Translate

Senin, 17 September 2018

Agama & Sains.


Kebutuhan akan ilmu pengetahuan adalah tuntutan nurani semua orang. Perkembangan dan penggunaannya merupakan fenomena yang tidak mungkin dihentikan atau dipungkiri. Ilmu pengetahuan dan juga teknologi tidak membedakan, atau mungkin tidak mempedulikan bangsa, budaya, dan agama. Ia dikembangkan dan digunakan oleh semuanya. Ilmu pengetahuan berbicara dengan bahasa yang sama bagi semua orang, yaitu : penalaran sehat, penelitian, kebenaran, dan kebebasan. Ia berbicara dengan menumbuhkan pengertian, bukan keharusan dan juga bukan dengan ancaman.

Yang menjadi ganjalan, dunia ilmu pengetahuan masih sulit menerima norma-norma agama yang tidak mudah dicerna oleh bahasa mereka. Sama sekali tidak bijaksana bila hal ini diatasi hanya dengan pernyataan bahwa iman memang bukan ilmu. Atau, keyakinan itu memang tidak masuk akal.

Dalam dasawarsa terakhir abad XX ini, para pemuka agama seharusnya tidak terlambat meletakkan jembatan emas antara iman dan ilmu. Kita memang sedikit pun tidak akan mengubah nilai-nilai iman sebagai kebenaran hakiki yang telah diberikan oleh agama, tetapi era ini mulai menuntut kita untuk menanamkan iman itu dengan bahasa ilmu. Manusia Timur di abad XXI nanti adalah manusia modern yang sepenuhnya harus mengembangkan dan menggunakan iptek, dan sepenuhnya beriman sesuai dengan ajaran agama.

Buddha Gotama sebagai salah satu pendiri agama, 'penemu Dhamma' telah meletakkan jembatan antara iman dan akal itu. Dhamma ditemukan dengan pencapaian Penerangan Sempurna (Bodhi), bukan dengan akal. Tetapi, iman terhadap Dhamma harus dibangkitkan dengan pengertian yang menggunakan penalaran sehat. Dengan demikian tidak ada alasan bagi dunia ilmu pengetahuan untuk menyatakan bahwa agama adalah penghambat ilmu-ilmu sekuler.

(Y.M. Bhante Sri Pannavaro Mahathera).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar