Translate

Sabtu, 19 Februari 2022

Dhamma, Apakah Itu ???

Dhamma berasal dari bahasa Pali, bahasa Sanskerta nya : Dharma, yang berarti Hukum atau Aturan dalam agama Buddha.

Dhamma berarti Kesunyataan Mutlak, atau Hukum Abadi. Dhamma tidak hanya ada dalam hati sanubari manusia dan pikirannya, tetapi juga dalam seluruh alam semesta. Seluruh alam semesta terliputi olehnya. Bulan yang timbul atau tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah, hal ini tidak lain disebabkan oleh Dhamma. Dhamma merupakan Hukum Abadi yang meliputi alam semesta, yang membuat segala sesuatu bergerak sebagai dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu fisika, kimia, hayat, astronomi, psikologi, dan sebagainya.

Dhamma adalah kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk. Sedangkan sifat Dhamma adalah abadi. Ia tidak dapat berubah atau diubah.

Dengan demikian Buddha Dhamma adalah Dhamma yang disadari dan dibabarkan oleh Yang mulia Buddha Gotama. Ada atau tidak ada Buddha, Hukum Abadi (Dhamma) itu akan tetap ada sepanjang jaman. Guru agung Buddha bersabda : “O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi” (Dhammaniyama Sutta).

Bila manusia berada dalam Dhamma, ia akan dapat melepaskan dirinya dari penderitaan, menjadi Arahat dan mencapai Nibbana. Yaitu mencapai kedamaian abadi, yang sudah tidak mungkin mundur kembali, atau tidak mungkin terdegradasi. Sudah pasti Nibbana itu bisa dialami ketika masih hidup, dan setelah mati tidak akan terlahir kembali di alam manapun. Nibbana tidak dapat dicapai dengan cara sembahyang, mengadakan upacara-upacara atau memohon kepada para Dewa. Sembahyang dan ritual keagamaan itu bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kotoran batin. Berdoa itu hendaknya tidak memohon, karena manusia telah memiliki akal dan daya; yang bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan baiknya. Yang berlaku itu adalah Hukum Sebab-akibat, Hukum Menabur-Menuai, atau Hukum Karma. Doa terbaik adalah berbuat baik, termasuk berdoa atau tepatnya berharap yang baik. Contoh harapan tersebut adalah demikian : "Semoga jasa kebajikan saya ini mengalir ke arah kehancuran noda-noda batin. Semoga jasa kebajikan saya ini menjadi kondisi untuk realisasi Nibbana. Saya membagikan bagian kebajikan ini kepada semua makhluk, semoga mereka semua mendapatkan bagian kebajikan yang sama dengan saya." Jadi, harapan itupun diucapkan setelah kita berbuat kebajikan.

Jadi, Nibbana atau mengakhiri penderitaan itu hanya dapat dicapai dengan meningkatkan perkembangan batin hingga mencapai hasil maksimal, yaitu mencapai penerangan sempurna (Enlightened). Bhikkhu, Bhikkhuni atau seseorang yang telah berhasil mencapai Nibbana itu artinya telah berhasil menghancurleburkan Kilesa, yaitu berhasil  menghancurleburkan kotoran batin tanpa sisa. Segala macam daya upaya yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai Nibbana; sudah pasti dibarengi dengan berlatih meditasi Samatha dan atau meditasi Vipassana secara tekun dan terus-menerus, di banyak sekali kehidupan.

Dalam hal Penderitaan atau Dukkha, dikenal adanya Empat Kesunyataan Mulia, sebagai berikut :

1.      Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.

Kelahiran, ketuaan, dan kematian adalah penderitaan. Kesedihan, ratap-tangis, derita jasmani, derita batin, dan keputusasaan adalah penderitaan. Berkumpul dengan yang tidak dicintai adalah penderitaan. Berpisah dengan yang dicintai adalah penderitaan. Tidak mendapatkan hal yang diharapkan adalah penderitaan.

2.      Kesunyataan Mulia tentang asal mula Dukkha.

Sumber dari penderitaan adalah Tanha, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Semakin diumbar; semakin keras Tanha mencengkeram. Orang yang pasrah kepada Tanha sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa haus. Rasa haus bukannya hilang tapi bertambah, karena air asin itu mengandung garam.

3.      Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya Dukkha.

Kalau Tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan bahagia yang sebenarnya, terbebas dari semua penderitaan bathin. Keadaan ini dinamakan telah merealisasi Nibbana. Telah padam, tiada lagi Tanha, tiada lagi kemelekatan. Telah merealisasi kedamaian abadi.

4.      Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha.

Jalan ini menunjukkan cara agar bisa hidup bebas dari ketidakpuasan. Yaitu jalan untuk membawa kita menuju ke Kedamaian atau Kebahagiaan Sejati. Jalan ini disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Pengertian Benar atau Samma-ditthi, Pikiran Benar atau Samma-sankappa, Ucapan Benar atau Samma-vaca, Perbuatan Benar atau Samma-kammanta, Pencaharian Benar atau Samma-ajiva, Daya-upaya Benar atau Samma-vayama, Perhatian Benar atau Samma-sati, dan Konsentrasi Benar atau Samma-samadhi. Uraian mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat dibaca di tulisan lain di blog ini.


Rabu, 09 Februari 2022

Berkah Yang Sesungguhnya Dalam Kehidupan

Banyak orang mengira bahwa berkah itu adalah ketika mendapatkan keberuntungan, kekayaan yang berlimpah, umur panjang, sehat, terkenal, berkedudukan tinggi, memiliki istri yang cantik, memiliki suami yang tampan dan lain sebagainya. Akan tetapi sebenarnya bukanlah demikian. Tathagata melihat, bahwa berkah itu tidak sekadar hanya itu, itu adalah berkah yang sifatnya duniawi. Berkah yang sebenarnya adalah sejauh mana seseorang berbuat bajik. Itu adalah berkah utama. Itu adalah berkah yang unggul atau manggala utama.

Ketika melakukan kebajikan, rendah hati, menghormat kepada yang patut dihormati, mampu menyokong orang tua, anak, istri dan kerabat. Mampu mempraktekkan sila dengan baik. Menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, perbuatan tercela, suka berbagi, itu adalah berkah yang sesungguhnya. Suka mengunjungi kaum bijaksanawan, mendengarkan ajarannya, memberikan respek hormat, itu adalah berkah utama. Mengapa? Karena kebajikan tersebut mengantar seseorang pada kebahagiaan. Orang yang berbuat bajiklah orang yang pasti mendapatkan kebahagiaan.

Umur panjang, kekayaan melimpah, terkenal, yang dikatakan di awal tadi adalah berkah, apakah selalu membahagiakan? Belum tentu. Tetapi orang yang berbuat bajik sudah pasti berbahagia. Berdampak memberikan manfaat yang tidak lain adalah kebahagiaan. Maka berkah yang sesungguhnya itu adalah ketika kita melakukan yang terbaik dalam hidup ini, yaitu dengan melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat. Kalau ingin mandapatkan berkah utama, kita harus melakukan banyak kebajikan, mengisi hidup ini dengan hal-hal yang bermanfaat, maka setiap hari, setiap moment adalah berkah ketika kebajikan dilakukan.

Mengapa dalam hidup ini hendaknya mendapatkan berkah utama? Karena berkah utama itu merupakan syarat dasar bagi terwujudnya batin yang bersih, disertai dengan tekun berlatih meditasi merupakan sarana menuju hancur leburnya kilesa, yaitu hancur leburnya kotoran batin merealisasi Nibbana.

Kembali ke awal tulisan ini, berkah yang sifatnya duniawi itu bukannya tidak diperlukan, tetapi juga diperlukan, jika dimanfaatkan dengan baik maka akan menjadi penunjang yang sangat membantu dan sangat memudahkan dalam mendapatkan berkah utama. Beberapa contoh, misalnya kalau kita memiliki kekayaan yang melimpah, sehat, dan umur panjang, maka kita akan lebih mudah untuk berbuat bajik yang banyak dan berkesinambungan, seperti :  menyokong orang tua, anak, istri, kerabat, rahib, vihara dan siapapun yang membutuhkan bantuan dana. Mudah untuk berbagi, dan mudah pergi kemana saja menemui para bijaksanawan untuk berguru dan lain sebagainya.

Demikianlah uraian singkat ini. Semoga bermanfaat.

Senin, 07 Februari 2022

Apa itu Perilaku diatas Umur?

Kebanyakan orang menginginkan umur panjang. Ketika sudah uzur dan mungkin dalam kondisi sakit kronis, tetap saja menginginkan umur yang masih panjang. Adakah kira-kira alasannya yang mantap sehingga dia masih menginginkan umur yang panjang? Atau tidak memiliki alasan? Pokoknya yang penting tidak mau mati? Padahal mati itu kapan saja bisa terjadi, bisa datang secara tiba-tiba. Apakah tidak lebih baik menyadari hal tersebut, sehingga sebelum kematian datang menjemput, yang bersangkutan sudah memiliki persiapan yang memadai? Apalagi kalau sudah sakit-sakitan pertanda maut sudah dekat. Persiapan seperti apa yang sudah dan akan terus dilakukan, tentunya masing-masing orang berbeda pemikiran. Tergantung dari pengalaman, pendidikan, kecerdasan, kualitas batin atau kualitas rokhani dan juga agama. Sebelum kematian tiba mungkin perlu menyiapkan surat wasiat kalau sebagai orang tua, yaitu surat wasiat pembagian harta warisan, atau mungkin pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak atau keluarga agar semuanya menjadi baik, aman, tidak kacau setelah ditinggal selama-lamanya oleh orang tua, atau mungkin juga ada pemberitahuan tentang harta simpanan, atau tabungan di Bank, dan lain-lain. Itu adalah persiapan umum sebelum kematian datang menjemput. Namun ada persiapan yang tidak kalah pentingnya dari itu semua, supaya ketika dan setelah meninggal dunia wajah jenazah seperti tersenyum. Itu artinya apa? Artinya adalah bahwa yang bersangkutan meninggal dunia dengan tenang, dengan ikhlas, telah berhasil melepas semua urusan dunia, tidak memikirkannya lagi, tidak mengingat-ingat atau melekat kepada harta benda yang dia miliki, yang selama ini berhasil dia kumpulkan dan dia timbun. Atau mungkin semua hutang-hutangnya sudah berhasil dilunasi, pokoknya urusan dunia sudah diselesaikan semua dengan baik dan siap ditinggalkan. Nah itu adalah urusan duniawi, urusan materi. Masih ada lagi urusan yang bukan duniawi yaitu urusan spiritual, yang tidak bisa ditinggalkan di dunia, melainkan harus dibawa mati. Karena bekal spiritual tersebut mengikuti yang bersangkutan pergi setelah meninggal dunia dan masuk ke alam berikutnya yang baru. Bekal tersebut harus dinikmati di alam kehidupan yang baru, tidak bisa tidak. Surga dan Neraka adalah dua jenis alam kehidupan berikutnya setelah kematian. Dan masih ada 29 jenis alam kehidupan yang lain yang keberadaannya diatas dan diantara kedua alam tersebut. Bekal spiritual yang dimiliki adalah tiket ke alam mana seseorang akan masuk, ke salah satu alam kehidupan berikutnya yang sudah menanti, yaitu alam bahagia atau alam penderitaan, tergantung bekal yang dimiliki. Termasuk terlahir di alam manusia kembali. Alam manusia adalah alam bahagia sekaligus alam menderita, tergantung bagaimana batin seseorang mampu menyikapinya. Alam manusia adalah alam terbaik, karena di alam manusia seseorang bisa mengumpulkan bekal terbaik atau membuat tiket terbaik yang mampu dia buat, sesuai kemampuan masing-masing karena saking sulitnya. Terlahir di alam manusia itu sangat sulit karena harus memiliki bekal atau tiket yang tepat, memiliki tiket yang cocok. Selain alam manusia seseorang tidak bisa leluasa berbuat mengumpulkan bekal terbaik untuk kehidupan berikutnya. Karena di alam lain mereka cenderung hanya mengalami satu kondisi saja, yaitu penderitaan atau kebahagiaan. Terlebih di alam Neraka mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada kesempatan, tidak bisa berbuat baik karena selalu mengalami siksaan, mengalami siksaan melulu. Demikian pula di alam bahagia, di beberapa alam brahma, mereka hanya mengalami kebahagiaan saja, tidak ada kesempatan berbuat yang lain. Kembali ke persoalan menjelang kematian, apakah bekal spiritual yang dimiliki, yang sudah dikumpulkan sudah memadai atau belum? artinya sudah baik atau justru bekal yang buruk? Selama ini apa yang sudah diperbuat? Apakah kondisi batinnya sudah lumayan bersih? Apakah upaya mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasinya sudah lumayan baik? Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak meminum minuman yang memabukkan barulah cerminan dari batin yang bersih paling minimal dari hasil pengembangan kemoralan. Sebab untuk merealisasi batin yang bersih total tanpa noda, atau merealisasi Nibbana itu selain mengembangkan kemoralan, juga perlu mengembangkan kerelaan, contohnya adalah berdana, berdana bentuk apa saja boleh yang penting bermanfaat baik buat pihak lain, dan jangan lupa yang paling penting adalah berlatih meditasi secara benar, yang serius, pantang menyerah, terus-menerus, dan berkesinambungan dengan melalui banyak kehidupan. Merealisasi Nibbana adalah merealisasi kedamaian yang hakiki selamanya, dan tidak mungkin mundur kembali atau tidak mungkin degradasi. Jadi sekali lagi yang perlu diperhatikan dalam mengarungi kehidupan itu utamanya adalah persoalan mengembangkan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi, yang akan menghasilkan tabungan berupa jasa baik dan pencapaian level tertentu dari konsentrasi atau meditasi, sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya, terlebih di masa-masa akhir kehidupan maka ketiga pengembangan tersebut harus lebih diutamakan, bukan umur yang panjang tapi tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat termasuk tekun berlatih meditasi. Judul tulisan ini adalah perilaku diatas umur, artinya jika ditinjau dari perspektif universal, yaitu dari sisi spiritual yang benar, dari sisi spiritual yang menguntungkan, adalah bahwa, perilaku baik itu lebih menguntungkan dibanding umur yang panjang. Kata kasarnya adalah, apa gunanya umur panjang jika perilakunya buruk, atau yang lebih soft apa gunanya umur panjang kalau tidak diisi dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan yang berguna buat pihak lain, bahkan buat semua makhluk. Lebih baik berumur pendek tapi perilakunya baik dibanding berumur panjang tapi tidak berbuat apa-apa. Demikianlah uraian singkat ini yang berjudul : Perilaku diatas umur. Semoga bermanfaat.

Minggu, 30 Januari 2022

Perjalanan Ini Sangat Singkat

Alkisah ada seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas tas berat dan jendela bis.

Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu. Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu. Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum : Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti.

Saudara saudara, jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas. Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele, perjalanan kita bersama ini amat singkat. Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan, karena semua hanya membuang waktu kita di perjalanan yang singkat ini.

Apakah seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu? Tetaplah tenang, perjalanan hidup kita ini terlalu singkat. Apakah seseorang sudah menghianati kamu, mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu? Tetaplah tenang, maafkan mereka, karena perjalanan hidup kita ini sangat singkat. Apapun masalah yang dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat bahwa perjalanan hidup kita ini sangat singkat.

Sebagai manusia biasa, tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan berakhir. Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang berikutnya. Perjalanan hidup kita ini sangat singkat.

Mari kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.

Mari kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu dengan yang lain.

Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama.

Kalau aku pernah menyakiti hati sahabatku tanpa sengaja atau disengaja, aku mohon dimaafkan, aku bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.

Bila sahabatku pernah menyakiti hatiku, aku sudah memaafkan semua, karena perjalanan hidup kita sangat singkat.

Mengapa aku bersikap demikian? dan mengatakan semua itu? Iya, karena hukum alam itu ada. Hukum alam itu adil. Hukum alam itu bekerja secara otomatis. Tiada kejadian atau tiada akibat yang tanpa sebab. Aku berbuat baik, seketika itu juga aku merasa bahagia, inilah akibat nyata yang langsung aku dapatkan, sesuai dengan yang kumau. Tidakkah Anda mendambakan kebahagiaan yang demikian? Aku tahu masih ada akibat berikutnya setelah aku mati. Kalau aku banyak berbuat baik maka setelah aku mati aku tidak akan sengsara. Di alam sana nanti aku tidak akan sengsara. Sebab sebab yang baik akan menghasilkan akibat yang baik pula. Siapa bilang kalau mati maka perkaranya selesai? Anda mesti  mempertanggungjawabkan sendiri sebab sebab yang Anda ciptakan sendiri berupa akibat yang akan Anda terima sendiri. Hukum alamnya seperti itu. Yang Maha Kuasa itu nyata dan Anda tidak bisa melawan Yang Maha Kuasa. Anda akan selamat, Anda akan bahagia jika Anda mampu menyesuaikan diri dengan Yang Maha Kuasa, berada didalam sistem dan menyikapinya dengan baik.

Bahagia dan derita itu tidak bisa tetap, selalu berubah. Perubahan itu terjadi karena sebab-sebabnya juga selalu berubah. Karena selalu berubah maka Anda akan capek, Anda merasakan penderitaan. Anda akan damai selamanya, tidak capek lagi dan tidak lagi merasakan penderitaan kalau Anda tidak lagi menciptakan sebab supaya tidak berakibat, artinya telah padam. Setelah kematian tidak akan terlahir kembali di alam manapun. Sebab itu timbul karena adanya nafsu keinginan, karena adanya hawa nafsu. Hawa nafsu timbul karena batinnya kotor. Jika batinnya bersih maka perbuatannya tidak disertai dengan hawa nafsu. Berbuatnya mempunyai tujuan yang baik namun perbuatan tersebut tidak disertai dengan hawa nafsu. Tujuan tercapai atau tidak tercapai diterima dengan baik apa adanya, dimana proses berbuatnya dilakukan dengan menggunakan jalan tengah, yaitu tidak disertai dengan hawa nafsu. Cara membersihkan batin adalah dengan selalu melakukan focusing dan konsentrasi mengamati obyek.

Jumat, 28 Januari 2022

Takut Menghadap Masa Depan Mencekam

Adalah fakta bahwa hampir semua orang takut mati. Penyebab utamanya adalah karena mereka itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Yang dikawatirkannya adalah jika setelah mati maka akan terlahir di alam penderitaan. Umum menyebutnya sebagai masuk Neraka. Terlebih jika kematian itu diketahuinya akan segera datang, karena yang bersangkutan telah mengidap penyakit parah, seperti kanker, gagal ginjal hingga perlu cuci darah 2 kali seminggu dan lain-lain sebagainya.

Alkisah ada seseorang yang takut sekali dengan kematian, sehingga dia melakukan banyak hal, yaitu mendatangi orang-orang suci. Dan yang diperoleh macam-macam, yaitu Vibutti atau abu suci, foto orang suci, juga benda-benda lain, termasuk telah dibacakan mantera-mantera. Akan tetapi semuanya itu tidak membuatnya tenang dan berani menghadapi kematian.

Kemudian karena kematiannya dirasakan sudah sangat dekat, dia benar-benar tidak siap dan sangat takut menghadapinya, maka sebagai upaya terakhir orang tersebut mendatangi orang yang dianggap paling suci, dan berkata demikian : berikan aku satu hal saja yang benar-benar bisa menyingkirkan rasa takutku menghadapi kematianku yang kurasa sudah sangat dekat. Rupanya orang suci yang dimaksud memiliki cukup kebijaksanaan, dia mengatakan kepada orang sakit yang mendatanginya itu sebagai berikut : Engkau itu belum sadar, mengapa untuk menyingkirkan rasa takut mati itu engkau meminta sesuatu? Tidak akan ada yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri. Aku juga tidak bisa membantumu. Aku akan gagal memenuhi permintaanmu seperti orang lain yang juga gagal. Mereka memberimu sesuatu yaitu abu suci, foto atau benda-benda lain karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan yang bisa memenuhi permintaanmu itu. Sekarang aku mengatakan kepadamu, hanya satu hal yang bisa aku katakan, yaitu terimalah kematian itu dengan rela dan lapang dada, terimalah kondisimu yang sekarang ini. Gemetarlah jika itu ada, jangan dilawan, jangan engkau menekannya. Jangan engkau menolak kematian dan jangan juga mencoba untuk menjadi berani menghadapi kematian. Kematian itu ada disana. Kematian itu alami. Engkau akan pergi dengan damai jika engkau menerimanya sepenuh hati, diterima dengan penerimaan secara total.

Sesungguhnya kondisi yang baik setelah kematian itu bisa diperoleh dengan memiliki pikiran yang baik pada saat menit-menit terkahir menjelang kematian. Dan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah melepaskan rasa gelisah akan berpisah dengan orang-orang dan keluarga tercinta, jangan melekat kepada harta dan kekayaan yang akan ditinggalkan. Lepaskanlah semua urusan dunia itu. Akan tetapi permasalahannya untuk melakukan itu semua tidaklah gampang. Anda tidak akan bisa mengendalikan pikiran Anda jika pikiran atau batin Anda selama ini tidak terlatih. Karena Kamma buruk Anda selama ini akan mengambil alih pikiran Anda pada saat-saat terakhir hidup Anda. Terkecuali jika selama ini Anda telah mengembangkan Kamma baik dan menghindari melakukan Kamma buruk, sehingga secara total Kamma Anda berada disisi positif, disisi baik. Kamma yang positif atau disisi baik akan menenangkan pikiran. Pikiran Anda berada dalam posisi yang baik.

Jika Anda adalah seorang meditator, tentu Anda terbiasa menggunakan perhatian untuk menenangkan pikiran Anda. Ketika Anda sakit parah dan mungkin berada dalam kondisi menjelang kematian, Anda dapat menggunakan perhatian Anda untuk menenangkan pikiran dengan melafalkan Paritta atau memperhatikan keluar masuknya nafas. Jika Vipassana Bhavana Anda telah mencapai level yang memadai, Anda dapat merenungkan dengan baik sifat tubuh yang tidak kekal, dan berhasil melepaskan eksistensi tubuh Anda, yaitu tidak berpegang teguh kepada tubuh. Biarkan jika tubuh sudah tidak berfungsi lagi dimana kematian telah tiba. Anda adalah pikiran, Anda tidak mati dengan tubuh. Namun sebaliknya jika seseorang berpegang teguh kepada tubuh, maka pikirannya akan terasa buruk, karena pikirannya tidak menginginkan tubuhnya mati. Jika Anda menginginkan pikiran yang damai dan tenang, maka Anda harus melihat tubuh sebagai tidak kekal. Anda bisa memandang tubuh kedalam 3 hal, yaitu :

Tubuh itu bukanlah dirimu.

Anda adalah pikiran.

Anda harus memisahkan pikiran dari tubuh dengan membiarkannya mati jika waktunya telah tiba.

Jika tubuh berhenti bernafas biarkan dia berhenti bernafas. Jika tubuh mengalami sakit, biarkan tubuh sakit, jangan melakukan apapun pada tubuh. Jika dengan obat; dokter dapat memperbaiki tubuh, terimalah itu. Tetapi jika dokter tidak dapat memperbaikinya, biarkan itu terjadi. Agar pikiran Anda menjadi damai dan tenang.

Kembali ke persoalan orang yang takut akan datangnya kematian yang sudah disebutkan tadi. Beberapa hari kemudian orang tersebut datang lagi ke orang suci yang terakhir dia datangi, orang tersebut datang dengan kondisi yang lebih baik. Dia berkata, aku berhasil, kalau selama ini aku tidak bisa tidur dengan baik, maka sudah 4 hari terakhir ini aku bisa tidur nyenyak, berkat nasehat dan ilmu yang engkau berikan. Engkau benar bahwa kematian itu ada disana, dan tidak ada yang bisa dilakukan selain menerimanya dengan tenang dan ikhlas. Kematian adalah alami, merupakan hukum alam, merupakan kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar. Aku mengatakannya sebagai keajaiban, bahwa sekarang ini aku tidak merasa begitu takut lagi dengan kematian. Aku menerima hal yang pasti akan terjadi terjadilah, sehingga ketakutanku mulai hilang. Energi rasa takutku banyak berkurang.

Singkat cerita, diketahuilah bahwa akhirnya orang tersebut telah meninggal dunia. Dia meninggal dunia dengan tenang dan damai, rasa takutnya diterima sebagaimana mestinya. Jika rasa takut itu diterima dengan akal sehat, tidak dilawan, maka takut itu lenyap. Dan karena dalam detik-detik menjelang kematian pikirannya baik, semoga yang bersangkutan terlahir kembali di alam bahagia, terlahir di alam surga, yaitu terlahir di alam dewa atau terlahir kembali sebagai manusia.

Rabu, 19 Januari 2022

Apa Yang Akan Terjadi Setelah Kita Menutup Mata ???

Disarikan dari uraian Bhante Santacitto. Setiap kelahiran akan diikuti dengan kematian. Apakah kematian adalah akhir dari segalanya atau masih ada kehidupan berikutnya? Apa yang terjadi setelah meninggal dunia itu menjadi pertanyaan dari dulu hingga kini.

Ada 2 tradisi besar. Kelompok pertama berpandangan bahwa setelah meninggal dunia semuanya akan berakhir dan tidak akan ada kelahiran kembali. Akan tetapi kelompok kedua memiliki pandangan yang berbeda, bahwa setelah meninggal dunia masih ada kehidupan yang mendatang.

Kelompok pertama mengakui bahwa manusia itu terdiri dari dua hal yaitu jiwa atau roh dan raga atau jasmani. Mereka berpandangan bahwa setelah meninggal dunia maka roh juga hancur. Sehingga tidak ada kelahiran kembali. Mereka mempunyai perumpamaan. Daun sirih yang dikunyah dengan kapur akan muncul warna merah. Daun sirih dan kapur menggambarkan jasmani, sedangkan warna merah menggambarkan roh. Perumpamaan tadi dapat diartikan bahwa kalau jasmani mati atau hancur maka roh juga hancur. Tidak akan ada kelahiran kembali. Tidak ada hukum karma. Semua perbuatan sekarang tidak akan menghasilkan buah apapun di kemudian hari karena tidak ada kelahiran kembali. Sehingga hidup ini dapat dimanfaatkan untuk bersenang-senang. Pemahaman ini sampai sekarang masih ada.

Kelompok kedua mempunyai pandangan yang berbeda, bahwa setelah mati masih ada kelahiran kembali. Jasmani dan roh merupakan dua hal yang berbeda. Begitu kematian terjadi, roh masih berlanjut ke kehidupan berikutnya.

Tathagata Guru Agung menolak kedua pandangan tadi. Kelahiran kembali bisa terjadi apabila sebab-sebabnya masih ada. Beliau menolak pandangan bahwa ada roh, entitas atau sesuatu yang tetap yang mengembara dari kelahiran ke kelahiran lainnya. Karena segala fenomena itu unsur-unsurnya selalu berubah. Adanya kelahiran kembali itu bisa beliau lihat dengan kemampuan Abhinna yang dimilikinya, dalam hal ini kemampuan Dibhacakkhu beliau, yaitu kemampuan mata dewa, adalah pengetahuan yang tinggi, merupakan Extrasensory Perseption atau persepsi yang melampaui kemampuan manusia biasa. Bukan dengan rasio atau logika. Beliau mengetahui bahwa makhluk itu lahir mati lahir mati sesuai dengan karmanya. Ada alam-alam lain setelah kematian. Tetapi didalam kelahiran atau didalam kehidupan makhluk-makhluk itu tidak ada roh atau sesuatu yang tetap di dalamnya. Dari sisi Paticcasamuppada atau sisi Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan, yang namanya roh itu tidak ada karena ya itu tadi, unsur-unsurnya selalu berubah. Paticcasamuppada menjelaskan, dengan adanya Avijja atau kebodohan sebagai kondisi maka munculah Sankhara yaitu perbuatan baik dan buruk, dengan adanya Sankhara munculah Vinnana atau kesadaran, dengan adanya Vinnana munculah Namma & Ruppa atau batin & jasmani, dengan adanya Namma & Ruppa munculah Salayatana atau enam landasan indriya, dengan adanya Salayatana munculah Phassa atau kontak, dengan adanya Phassa munculah perasaan, dengan adanya perasaan munculah Tanha atau nafsu keinginan, dengan adanya Tanha munculah Upadana atau kemelekatan, dengan adanya Upadana munculah Bhava atau kemenjadian, dengan adanya Bhava terjadilah kelahiran, dengan adanya kelahiran maka munculah kesedihan, ratap tangis, ketuaan, kematian dsb.

Kelahiran kembali itu terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor Paticcasamuppada tadi, tetapi roh tidak ditemukan dalam setiap unsur Paticcasamuppada. Yang terjadi adalah ada kondisi-kondisi atau fenomena yang saling menyokong, atau saling bergantung, yang memunculkan sebuah keberlanjutan, yang didalamnya ada kelahiran setelah kematian. Kelahiran seseorang setelah kematian itu dipengaruhi oleh perbuatan masing-masing. Seperti benih yang ditabur, maka demikian pula buah yang akan dipetik. Perbuatan baik setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan mengakibatkan terlahir di alam yang baik atau alam kebahagiaan. Perbuatan jahat setelah yang bersangkutan meninggal dunia akan mengakibatkan terlahir di alam penderitaan. Yang melakukan pembunuhan, pelit tidak suka berdana, atau suka marah-marah, maka setelah meninggal dunia mungkin dia akan terlahir di neraka, atau kalau terlahir di dunia akan menjadi manusia yang sakit-sakitan, berumur pendek, menjadi orang miskin atau berwajah jelek. Kalau tidak membunuh tetapi suka menolong orang lain atau suka berdana, tidak pelit, tidak suka marah-marah, mungkin nanti setelah meninggal dunia dia akan terlahir di Surga atau kalau terlahir sebagai manusia akan berumur panjang, menjadi orang kaya, tidak sakit-sakitan atau berwajah rupawan.

Perbuatan-perbuatan di masa lampau bisa langsung berbuah, yang bersangkutan sesaat setelah meninggal dunia bisa langsung terlahir di Neraka atau di Surga. Akan tetapi ada juga perbuatan-perbuatan yang berbuahnya jauh di kehidupan-kehidupan berikutnya. Yang kita alami sekarang ini bukan akibat dari perbuatan-perbuatan kita di kehidupan sebelum kehidupan ini, tetapi mungkin berasal dari kehidupan-kehidupan kita jauh sebelumnya.

Ada brahmana dan pertapa yang memiliki kemampuan Dibhacakkhu yang belum sempurna, yang melihat orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kebajikan tetapi setelah meninggal dunia terlahir di alam penderitaan. Sehingga mereka berpikir bahwa hukum karma itu tidak ada. Ada yang melihat sebaliknya, orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kejahatan tetapi setelah meninggal dunia terlahir di alam bahagia. Sehingga mereka juga berpikir bahwa hukum karma itu tidak ada.

Atas hal tersebut Tathagata memberikan penjelasan, meskipun seseorang semasa hidupnya banyak melakukan kebajikan, namun ketika menjelang ajal orang tersebut berpikiran buruk, maka menyebabkan dia terlahir di alam penderitaan. Dan sebaliknya, meskipun seseorang semasa hidupnya banyak melakukan perbuatan jahat, namun ketika menjelang ajal orang tersebut berpikiran baik, maka dapat menyebabkan dia terlahir di alam bahagia. Perbuatan baik atau perbuatan jahat yang pernah dilakukan orang tersebut akan berbuah kemudian, atau berbuah di kehidupan-kehidupan selanjutnya. Tidak langsung berbuah di kehidupan setelah kematiannya.

Ada 31 alam kehidupan dari yang paling menyengsarakan sampai alam kehidupan yang paling membahagiakan. Yaitu dari alam Neraka yang paling rendah sampai alam Brahma tanpa bentuk yang paling membahagiakan. Semakin tinggi atau semakin rendah alam kehidupannya, maka akan semakin tinggi kebahagiaan dan kesengsaraannya, dan semakin panjang jangka waktu hidupnya.

Tujuan dari Tathagata mengajarkan Dhamma adalah bagaimana hendaknya kita bisa terbebas dari segala bentuk kehidupan, terbebas dari roda kelahiran dan kematian. Karena terlahir di alam-alam kehidupan itu menderita. Yang harus kita lakukan adalah melenyapkan sebab-sebab dilahirkan. Secara garis besar penderitaan atau Samsara bisa terjadi karena 3 hal, seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi pohon kalau ditopang oleh tanah dan air. Namun secara rinci yang memunculkan Samsara  itu ada 12 hal yang saling bergantungan yang disebut Paticcasamuppada. Secara garis besar ketiga hal yang memunculkan Samsara tadi adalah Vinnana atau kesadaran, Karma atau perbuatan dan Tanha atau nafsu keinginan. Biji adalah simbul dari Vinnana, tanah adalah simbul dari Karma, dan air adalah simbul dari Tanha. Vinnana akan berlanjut ketika ada Karma dan Tanha. Agar bisa terbebas dari kelahiran maka bahan bakarnya yang menjadi nutrisi dari kehidupan itu harus dihancurkan. Nurisi yang adalah Tanha itu harus dihancurkan. Tanha yang sudah hancur terjadi pada seorang arahat. Seorang arahat masih melakukan perbuatan,  tetapi karena tidak disertai dengan Tanha maka tidak membawa pada kelahiran, perbuatan yang tidak disertai dengan Tanha disebut Kiriya. Cara melenyapkan Tanha adalah dengan mempraktekkan dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Yaitu mempunyai Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Yang harus senantiasa dikembangkan.

Cara hidup yang tidak pernah rugi

Tulisan ini bertujuan mengajak kita semua untuk bisa menyadari pentingnya berpikiran sehat, pentingnya berpikir dengan jernih, untuk mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh, supaya hidup kita ini nyaman. Yaitu bahwasannya hidup ini sangat berarti, jangan sia-sia-kan hidup ini untuk hal-hal yang tidak berguna, supaya kita tidak rugi. Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan kualitas batin dengan cara :

1. Selalu berusaha mengendalikan diri, mengendalikan emosi, dan berusaha bertindak bijaksana.

2. Selalu berusaha berbuat hal-hal baik, hal-hal yang berguna. Menghindari berbuat hal-hal yang tidak baik, yaitu mengecewakan, menyakiti, merugikan orang lain, menyiksa makhluk hidup, merusak lingkungan dan lain-lain.

Tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengintervensi, menambah atau mengurangi nasib hidup kita ini kecuali diri kita sendiri. Kita ini adalah kreator dari takdir kita sendiri. Surga atau neraka, yaitu alam kebahagiaan atau alam penderitaan yang kita singgahi setelah kita meninggal; itu kita sendiri penyebabnya. “Siapa menanam benih dia sendirilah yang akan memetik buahnya”. Doa terbaik adalah berbuat baik termasuk berdoa yang baik. Kita akan berhenti sebagai kreator kehidupan setelah batin kita benar-benar besih tanpa noda, sudah tidak membuat dosa baru lagi. Penyebab dari terlahir kembali di alam kehidupan yang baru sudah berhasil kita hancur leburkan. Apakah bisa? Bisa, meskipun sangat sulit dan memerlukan cara-cara yang tepat, cara-cara yang sudah ada dan patent, yaitu dengan cara mempraktekkan dengan baik dan benar Jalan Mulia Berunsur Delapan. Praktek ini memerlukan waktu yang sangat lama sekali dengan melalui banyak kehidupan. Tapi yang paling penting dengan berjalannya waktu berusahalah secara kumulatif dalam satu kehidupan tidak mengalami kemunduran. Usahakan mampu untuk terus maju meskipun berjalannya merangkak seperti siput. "Alon-alon Waton Kelakon." Ini bahasa Jawa yang artinya; pelan-pelan asalkan terlaksana.

Tidak terlahir kembali di alam manapun itu merupakan tujun akhir dari kehidupan semua makhluk. Tidak terlahir kembali itu artinya telah padam, telah berhasil merealisasi Nibbana. Ada yang bilang telah berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki selamanya. Ada juga yang bilang telah berhasil merealisasi kedamaian abadi. Damai abadi itu rasanya seperti apa tidak bisa diceritakan karena enam indriya yaitu panca indera dan batin atau pikiran sudah tidak ada lagi. Supaya tahu rasanya seperti apa maka harus dialami sendiri.