karena Anda tidak kenal, tidak pernah bertemu dengan tetangga
teman Anda. Maka ketika diceritakan
demikian, Anda tidak akan susah atau sedih.
Oh iya, hidup ini tidak kekal. Semua orang bisa mati.
Anda bisa mengatakan demikian karena tidak ada kemelekatan disana. Bertemu saja tidak pernah, apalagi kenal. Orang yang kenal, yang melekat, adalah teman Anda. Tetapi, kalau kematian itu terjadi pada keluarga misalnya, ibu, ayah, anak, istri, atau suami Anda, Anda akan menderita. Anda tidak bisa tenang, seimbang, arif, bijaksana. Anda tidak bisa mengatakan lagi : oh iya, semua kehidupan tidak kekal. Istriku baru saja meninggal! Anda bisa tetap seimbang kah? Tenang kah? SULIT!
Karena itu istri-ku, itu suami-ku, itu ibu-ku, itu ayah-ku. Bukan hanya keluarga saja, tetapi juga kenalan baik anda, Anda ikut sedih, Anda turut menderita. Karena ada "aku" di situ. Andai tidak ada "aku", tidak menderita sama sekali. Semakin besar "aku" nya, maka semakin menderita.
Jangan menyepelekan "Aku"!
Ada yang mengatakan : Bhante, "aku" / "egois" itu kan bukan suatu kejahatan! Paling-paling kalau "aku" nya besar, bisa dikatakan : sombong sekali dia, arogan!, paling-paling hanya itu saja yang akan dikatakan orang, Bhante?
Saat ada acara / hajatan pasti maunya duduk di depan. Jika penerima tamu tidak mengerti, lalu dia di dudukkan dibelakang, maka dia marah-marah.
Mengapa aku disuruh duduk di belakang? Jasaku mengapa tidak dihargai?, mereka tidak tahu, aku ini siapa?
Saya pernah diberitahu seseorang bhante, kalau seperti itu, dia bukan seorang pemimpin. Orang seperti itu namanya pemuka, bukan pemimpin. Dia ingin duduk di muka, kelihatan di muka. Pemimpin, kalau kehilangan huruf "n" sangat berbahaya, "pemimpin", "n" nya di hilangkan jadi "pemimpi". Omongannya gede-gede, tetapi tidak pernah melaksanakan hal yang sudah diucapkan.
Bhante, untuk "aku" itu, paling-paling orang lain hanya akan mengatakan, Wah! Dia itu sombong banget. "Aku" nya gede-gede. Kadang-kadang orang yang "aku" nya besar itu enjoy saja, enak saja dia. Keakuannya melambung itu merasa enak. Dia tidak merasa. Orang lain yang melihat, yang bergaul dengan dia akan menjadi risi. Orang tersebut, yang dilakukannya tidak seberapa, tetapi sombongnya bisa sundul ke langit. Orang lain jadi risi, dirinya sendri cuek saja, enjoy saja. Dia malah mengumbar keakuannya itu.
Tapi paling-paling hanya begitu kan Bhante? Tidak berbahaya kan?
Oh, jangan meremehkan keakuan, Saudara!.
Jangan bermai-main dengan sang "aku"! Bukan hanya persoalan kesombongan saja, tetapi bisa berbahaya. Dia adalah biang dari segala biang penderitaan.
Oh iya, hidup ini tidak kekal. Semua orang bisa mati.
Anda bisa mengatakan demikian karena tidak ada kemelekatan disana. Bertemu saja tidak pernah, apalagi kenal. Orang yang kenal, yang melekat, adalah teman Anda. Tetapi, kalau kematian itu terjadi pada keluarga misalnya, ibu, ayah, anak, istri, atau suami Anda, Anda akan menderita. Anda tidak bisa tenang, seimbang, arif, bijaksana. Anda tidak bisa mengatakan lagi : oh iya, semua kehidupan tidak kekal. Istriku baru saja meninggal! Anda bisa tetap seimbang kah? Tenang kah? SULIT!
Karena itu istri-ku, itu suami-ku, itu ibu-ku, itu ayah-ku. Bukan hanya keluarga saja, tetapi juga kenalan baik anda, Anda ikut sedih, Anda turut menderita. Karena ada "aku" di situ. Andai tidak ada "aku", tidak menderita sama sekali. Semakin besar "aku" nya, maka semakin menderita.
Jangan menyepelekan "Aku"!
Ada yang mengatakan : Bhante, "aku" / "egois" itu kan bukan suatu kejahatan! Paling-paling kalau "aku" nya besar, bisa dikatakan : sombong sekali dia, arogan!, paling-paling hanya itu saja yang akan dikatakan orang, Bhante?
Saat ada acara / hajatan pasti maunya duduk di depan. Jika penerima tamu tidak mengerti, lalu dia di dudukkan dibelakang, maka dia marah-marah.
Mengapa aku disuruh duduk di belakang? Jasaku mengapa tidak dihargai?, mereka tidak tahu, aku ini siapa?
Saya pernah diberitahu seseorang bhante, kalau seperti itu, dia bukan seorang pemimpin. Orang seperti itu namanya pemuka, bukan pemimpin. Dia ingin duduk di muka, kelihatan di muka. Pemimpin, kalau kehilangan huruf "n" sangat berbahaya, "pemimpin", "n" nya di hilangkan jadi "pemimpi". Omongannya gede-gede, tetapi tidak pernah melaksanakan hal yang sudah diucapkan.
Bhante, untuk "aku" itu, paling-paling orang lain hanya akan mengatakan, Wah! Dia itu sombong banget. "Aku" nya gede-gede. Kadang-kadang orang yang "aku" nya besar itu enjoy saja, enak saja dia. Keakuannya melambung itu merasa enak. Dia tidak merasa. Orang lain yang melihat, yang bergaul dengan dia akan menjadi risi. Orang tersebut, yang dilakukannya tidak seberapa, tetapi sombongnya bisa sundul ke langit. Orang lain jadi risi, dirinya sendri cuek saja, enjoy saja. Dia malah mengumbar keakuannya itu.
Tapi paling-paling hanya begitu kan Bhante? Tidak berbahaya kan?
Oh, jangan meremehkan keakuan, Saudara!.
Jangan bermai-main dengan sang "aku"! Bukan hanya persoalan kesombongan saja, tetapi bisa berbahaya. Dia adalah biang dari segala biang penderitaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar