Translate

Kamis, 07 April 2022

BATIN MANUSIA

Sumber : The essense of Buddha Abhidhamma oleh Dr. Mehm Tim Mon. 

Para ahli filsafat biasanya merujuk pada batin dan materi sebagai dua prinsip dasar dari dunia kehidupan. Tetapi mereka tidak berhasil membuat keputusan bersama tentang apakah batin itu. 

Para ahli psikologi memulai pekerjaan mereka dengan menelusuri sifat batin. Dan ketika mereka tidak dapat merinci dan mengkarakterisasi batin, mereka beralih menelusuri perilaku binatang dan manusia. Sehingga psikologi menjadi pembelajaran tingkah laku dari ilmu pengetahuan tentang batin.

Saat ini ilmu pengetahuan belum memiliki alat yang mampu mendeteksi batin. Sehingga para ilmuwan cenderung menolak keberadaan batin, dan menganggap bahwa otaklah yang berfungsi sebagai batin. Akan tetapi teori itu tidak dapat menjelaskan atas fenomena khusus dari batin yang disebut telepati, kewaskitaan atau kemampuan mengindera dengan kekuatan batin, pencerapan ekstra sensorik, psikokinesis, eksperimen kemampuan diluar jasmani, kehidupan setelah kematian, dan sebagainya, yang mana saat ini ilmu pengetahuan tidak bisa membantah. Disamping otak, penyelidikan telah membuktikan bahwa, meskipun otak berfungsi bagaikan superkomputer, ia masih memerlukan agen luar untuk menjalankannya, seperti halnya sebuah komputer yang biasanya masih butuh diprogram oleh manusia.

Abhidhamma mendeskripsikan batin sebagai kombinasi dari kesadaran (Citta) dan faktor-faktor mental (Cetasika). Ada 52 faktor mental yang mana beberapa dapat mencemari batin, beberapa dapat memurnikan batin dan beberapa bersifat netral.

Jumlah keseluruhan dan kemungkinan kombinasi antara kesadaran dan faktor-faktor mental adalah 121. Kombinasi ini merupakan variasi keadaan batin. Mereka menjelaskan secara lengkap mengapa batin kadang-kadang buruk dan kadang-kadang baik, kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang jahat, kadang-kadang mulia dan sebagainya.

Didalam aspek pelatihan dari ajaranNya, Sang Budha menjelaskan beberapa cara untuk pengembangan konsentrasi mental  (Samadhi). Ketika faktor-faktor mental yang tidak bajik seperti keserakahan (Lobha), kemarahan (Dosa), kerisauan (Uddhacca), penyesalan (Kukkucca), keragu-raguan (Vicikiccha), kemalasan dan kelambanan (Thina-Middha) diredam untuk tidak muncul didalam batin, sehingga batin dalam keadaan tidak galau, sangat damai dan tenang. Ini adalah keadaan dari konsentrasi mendekati atau konsentrasi akses (upacara-samadhi), artinya ia dekat dengan penyerapan (Jhana).

Pada keadaan konsentrasi akses, oleh karena kotoran batin tidak hadir didalam batin, ia menikmati ketenangan dan kedamaian yang tidak tertandingi oleh kesenangan indriya. Kebahagiaan yang lebih tinggi dinikmati ketika ia dapat mencapai tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi Jhana. Didalam keadaan Jhana, batin berdiam terfokus dan menancap pada subjek meditasi selama berjam-jam.

Setelah mengembangkan empat Rupa Jhana dan empat Arupa Jhana, ia dapat menuju langkah selanjutnya untuk mengembangkan pengetahuan supranatural (Abhinna). Ada lima kemampuan supranatural (Lokiya) :

1, Kemampuan surgawi (Iddhi -vidha). 2, Telinga surgawi (Dibba-sota). 3, Mata surgawi (Dibba-cakkhu). 4, Kemampuan menembus pikiran orang lain (Ceto-pariya-nana) dan 5, dapat mengingat kehidupan-kehidupan lampau (Pubbe-nivasanussati).

Kemampuan-kemampuan supranatural ini jauh melampaui kemampuan telepati, kewaskitaan, psikokinesis, dan sebagainya. Dengan kemampuan surgawi (Iddhi-vidha Abhinna) seseorang dapat menembus tembok dan gunung tanpa rintangan, menyelam kedalam bumi, berjalan diatas permukaan air dan terbang di angkasa. Dengan mata surgawi seseorang dapat melihat alam yang menyedihkan dan juga alam surga dari para dewa dan brahma dan makhluk yang mati dan terlahir kembali di 31 alam kehidupan sesuai dengan karma atau tindakan yang disertai niat mereka masing-masing. Dengan Ceto-pariya-nana, seseorang dapat melihat batin orang lain dan mengetahui apa yang mereka pikirkan.

Pencapaian dari kekuatan supranatural ini bukanlah tujuan dari agama Buddha. Kemampuan penembusan batin yang ditemani oleh konsentrasi akses atau konsentrasi Jhana digunakan untuk menyelidiki muncul dan lenyapnya mentalitas (kesadaran dan konkurennya) dan materialitas (materi hakiki) didalam jasmani. Mentalitas dan materialitas ini tidak tampak meskipun dibawah mikroskop elektron tetapi mereka dapat dilihat melalui mata batin yang terkonsentrasi.

Melalui meditasi pada tiga karakteristik umum dari mentalitas dan materialitas yakni ketidakkekalan (Anicca), penderitaan (Dukkha) dan bukan diri (Anatta), dan juga hubungan sebab antara mentalitas dan materialitas, seseorang yang mengikuti Jalan Ariya Berunsur Delapan cepat atau lambat akan mencapai Magga dan Phala (Kesadaran Jalan dan Buah) yang pertama. Kemudian ia akan menjadi pemenang arus (orang suci) yang dapat menikmati kebahagiaan yang unik dari Nibbana selama mungkin dan dijamin sepenuhnya tidak akan pernah terlahir kembali di alam menyedihkan lagi.

Pemenang arus (Sotapanna) dapat menikmati kedamaian yang sangat luar biasa dari Nibbana ketika diinginkannya. Jika ia melanjutkan dengan meditasi Vipassana (meditasi pandangan terang), ia akan merealisasi ketiga kebijaksanaan jalan dan tiga kebijaksanaan buah yang lebih tinggi dan tentu saja akan menjadi seorang Arahat (seorang yang sempurna) dalam kehidupan ini. Meskipun tidak melanjutkan meditasi Vipassana, pemenang arus secara otomatis selanjutnya akan menjadi seorang Arahat sesuai dengan halauannya.

Didalam diri seorang Arahat semua kotoran batin telah secara lengkap tercabut dan dihancurkan. Oleh karena kotoran batin ini menjadi sebab utama dari semua penderitaan, mereka secara total dihancurkan, berarti kebahagiaan yang tinggi dan kedamaian abadi bagi seorang Arahat.

Maka melalui pemurnian batin dari semua kotoran batin yang mengakibatkan penderitaan dan merendahkan seseorang, ia dapat menjadi Arahat diantara orang-orang suci di dunia para manusia dan dewa, dan ia dapat menikmati kedamaian tertinggi Nibbana untuk selamanya.

Jadi untuk menjadi seorang Arahat adalah merupakan tujuan yang benar dari para manusia dan para dewa, dan tujuan yang tertinggi dalam kehidupan ini yang hanya dapat dicapai melalui analisa yang benar dan pengertian yang benar tentang batin dan materi seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha didalam Abhidhamma.

Ini seharusnya ditekankan disini, bahwa apapun yang telah Buddha ajarkan kepada kita melalui kemahatahuan dan pengalamanNya, dapat dicoba dan diverifikasi oleh setiap orang yang piawai melalui pengalaman mereka sendiri.

Demikianlah uraian mengenai batin ini, semoga bermanfaat. 

Kedamaian Abadi, Apakah Itu ???

Tulisan ini mempublikasikan sebagian dari pengetahuan Dhamma sebagai berikut :
Dhamma mengajarkan atau tepatnya memberitahu kepada kita bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia, bahkan kehidupan semua makhluk itu adalah kebebasan abadi, bebas dari segala penderitaan, kedamaian yang abadi. Dhamma juga memberitahukan bahwa semua yang ada ini atau semua fenomena itu tidaklah kekal. Segala sesuatu itu selalu berubah, berubahnya setiap saat. Perubahan terutama yang terjadi pada benda padat itu sangat kecil sekali sehingga mata kita tidak mampu menyaksikannya langsung. 
Perubahan itu menimbulkan penderitaan. Sesuatu yang membahagiakan akan berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan, yang menyengsarakan. Demikian pula sebaliknya. Perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menjadi tua, sakit, meninggal dunia dan kemudian terlahir kembali di alam lain. Namun bisa juga terlahir di alam manusia kembali tergantung dari perilaku semasa hidup sebelumnya. 
Perbuatan baik dan perbuatan baik yang benar di tingkat-tingkat berikutnya bisa menyebabkan terlahir di alam-alam bahagia atau alam-alam yang tinggi, yaitu di alam manusia, di 6 alam dewa, atau 6 alam surga, di 16 alam brahma berbentuk, atau terlahir kembali di 4 alam brahma yang tanpa bentuk. Sedangkan perbuatan buruk dan sangat buruk bisa menyebabkan terlahir kembali di 4 alam kemerosotan, yaitu alam neraka, alam setan, alam raksasa dan alam binatang. Sehingga sebagaimana yang sudah disebutkan tadi bahwa tujuan akhir dari rentetan kehidupan kita itu adalah kebebasan abadi, yaitu kedamaian abadi, bebas dari segala penderitaan, tidak terlahir kembali di alam manapun. Artinya telah padam, telah mencapai penerangan sempurna, telah merealisasi Nibbana. 
Kedamaian abadi atau Nibbana akan terealisasi apabila batin kita telah menjadi murni, tidak ada lagi kilesa yaitu tidak ada lagi kotoran batin. Kilesa telah berhasil di hancur-leburkan tanpa sisa. Untuk merealisasi Nibbana harus menyikapi dengan baik dan benar berlakunya hukum karma, yaitu harus banyak berbuat baik, berbuat baik yang lengkap dan benar. Caranya adalah dengan menapaki jalan Dhamma, yaitu terjun langsung menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan secara baik, benar, bersungguh-sungguh dan berkesinambungan melalui banyak sekali kehidupan di banyak alam kehidupan. Dan pastinya telah mempraktekkan secara terus-menerus Vipassana Bhavana hingga berhasil mencapai hasil yang tertinggi dari praktek Vipassana Bhavana yaitu mencapai penerangan sempurna, dimana Vipassana Bhavana termasuk unsur ke 8 dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu : Konsentrasi Benar.
Terkait dengan ajaran Dhamma, Atisha seorang guru spiritual Dhamma yang lahir pada tahun 980 di tempat yang saat ini bernama negara Bangladesh yang sebelum berangkat ke Tibet telah belajar selama 11 tahun di tanah kerajaan Sriwijaya Sumatra Indonesia, dalam menjawab pertanyaan dari muridnya beliau mengatakan sebagai berikut :  
Kepandaian tertinggi adalah membuang keakuan.
Kemuliaan tertinggi adalah menguasai pikiran sendiri.
Kebajikan tertinggi adalah memiliki keinginan untuk menolong makhluk lain.
Sila tertinggi adalah menjaga kewaspadaan terus menerus.
Obat tertinggi adalah menyadari ketidaknyataan segala sesuatu (Anatta).
Kebebasan tertinggi adalah tak terpengaruh oleh hal-hal duniawi.
Pencapaian tertinggi adalah mengurangi dan mengubah setiap keinginan.
Pemberian tertinggi terdapat dalam tanpa kemelekatan.
Latihan batin tertinggi adalah pikiran yang tenang.
Kesabaran tertinggi adalah kerendahan hati.
Usaha tertinggi adalah melepaskan keterikatan pada setiap kegiatan.
Meditasi tertinggi adalah pikiran tanpa keinginan.
Kebijaksanaan tertinggi adalah tidak melekat pada apa pun yang tampak.
Ketika meninggalkan bagian barat provinsi Nari, Atisha memberikan nasehat berikut kepada sekelompok siswanya, "Kawan, hingga engkau mencapai penerangan, seorang Guru sangat diperlukan, dengan demikian ikutilah Guru yang suci. Hingga engkau sungguh-sungguh menyadari kehampaan, engkau harus mendengarkan ajaran, untuk itu dengarkan dengan sungguh-sungguh ajaran dari Guru. Hanya memahami Dhamma tidak cukup untuk mencapai penerangan, engkau harus langsung mempraktekkannya. Jauhilah setiap tempat yang merugikan latihanmu, selalu tinggal di tempat yang membawa kebaikan. Kemewahan adalah hal yang merugikan sebelum engkau mencapai batin yang tenang, untuk itu tinggallah di tempat yang terpencil. Tinggalkan teman-teman yang menambah keterikatanmu pada keinginan, percayalah pada teman yang membuatmu meningkatkan perbuatan baik. Ingatlah hal ini di dalam pikiran. Tiada habisnya hal-hal yang harus dilakukan, untuk itu, maka batasilah kegiatanmu. Buktikan kebaikanmu siang dan malam, dan selalu dengan kewaspadaan".
Demikianlah uraian perihal Kedamaian Abadi. Semoga bermanfaat.

Kamis, 31 Maret 2022

Fanatisme Bijaksana, apakah itu ???

Kita berbicara tentang fanatisme, itu biasanya menyangkut kepercayaan atas suatu agama. Percayanya penuh dan bulat tak tergoyahkan. Mengapa fanatik? Karena agama adalah kepercayaan, kebenaran ajaran agama pada umumnya hanya bisa diyakini. Dan karena agama-agama itu tidak sama, maka masing-masing agama itu ada kelebihan dan ada kekurangannya, ini logis jadi sulit untuk disanggah. Masing-masing agama itu memiliki bagian-bagian ajarannya yang baik dan benar. Dan secara keseluruhan atau jika disimpulkan atau jika ditarik benang merahnya maka semua agama yang ada di Indonesia ini mengajarkan kebaikan. Namun jangan salah, pemeluk agama yang tidak bijaksana, yang tidak mengedepankan akal sehat, dia bisa terjebak dalam kesesatan bertindak, atau keblinger dalam menjalankan ajaran agamanya. Sehingga agama yang mengajarkan kebaikan hasilnya adalah pemeluk-pemeluk agama yang berperangai buruk terhadap pemeluk agama lain. Mereka menjalankan ajaran agamanya secara salah. Mereka tidak berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya. Hal tersebut bisa terjadi karena fanatik sempit atau fanatik buta.

Logikanya, ajaran agama yang 100% benarpun dengan berjalannya waktu yang ribuan tahun lamanya maka bisa saja menjadi bias, bisa terbelah menjadi beberapa sekte, beberapa aliran, dalam agama yang sama ada berbagai organisasi, atau dari agama yang sama memiliki tradisi yang berbeda-beda. 

Apakah bagian-bagian dan semua bagian dari ajaran suatu agama itu bisa dibuktikan kesunyataanya bagaimana? Bisa, tapi karena harus melalui cara-cara khusus yang lumayan sulit, memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan, maka setiap waktu di dunia ini sangat sedikit yang berhasil membuktikannya. Pada akhirnya semua manusia bahkan semua makhluk akan berhasil membuktikan kesunyataan yang ada dan berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya yang berulang-ulang di berbagai alam kehidupan di 26 hingga 31 alam kehidupan, baik itu alam penderitaan maupun alam kebahagiaan, hal tersebut bisa terjadi sangat tergantung dari perilaku di kehidupan sekarang dan di kehidupan sebelumnya, karena berlaku hukum karma, hukum tabur-tuai atau hukum sebab-akibat. Sampai dengan saat ini sudah sangat banyak yang berhasil merealisasi tujuan akhir dari rentetan kehidupannya tersebut. Semua makhluk termasuk manusia pernah menjalani sebagai bermacam-macam makhluk hidup dari makhluk hantu, iblis, binatang, manusia, makhluk dewa, makhluk brahma dan lain-lain sebagainya. Rentetan kehidupan sebelum berhasil merealisasi tujuan akhir itu memerlukan waktu yang nyaris tak terhingga lamanya. Surga dan Neraka itu adalah alam kehidupan. Alam Surga adalah alam dewa yang merupakan alam kebahagiaan, ada 6 tingkat, sedangkan alam Neraka yang terdiri dari 16 tingkat itu merupakan alam penderitaan. Neraka Avici adalah alam penderitaan yang paling mengerikan. Kecuali alam binatang dan alam manusia maka alam-alam lainnya ada beberapa tingkat atau beberapa macam.

Kalau kita ini diciptakan, maka tidak fair kalau ada yang masuk Neraka selamanya tanpa akhir. Kalau kita ini dan makhluk lainnya itu ada karena hukum alam menentukan bahwa semua harus ada, maka jika semua makhluk itu pada akhirnya akan berhasil merealisasi kebahagiaan hakiki, padam dan tidak akan terlahir lagi di alam manapun maka itu adalah fair.

Kembali kita ke persoalan Fanatisme Bijaksana, fanatik itu perlu tapi harus bijaksana. Tidak boleh fanatik dengan mengajak paksa orang lain untuk memeluk agama yang kita peluk. Tidak boleh main hakim sendiri menghukum orang lain yang bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama kita. Tidak boleh menyalah-nyalahkan ajaran agama lain. Fanatik sempit atau fanatik buta menyembabkan benci kepada pemeluk agama lain dan berperilaku buruk. Membicarakan kebenaran agama sendiri hendaknya dilakukan secara internal. Jika ada orang lain atau kelompok lain yang mendengarnya dan kemudian membenci, marah atau tidak setuju itu adalah salah sendiri. Oleh karena itulah maka setiap pemeluk agama hendaknya berpedoman kepada benang merah ajaran agamanya, sehingga mampu berbudi pekerti baik, bertatakrama dan sopan santun agar tidak memicu kerusuhan.

Kenyataan bahwa seseorang meyakini kebenaran suatu agama dan memeluknya, itu adalah karena jodoh, dan tidak jodoh dengan agama lain. Jangan digugat atau dipersoalkan. Di kehidupan berikutnya jika berhasil hidup sebagai manusia kembali, dia bisa saja memeluk agama yang lain, yaitu agama yang merupakan jodoh berikutnya. Itu saja, harap hal ini dimaklumi dengan sebaik-baiknya. Mari kita hormati agama lain, mari kita hormati para pemeluk agama lain. Mari kita bergotong royong, saling bantu-membantu satu sama lain. Mari kita rukun, mari kita wujudkan kebersamaan dan bekerjasama demi Indonesia maju.

Berdana dengan Tujuan Tertinggi

Sumber : Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Seorang penganut Buddhisme bertanya demikian, kalau kita gemar berdana dapat membuahkan suara merdu, kemolekan, kecantikan, kesehatan, kekuasaan, banyak pengikut, kebahagiaan di alam dewa, apakah itu benar Bhante? Bhante menjawab : "Benar Saudara, benar sekali."

Tetapi apakah sejahtera itu kekal, apakah suara merdu itu selamanya, apakah kecantikan itu untuk selamanya, apakah kekuasaan itu untuk selamanya, apakah sehat itu untuk selamanya saudara? Tidak.

Sekalipun Anda banyak berbuat baik, dan memetik akibat yang baik pula yang disebut kebahagiaan, apakah kebahagiaan itu kekal? Orang baik pun akan mengalami perubahan, menjadi tua, sakit dan akhirnya kematian menjemput, sudahkah Anda siap menghadapi semua perubahan itu?

Untuk siap itu, berdanalah dengan tujuan tertinggi, tidak sekedar berdana untuk kesejahteraan, supaya rejekinya lancar, badan sehat. Tidak sekedar itu. Ada tujuan berdana yang lebih tinggi, yaitu : Saya berdana untuk mengurangi kotoran-kotoran batin, karena kotoran-kotoran itu lah yang membuat kita menderita, serakah, iri hati, marah, jengkel, benci, dendam. Lalu bagaimana dengan kesejahteraan, kesehatan apakah itu otomatis kita dapat ? ya, otomatis, tidak usah dipikirkan.

Ada satu statement di media sosial yang menjebak kita.Menarik sekali. Dan diyakini bagi mereka yang tidak mengenal ajaran guru agung kita dengan baik, maka akan termakan. Statement itu berbunyi demikian :

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 4, maka 4 dibagi 4 dapatnya 1.

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 2, maka dapatnya 2.

Kalau Saudara berdana 4 hal, dan ada maunya 1, maka dapatnya 4.

Kalau saudara berdana 4 hal, dan tidak ada maunya sama sekali, yaitu berdana secara tulus, maka dapatnya tidak terbatas.

Jadi, kalau tidak hati-hati, kalau tidak biasa belajar Dhamma, maka akan termakan oleh rumus itu, karena itu adalah bentuk keserakahan tanpa batas. Lalu bagaimana berdana yang baik Bhante? apalagi saya sudah mendengar soal rumus tersebut, begitu saya berdana Bhante mengatakan keserakahannya tanpa batas.

Jawabnya adalah : berdanalah dengan kesadaran, jadi kalau ada maunya apapun yang muncul dalam pikiran kita ketika berdana, maka sadarilah kemauan itu, disadari, disadari, diketahui, diketahui, dengan Sati, dengan perhatian penuh (awareness). Kalau kesadaran muncul, maka kebaikan itu menjadi murni, yang ada hanya tujuan bahwa : Saya berdana untuk membersihkan batin, tidak ada embel-embel yang lain.

Pikiran itu punya kebiasaan mencari dan mendapatkan, mencari dan mendapatkan. Kalau Aku menerima, Aku senang, kalau Aku melepas Aku menderita, sehingga ketika kita belajar melepas, kita kemudian akan berpikir : Aku nanti dapat apa? Itulah habit pikiran kita. Tidak pernah pikiran kita mendapatkan pendidikan, mendapatkan latihan untuk melepas, namun pada saat kita melepas, kita akan mulai bahagia. Dan kalau kita sudah mampu setiap saat selalu melepas, maka kita sudah berhasil memiliki kebahagiaan yang sejati.

Mengenai betapa pentingnya memberikan pendidikan bagi pikiran kita, yaitu latihan untuk melepas, dapatlah diberikan sedikit ilustrasi, saat kita mengucapkan : Semoga semua makhluk berbahagia, kalau kita lihat secara filosofis kapan itu semua makhluk dapat berbahagia? Itu tidak real, itu tidak akan tercapai sampai kapanpun. Benar itu tidak akan tercapai, namun dengan mengucapkan "Semoga semua makhluk berbahagia", maka itu sangat mendidik pada pikiran kita, menurunkan ego, tidak ada kebencian, tidak ada keserakahan.

Ketika kita berdana, hal itu bermanfaat bagi yang menerima, bagi yang menderita, bagi yang terkena bencana, tetapi manfaat yang paling besar adalah bagi orang yang berdana kalau dia memberi dengan pengertian yang benar, berdana dengan tujuan yang tertinggi, yaitu dengan kesadaran bahwa : Saya berdana untuk mengikis kotoran batin. Oleh karena itu maka, berdanalah dengan kesadaran, berdanalah dengan tujuan yang tertinggi, itu adalah berdana yang baik.

Demikianlah uraian video ini, semoga bermanfaat.

Rabu, 23 Maret 2022

MENGUBAH DUNIA

Awalnya semua orang pasti menginginkan agar apa yang dimauinya bisa terwujud. Ini yang dinamakan bisa mengubah dunia. Tetapi dikatakan bahwa mengubah dunia itu tidaklah mungkin, kecuali mengubah sedikit saja yang bisa dirubah. Video ini ingin mengatakan bahwa kita tidak bisa memaksa pihak luar yaitu yang diluar diri kita untuk bisa mengikuti kemauan kita. Ada yang mau mengikuti, dan yang tidak mau mengikuti keinginan kita itu lebih banyak. Dengan kenyataan seperti itu lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap? Dikatakan juga bahwa kita ini tidak bisa mengubah dunia, yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri. Iya, garis besarnya seperti itu, tapi kalau mau dikupas lebih dalam; maka kita harus punya sikap, kita harus punya kepribadian yang kuat tapi bijaksana, jangan menyerah dengan situasi dan kondisi di sekitar kita yang merusak, yang merugikan dan yang menyakiti pihak lain.

Sebagai contoh misalnya jika kita melihat seseorang sedang melakukan kekerasan atau mungkin mengancam-ancam orang lain, mungkin seorang laki-laki menganiaya seorang wanita, dan wanita itu orang lain atau mungkin saja ibunya sendiri, atau jika ada kasus-kasus lain yang serupa, ada seseorang yang bertindak tidak baik, bertindak jahat, jika memungkinkan artinya tidak terlalu berbahaya, maka sebaiknya orang tersebut kita tegur secara baik-baik. Katakan jangan melakukan hal itu. Masalahnya apa, tanyakan, dan berikan jalan keluar atau solusi yang baik yang bisa dilakukan. Jika orang tersebut ngotot, marah dan tidak bisa diatasi, maka jalan terakhir yang bisa ditempuh adalah melaporkannya kepada penegak hukum, yaitu melaporkan ke polisi. Dalam hal ini tentu banyak sekali kasus-kasus lain yang sifatnya tidak baik dan merusak suasana, membuat kerusuhan yang perlu diatasi, dimana jalan terakhirnya kalau tidak bisa diatasi, lagi lagi adalah melaporkannya kepada pihak yang berwajib.

Kalau kasus-kasus yang lain lagi yang ada di dalam rumah tangga, bukan anak yang sudah dewasa yang menganiaya ibunya, misal kekerasan dalam runah tangga suami menganiaya istrinya, maka si istri bisa meminta bantuan kepada keluarga besar, yaitu keluarga sendiri atau keluarga suami untuk membantu menyelesaikan masalah. Ujung-ujungnya bisa juga lapor ke polisi jika masalahnya terlalu berat dan berbahaya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa saja terjadi yang sebaliknya, seorang istri tidak bisa diatur, tidak menghargai suami sebagai kepala rumah tangga, atau lebih jauh lagi sang istri tidak mau mengakui bahwa suaminyalah yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga. Maunya istri mengatur segalanya, merasa dirinya lebih baik dan lebih mampu dari suami dalam mengurus rumah tangga agar berjalan dengan baik meskipun pendidikannya jauh dibawah sang suami, dan umurpun tidak lebih tua dari suami. Mungkin saja sewaktu menikah pendidikan mereka tidak jauh berbeda, tetapi karena dalam bekerja sang suami dinilai baik, loyal dan berdedikasi tinggi pada perusahaan, maka perusahaan menyekolahkannya berkali-kali ketingkat yang lebih tinggi sehingga karir suami pun meningkat terus, menyebabkan perbedaan pendidikan suami dan istri menjadi semakin lebar. Sialnya lagi istri tidak mau belajar menyesuaikan diri sendiri dalam bertindak agar secara perilaku dan cara berpikir tidak jauh tertinggal dengan suami. Ditambah lagi jika sifat istri yang memang maunya selalu mengatur. Kalau itu yang terjadi maka kacaulah rumah tangga itu, terjadi pemborosan, banyak pengeluaran yang seharusnya tidak perlu karena kurang bermanfaat gara-gara kebodohan cara berpikir istri yang tidak disadarinya. Dalam kasus seperti itu meskipun suaminya berpendidikan tinggi bisa saja terseret menjadi bodoh juga, menjadi emosional, karena saking lamanya berpasangan dengan istri yang bodoh, pemikirannya selalu berbenturan dengan batu hitam keras kepala istri. Kita semua tahu, bahwa agama dan juga budaya memiliki aturan tentang cara membangun dan menjalankan rumah tangga agar berjalan dengan baik. Pendeta atau pejabat yang menikahkan pasangan, atau orang-orang yang dituakan, di acara resepsi perkawinan atau di acara yang lain pasti sudah memberikan masehat-nasehat kepada pasangan yang melakukan pernikahan, agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik dan langgeng sampai tua. Dimana aturan menentukan bahwa suami adalah kepala rumah tangga, istri harus mengakui dan menghargai aturan itu. Istri adalah partner atau pasangan yang bisa membantu meringankan tugas suami, suami harus menyayangi, mengarahkan dan ketika menyelesaikan suatu masalah yang cukup rumit, suami meminta pendapat istri untuk bicara bersama sebelum diambil keputusan oleh suami. 

Untuk persoalan ini, pastinya suami sudah menempuh segala cara agar istrinya bisa sadar atas status, kedudukan dan tugasnya dalam rumah tangga, dan mungkin saja suami tidak berhasil gara-gara kepala sang istri sekeras batu hitam, kecuali jika putusannya adalah perpisahan atau cerai maka persoalan menjadi selesai. Kasus ini jika ditinjau dari ajaran Dhamma; maka hal tersebut adalah merupakan karma buruk suami yang sedang ia petik dalam kehidupannya yang sekarang, mungkin di kehidupan sebelumnya sang suami adalah manusia atau makhluk yang tidak bisa diatur. Untungnya tidak ada sesuatupun yang abadi, yang ada adalah selalu berubah atau Anicca kecuali Nibbana yang tak pernah berubah. Oleh karena itu buat suami tunggu saja perubahan itu terjadi, sambil tetap berusaha dan selalu berusaha berbuat karma baik, tunggu saja karma buruknya habis.  

Demikianlah uraian tentang ingin mengubah dunia, semoga bermanfaat.

Minggu, 20 Maret 2022

Contoh dan anjuran Perilaku

Berikut ini disampaikan pernyataan atau contoh perilaku dan anjuran yang baik, yang seyogyanya dapat kita upayakan untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

Ilmu padi, semakin berisi, padi semakin menunduk, demikian juga orang, semakin berilmu, semakin bijaksana. 

Ilmu tanah, diapakan saja tanah tetap tenang, demikian juga orang yang batinnya seimbang, dipuji maupun dimaki tetap tenang. 

Ilmu akar, kendati berbuat banyak, tetap tidak perlu dilihat, demikian juga sifat orang yang selalu mengutamakan kebaikan, tanpa mencari nama. 

Ilmu teratai, biarpun tumbuh berkembang ditempat kotor, namun tidak terkotori oleh kondisi, demikian juga orang yang bisa belajar dari teratai, menyucikan batinnya dari segala sifat buruk.

Kita terlahir dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu : Saling menyayangi, Saling menolong, Saling membantu, Saling mengisi, Saling menghargai, 

Bukan untuk : Saling menuduh, Saling menyalahkan, Saling merusak, Saling membenci, Saling merendahkan. 

Semua perbedaan dari kita adalah keindahan yang terjadi, agar kita rendah hati untuk menghargai orang lain. Tidak ada satupun pekerjaan yang dapat kita kerjakan sendirian saja dengan mudah. Mungkin kelebihan kita adalah kekurangan orang lain, sebaliknya, kelebihan orang lain bisa jadi merupakan kekurangan kita. Tidak ada yang lebih bodoh atau lebih pintar. Bodoh atau pintar itu relatif sesuai dengan bidang, sesuai dengan talenta yang kita syukuri masing masing menuju impian kita. Orang Pintar bisa gagal. Orang hebat bisa jatuh karena kesombongannya, tetapi, orang yang rendah hati dalam segala hal dan selalu berbuat baik kepada siapa saja, akan selalu mendapat kebahagiaan sejati.

Demikian, semoga uraian yang sangat singkat ini bermanfaat, dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Rabu, 09 Maret 2022

Coba Menyambungkan Islam Nusantara Dengan Islam Radikal

Video ini mencoba membicarakan kemungkinannya terjadi dialog antara Islam Nusantara, yaitu Islam Moderat, atau Islam yang dianut oleh Kaum Nahdliyin Nahdlatul Ulama dengan Islam yang selama ini dicap sebagai Islam Radikal atau Islam garis keras. Tujuan dialog ini apa? Tujuannya supaya ada solusi yang baik yang dihasilkan, yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri yaitu Rahmatan Lil Alamin, yaitu Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Mengenai Rahmatan Lil Alamin ini kedua belah pihak tahu persis dan setuju, makanya perlu ada dialog, atau tepatnya acara bertanya dan dijawab. Teknisnya setiap team terdiri dari 3 orang, team yang satu khusus bertanya dan team yang lain khusus menjawab, supaya tidak terjadi debat, karena yang diperlukan hanyalah jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yang tentunya akan banyak sekali pertanyaan yang kemudian muncul, yang timbul berdasarkan jawaban yang diperoleh dari pertanyaan sebelumnya. Sehingga dengan demikian perdebatan tidak akan terjadi karena hanya satu arah. Oleh karena hanya satu arah maka tidak akan terjadi tabrakan atau tidak akan terjadi perdebatan, karena perdebatan itu akan memunculkan emosi tinggi yang merusak, yang tidak sejalan dengan ajaran agama apapun, yang bertentangan dengan Rahmatan Lil Alamin. 

Pertanyaan-pertanyaan dari team yang satu yaitu yang dari team Islam Nusantara adalah untuk mengetahui secara persis apa maunya Islam Garis Keras itu. Apa tujuan mereka selama ini. Apa yang mereka perjuangkan. Apa yang mereka anggap salah dari kebijakan atau yang telah dilakukan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan dari perjuangannya itu, kita tahu Islam Garis Keras telah berpolitik, mereka bekerjasama dengan elit-elit politik tertentu.

Seperti tulisan terdahulu yang membicarakan mengenai kemungkinan terselenggaranya acara bertanya dan dijawab antar dua team penganut agama yang berbeda; adalah supaya terjadi kepahaman mengapa mereka berbeda agama, mengapa mereka berbeda keyakinan. Tujuan akhir dari acara bertanya dan dijawab tersebut adalah agar mereka tetap rukun, saling hormat dan saling menghargai satu sama lain. 

Tapi kali ini, dalam tulisan ini, yang diharapkan adalah bisa dilakukan juga acara serupa, yaitu acara bertanya dan dijawab di acara televisi, yang didokumentasikan juga di kanal-kanal YouTube. Seperti yang disebutkan tadi, acara ini dilakukan oleh penganut Islam Nusantara dengan Islam Garis Keras. Tentunya acara ini akan bisa terlaksana jika kaum Islam Garis Keras setuju dengan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi negara. Bukankah Habib Rizieq pernah juga mengatakan bahwa perjuangan mereka adalah tetap untuk tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi negara? Sekali lagi apa maunya Islam garis keras tersebut, apa yang mereka tuntut, apa yang salah dari kebijakan atau yang telah dilakukan oleh pemerintah?

Dalam acara bertanya dan dijawab di acara televisi tersebut, pihak Islam Garis Keras bisa diwakili oleh Novel Bamukmin misalnya, yang kebetulan sedang tidak tersangkut perkara hukum, dan dua orang lainnya yang ditunjuk oleh kelompok mereka. Akan tetapi kalau kelompok Islam Garis Keras ini tidak menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berideologikan Pancasila, maka sudah benar kalau penegak hukum menangkapi mereka-mereka itu yang telah berbuat kesalahan, yaitu membuat gaduh, memprovokasi umat untuk melawan pemerintahan yang syah dan tidak setia kepada Pancasila, atau silahkan keluar ke negara lain saja kalau tidak mau mengakui keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini jelas dan tidak mungkin akan ada acara bertanya dan dijawab seperti yang dikemukakan di tulisan ini.

Sekali lagi tujuan dari acara bertanya dan dijawab ini adalah untuk mengefektifkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin, yaitu Islam aliran apa saja dan Islam dimana saja di Indonesia agar semuanya adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin, sekaligus untuk mengurangi penangkapan-penangkapan pihak kepolisian terhadap mereka-mereka yang kebanyakan tidak begitu tahu tapi ikut-ikutan berbuat kesalahan dan cenderung melawan pemerintah yang syah. Harapannya juga, kemudian adalah, mereka-mereka ini dan juga masyarakat banyak bisa menonton acara bertanya dan dijawab di televisi tersebut, dan juga bisa menonton video-video YouTube yang tersebar mengenai hal tersebut. Sehingga pada gilirinnya diharapkan mampu mendidik masyarakat khususnya umat Islam agar tetap berperilaku yang mencerminkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Demikianlah tulisan singkat, semoga bermanfaat.