Rata-rata orang percaya, bahwa hidup
akan jadi lebih baik kalau menikah, kalau sudah punya anak,
kalau anaknya laki-laki, atau mungkin perempuan. Tidak sabar
ketika anak-anak masih kecil, dan merasa bahwa beban masih
panjang. Setelah anak-anak remaja, kesal karena
anak-anak yang menanjak remaja mulai berani membangkang. Merasa lebih bahagia kalau anak-anak itu
penurut, atau mereka segera menjadi dewasa dan mandiri.
Kita sering berkata kepada diri sendiri, bahwa kebahagiaan kita baru
akan lengkap kalau kita punya mobil bagus, punya
rumah mewah dan besar kalau bisa, kita dapat berlibur ke
mana-mana sesuai dengan keinginan kita, kita akan merasa bahagia kalau kita sudah pensiun dan anak-anak sukses, dan seterusnya dan seterusnya.
Padahal… pada kenyataannya, kebahagiaan tidak terletak di luar sana, paling tidak ketika semua kebutuhan dasar sudah tercukupi. Kebahagiaan ada di dalam batin kita sendiri. Tidak ada saat yang lebih baik daripada saat ini juga untuk berbahagia. Kalau tidak sekarang, lalu kapan bisa bahagianya?
Kebahagiaan adalah suatu cara kita merespon berbagai stimulus eksternal. Kabar baiknya, kita BISA MEMILIH respon kita sendiri, tak pandang apapun jenis stimulusnya. Inilah kekuatan pikiran yang paling dahsyat. Kita bisa menentukan dan memilih sendiri untuk berbahagia atau untuk tidak berbahagia. Stephen R. Covey, pakar konsep "7 Habits", mengatakan : "The most proactive thing we can do is to BE HAPPY."
Tetapi para bijak mengatakan : "There is NO WAY to happiness, since happiness is THE WAY it self." Tidak ada jalan menuju kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah sang jalan itu sendiri. Jadi, kebahagiaan adalah suatu cara kita menyikapi perjalanan hidup kita, suatu proses, bukan tujuan akhir, bukan kalau ini dan itu sudah tercapai…
Jadi, tunggu apa lagi, barukah kita akan berbahagia :
kalau cicilan hutang sudah lunas?
kalau sudah punya mobil?
kalau berat badan turun 10 kg?
kalau berat badan naik 10 kg?
kalau sudah menikah?
kalau sudah cerai?
kalau sudah punya anak?
kalau anak sudah besar?
kalau sudah pensiun?
kalau hujan?
kalau panas?
kalau panjang umur?
kalau sudah mati?
Pepatah lain mengatakan: "Happiness is not about TO HAVE, but about TO BE." Iya, banyak benarnya juga sih. Amankan kebutuhan dasar, dan selebihnya… just be happy! Be Happy!
Padahal… pada kenyataannya, kebahagiaan tidak terletak di luar sana, paling tidak ketika semua kebutuhan dasar sudah tercukupi. Kebahagiaan ada di dalam batin kita sendiri. Tidak ada saat yang lebih baik daripada saat ini juga untuk berbahagia. Kalau tidak sekarang, lalu kapan bisa bahagianya?
Kebahagiaan adalah suatu cara kita merespon berbagai stimulus eksternal. Kabar baiknya, kita BISA MEMILIH respon kita sendiri, tak pandang apapun jenis stimulusnya. Inilah kekuatan pikiran yang paling dahsyat. Kita bisa menentukan dan memilih sendiri untuk berbahagia atau untuk tidak berbahagia. Stephen R. Covey, pakar konsep "7 Habits", mengatakan : "The most proactive thing we can do is to BE HAPPY."
Tetapi para bijak mengatakan : "There is NO WAY to happiness, since happiness is THE WAY it self." Tidak ada jalan menuju kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah sang jalan itu sendiri. Jadi, kebahagiaan adalah suatu cara kita menyikapi perjalanan hidup kita, suatu proses, bukan tujuan akhir, bukan kalau ini dan itu sudah tercapai…
Jadi, tunggu apa lagi, barukah kita akan berbahagia :
kalau cicilan hutang sudah lunas?
kalau sudah punya mobil?
kalau berat badan turun 10 kg?
kalau berat badan naik 10 kg?
kalau sudah menikah?
kalau sudah cerai?
kalau sudah punya anak?
kalau anak sudah besar?
kalau sudah pensiun?
kalau hujan?
kalau panas?
kalau panjang umur?
kalau sudah mati?
Pepatah lain mengatakan: "Happiness is not about TO HAVE, but about TO BE." Iya, banyak benarnya juga sih. Amankan kebutuhan dasar, dan selebihnya… just be happy! Be Happy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar